Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Jakarta, Air, dan Persoalannya Menjadi Tanggung Jawab Siapa?

25 Agustus 2019   16:22 Diperbarui: 4 September 2019   15:05 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pedagang air (Ilustrasi: bbc.com)

Cuhaya (47) adalah salah satu warga yang tinggal kawasan padat penduduk di kawasan sekitar Cideng, Jakarta Barat. Pada kesehariannya Cuhaya berprofesi sebagai petugas kebersihan di sebuah sekolah swasta.

Menariknya Cuhaya memiliki tambahan penghasilan dari berjualan air, karena  Cuhaya tergolong cukup beruntung memiliki pompa air dengan kapasitas cukup lumayan, sehingga dapat mengakses sumber air yang tidak dapat dijangkau oleh mayoritas masyarakat di kawasan itu. 

Pelanggan air Cuhaya adalah para tetangganya serta penjual eceran air yang banyak beraksi dengan menggunakan gerobak serta jeriken.

"Yah, namanya juga pada butuh, pasti pada mau beli juga kalo air bersih. Mau gimana lagi, emangnya warga mau minum air got." Ujar Cuhaya ketika ditanya mengenai usaha sampingannya itu. 

Cuhaya memang tidak mau memberitahukan pendapatan bersih dari usaha sampingannya itu, "Wah rahasia dapur perusahaan, yang penting dapur ngebul sama anak bisa sekolah." Jawab Cuhaya ketika disinggung soal pendapatan jualan air.

Jakarta adalah kota metropolitan, kota paling modern di Indonesia sekaligus memangku status penting sebagai ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia, namun ironisnya adalah kota ini sedang diintai oleh masalah krisis air bersih. 

Dan ancaman krisis ini terjadi memang disebabkan oleh banyak faktor mulai dari kualitas lingkungan di Jakarta sampai dengan perilaku masyarakatnya.

Bambang Brodjonegoro selaku Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas pada Januari 2019 mengungkapkan bahwa permukaan tanah Jakarta turun sekitar 7,5 cm per tahun, bahkan ada wilayah yang turun mencapai 18 cm. 

Lalu dapat dilihat langsung pemandangan sampah serta limbah yang menggenangi sungai atau saluran air perkotaan  menyebabkan tersumbatnya gorong-gorong serta selokan dan juga mengotori lingkungan, akhirnya mencemari air di Jakarta.

Mungkin sampai dengan saat ini air bersih dan layak digunakan masih bisa diperoleh, terutama untuk golongan masyarakat menengah ke atas. Dengan modal pompa air, maka kebutuhan air masih dapat dipenuhi. 

Air sebagai kebutuhan (Ilustrasi: tirtamandiri.com)
Air sebagai kebutuhan (Ilustrasi: tirtamandiri.com)

Bagi masyarakat menengah ke bawah, pedagang air seperti Cuhaya menjadi solusi paling logis untuk memperoleh air bersih. Hanya saja sampai kapan air bersih akan tersedia jika tidak ada tindakan mengupayakan perbaikan kondisi lingkungan hidup di Jakarta.

Kebutuhan dan Masalah Air Bersih Untuk Penduduk Jakarta

Kebutuhan air bersih di Jakarta pada Januari 2019 adalah 26,1 meter kubik per detik, sedangkan ketersediaan air bersih hanya 17 meter kubik per detik, artinya terdapat defisit sekitar 9 meter kubik. 

Di satu sisi, jumlah penduduk Jakarta pada Desember 2018 tercatat 10,4 juta jiwa dan akan terus bertambah. Artinya kebutuhan air bersih di Jakarta akan terus meningkat. 

Dengan kondisi defisit ketersediaan air diperlukan perencanaan strategis, terukur serta tindakan nyata dari seluruh komponen Pemerintah Provinsi DKI dan tentunya masyarakat untuk menanggulangi permasalahan air bersih.

Saat ini pengelolaan pasokan air di Jakarta ditangani oleh PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA), dan sedang diupayakan untuk diganti agar pengelolaan air dapat ditangani langsung oleh Pemprov DKI. 

Menurut PALYJA pasokan air bersih Jakarta diperoleh dari Waduk Jatiluhur, karena 13 sungai yang mengalir ke daerah Jakarta tidak layak dijadikan sebagai sumber air layak konsumsi. Artinya kondisi air dari sungai itu memang telah terkontaminasi alias tercemar. Lagi-lagi penyebabnya adalan pencemaran lingkungan.

Kondisi sungai di Jakarta (Ilustrasi: mediaindonesia.com)
Kondisi sungai di Jakarta (Ilustrasi: mediaindonesia.com)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merekomendasikan solusi untuk memecahkan persoalan air bersih di Jakarta, pertama adalah teknologi nanobubble dengan mengolah air limbah agar tidak mencemari  sungai dan danau. Lalu solusi selanjutnya adalah teknologi integrated floating wetland yang fokus terhadap pemulihan danau dan sungai.

Solusi dari LIPI merupakan pendekatan berbasis teknologi, dan diperlukan biaya dengan anggaran besar sehingga diperlukan keterlibatan dari pihak Pemprov DKI, hal itu memang harus dikoordinasikan dan dieksekusi secara bertanggung jawab agar blue print dapat diwujudkan serta akhirnya menjadi solusi nyata bagi masyarakat. Hanya saja perencanaan dan konsep secanggih apapun akan berat jika tidak ada sumbangsih langsung dari masyarakat.

Kesadaran Masyarakat Terhadap Lingkungan dan Air

Sejarah mencatat bahwa masyarakat dengan kehidupan makmur dan sejahtera memiliki akses langsung terhadap ketersediaan air bersih. Silahkan buka literatur mengenai kehidupan masyarakat kuno di era Mesopotamia hidup dari aliran sungai Tigris dan Eufrat, kemudian masyarakat Mesir kuno dengan aliran air dari sungai Nil. 

Di India dikisahkan bahwa pada masa lampau sungai Gangga menjadi penyokong utama kehidupan, lantas di Tiongkok aliran sungai Kuning atau Huang Ho membawa kesuburan bagi tanah di sekitarnya.

Fungsi air sebagai kebutuhan hidup (Ilustrasi: hiveminer.com)
Fungsi air sebagai kebutuhan hidup (Ilustrasi: hiveminer.com)
Sejatinya Indonesia adalah sebuah kawasan dengan kekayaan dan kualitas alam layaknya nirwana, namun entah mengapa tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakatnya terutama dalam hal menjaga kebersihan serta kelestarian alam. 

Hal paling mudah ditemui adalah kebiasaan membuang sampah ke sungai. Tentunya tindakan ini secara langsung merusak kualitas air, sementara kebutuhan manusia yang paling utama justru adalah air bersih. Memprihatinkan.

Ada baiknya jika kita kembali mengingat kembali hubungan harmonis para leluhur masyarakat Nusantara dengan alam. Harmonisasi alam dalam wujud kearifan lokal, tujuannya adalah agar kita semua sadar bahwa alam adalah anugerah dari Tuhan untuk kelangsungan hidup manusia dan tanggung jawab manusia adalah menjaganya dengan baik dan benar.

Air merupakan bagian dari alam (Ilustrasi: asliindonesia.net)
Air merupakan bagian dari alam (Ilustrasi: asliindonesia.net)
Air merupakan bagian dari alam dan menjadi faktor utama keberlangsungan hidup. Manusia bisa bertahan tanpa minyak bumi, gas bahkan listrik tapi tidak akan bisa bertahan hidup lebih lama tanpa adanya air bersih. Itu adalah kenyataan.

Indonesia yang dahulu disebut Nusantara adalah bangsa dengan ragam budaya. Nusantara lama juga kaya akan kearifan lokal. Dan salah satu bentuknya adalah menjaga hubungan antara manusia dengan alam. 

Salah satu contoh menarik dalam hal ini adalah tradisi masyarakat Samin di daerah Blora, Jawa Tengah yang mengelola dan menggunakan air dengan apik. Ajaran yang dipegang dengan teguh adalah mengunakan air secukupnya untuk memenuhi kebutuhan hidup, menghindari eksploitasi sumber air secara berlebihan.

Ilustrasi: pixabay.com
Ilustrasi: pixabay.com
Pesan moral dari ajaran tersebut adalah perilaku dan kesadaran guna menjaga kelestarian alam serta pasokan air. Keasrian alam dan ketersediaan air bersih adalah hal yang senada. 

Jika kondisi alam semakin rusak maka pasokan air akan ikut menurun. Hal itu tidak dapat dipungkiri. Lantas bagaimana upaya yang diperlukan untuk memulai kembali perilaku masyarakat untuk kembali kepada masalah ketersediaan air. Langkah paling nyata adalah melalui gaya hidup sehat dan bersih serta peduli akan alam.

Menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Pemandangan sungai kotor dan berbau tidak enak adalah hal mudah ditemui di Jakarta, itulah kenyataan dan menjadi persoalan pasokan air di Jakarta menjadi suatu yang sulit ditanggulangi. 

Pencemaran air dari sampah dan limbah rumah tangga maupun industri telah merusak ketersediaan air. Jadi sudah seharusnya kesadaraan untuk menjaga sungai dari sampah adalah merupakan perihal dasar yang harus dikomunikasikan dan dilakukan secara berkesinambungan di masyarakat. Buanglah sampah secara baik dan benar. Sungai dan saluran air bukanlah tempat sampah.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Menampung air hujan kemudian menggunakan untuk kebutuhan seperti menyiram tanaman, mencuci kendaraan. Air hujan dapat ditampung dan disimpan sebagai tabungan air, dengan demikian untuk kebutuhan diluar konsumsi dasar seperti makan dan minum, air hujan dapat dimanfaatkan secara optimal.

Urban farming. Istilah ini sedang tren di berbagai kota besar di dunia, namun sebetulnya urban farming adalah konsep berkebun yang dimodernisasi dengan memanfaatkan lahan di sekitar perkotaan. 

Hal ini adalah konsep mini dari penghijauan, jika kita mengenal istilah reboisasi, itu berlaku dalam skala luas misalnya hutan, tetapi di daerah perkotaan berkebun di sekitar pekarangan rumah adalah contoh baik sebagai solusi untuk menjaga kualitas air.

Ilustrasi: asiaone.com
Ilustrasi: asiaone.com
Hemat menggunakan air. Tindakan cermat seperti ini juga menjadi sangat penting dan sesungguhnya mudah dilakukan. Gunakan air secara bijak dan tidak berlebihan, tutup saluran air jika tidak digunakan. Bahkan aktivitas tertentu dapat menggunakan air bekas seperti menggunakan air sisa mencuci beras untuk menyiram tanaman.

Langkah sederhana di atas dapat ditempuh dengan melakukannya secara nyata dan juga sebagai materi penyuluhan, edukasi dan literasi di tengah masyarakat. 

Alangkah bijaksana jika komunitas masyarakat seperti kegiatan Rukun Tetangga (RT) atau Rukun Warga (RW) juga dilibatkan untuk kembali menyuarakan gaya hidup ramah lingkungan serta menjaga ketersediaan air. 

Dan juga para tokoh masyarakat yang secara struktur sosial disegani dan dihormati juga bisa dilibatkan agar masyarakat dapat mencontoh perilaku ramah lingkungan dan menjaga ketersediaan air bersih.

Pihak lain yang sebaiknya terlibat adalah juga pihak korporasi, terutama yang memiliki kepentingan untuk mengelola limbahnya secara benar. Produksi dan ekonomi memang harus terus berlangsung namun kondisi lingkungan juga harus tetap asri, limbah sisa produksi sudah seharusnya tidak mencemari lingkungan.

Korporasi juga dapat memberikan sumbangsih melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), penerapan dari CSR dapat disalurkan melalui bantuan perlengkapan dan edukasi mengenai urban farming atau membangun taman kota, kebun warga, serta bisa juga menyokong kelangsungan kebun bersama di lingkungan masyarakat.

Ilustrasi: hellosehat.com
Ilustrasi: hellosehat.com
Intinya adalah keterlibatan dari seluruh pihak baik dari Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota, pihak Korporasi serta juga masyarakat secara bersama bahu-membahu mencari solusi dan menjaga ketersediaan air bersih secara nyata.

***

"Aah.. Banjir. Jakarta kebanjiran, di Bogor angin ngamuk. Rumah ane kebakaran gare-gare kompor meledug. Ane jadi gemeteran, wara-wiri keserimpet. Rumah ane kebanjiran gara-gara got mampet. Ati-ati kompor meledug. Ati ane jadi dag dig dug. Ayo bersihin got. Jangan takut badan blepot."

Seniman besar Betawi, Benyamin Suaeb (1939-1995) pernah menyuarakan keresahannya terhadap kondisi lingkungan dan saluran air Jakarta melalui lagu "Kompor Meledug" yang dinyanyikan secara jenaka. Tetapi ternyata masalah lingkungan terutama terkait dengan air di Jakarta adalah sebuah persoalan klasik, masalah lama. Sekarang tinggal diperlukan tindakan nyata dari seluruh pihak untuk kembali menjaga dan mengupayakan ketersediaan air bersih bagi semuanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun