Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Konser Europe, "The Final Countdown" di Boyolali

14 Mei 2018   21:10 Diperbarui: 15 Mei 2018   09:52 2749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jumat, 11 Mei 2018, gunung Merapi tiba-tiba meletus disertai dengan adanya gempa kemudian meyeburkan hujan abu ke bawah dan sempat menyelemuti daerah Sleman serta beberapa tempat di Yogyakarta. 

Letusan tersebut terjadi secara mendadak dan tergolong sebagai letusan freatik sebagai akibat dari akumulasi gas. Kemudian pemandangan asap membumbung tinggi ke angkasa juga terlihat termasuk dari kabupaten Boyolali.

Selepas letusan tersebut mereda, masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya, juga Kabupaten Boyolali kembali melanjutkan aktivitasnya. Kabupaten Boyolali pada hari itu tengah mempersiapkan hajatan besar, yaitu Volcano Rock Festival 2018 dengan pengisi acara band rock veteran Indonesia dan band hard rock internasional dari Swedia, Europe. 

Sebuah konser kelas dunia yang menjadi bagian dari rangkaian tur band Europe sebelum melanjutkan perjalanan ke Australia. Tentunya konser ini ajang yang sangat istimewa bagi masyarakat Boyolali, karena ternyata Indonesia satu-satunya negara di Asia yang dikunjungi Europe untuk tur mereka kali ini dengan tajuk Walk The Earth, World Tour Concert. Dalam konferensi pers pada Jumat 11 Mei 2018, Europe juga menjanjikan akan memberikan kejutan bagi para fans mereka di Indonesia.

Sumber: tempo.co.id
Sumber: tempo.co.id
Konser dijadwalkan pada Sabtu, 12 Mei 2018. Dan acara tetap berlangsung dengan normal. Ternyata letusan freatik dari gunung Merapi adalah sambutan bagi God Bless dan Europe untuk menghentak Boyolali.

Volcano Rock Festival 2018

Para penonton dari berbagai kota di Indonesia mulai berdatangan ke Boyolali sejak siang hari. Area sekitar Stadion Padanarang menjadi tempat penonton untuk menunggu dibukanya gerbang. Dan tentunya penonton harus sabar. Cuaca hari itu sangat mendukung untuk perhelatan di tempat terbuka.

 Sekitar pukul  5 sore, gerbang mulai dibuka dan penonton dengan sangat antusias mulai mengantri guna persiapan memasuki arena konser. Penonton berbaris dan diperiksa, kemudian menukar tiket dengan tanda masuk. Namun acara baru dimulai pukul 7 malam. Hal yang dilakukan penonton adalah kembali menunggu sambil mencari tempat paling nyaman untuk menyaksikan pertunjukan.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
God Bless Unjuk Kebolehan di Panggung

Panggung yang semula gelap tiba-tiba menjadi terang disertai dengan kemunculan Ahmad Albar, Ian Antono, Donny Fattah, Abadi Soesman dan Fajar Satriatama. Tentu saja penonton menyambut kehadiran para punggawa dari God Bless dengan antusias. Lagu pembuka pun dimainkan dengan hangat, karya dari almarhun Jockie Suryoprajogo, Menjilat Matahari.

Ahmad Albar dengan usianya yang sudah di atas 70 tahun tetap enerjik di atas panggung. Seolah tidak mau kalah dengan usianya, lagu demi lagu dimainkan hampir tanpa jeda. Ian Antono juga tampil optimal, tentunya dengan memainkan gitarnya disertai raungan dari efek suara dan distorsi yang membuat seisi stadion menggelora.

God Bless memang bukan band sembarangan, dan hal tersebut terbukti. Lahir dari band yang terbiasa pentas di atas panggung, God Bless sangat paham bagaimana memuaskan para penggemarnya. Lagu-lagu hits mereka tampilkan, seperti Musisi, Kehidupan, Cermin, Bis Kota.

Beberapa kali Ahmad Albar mengajak penonton bernyanyi bersama. Agar penonton dapat semakin larut dalam alunan melodi God Bless, lagu-lagu balada pun disuguhkan. Rumah Kita disambut dengan gemuruh dan sorak penonton yang kemudian mengikuti Ahmad Albar menyanyi. Begitu pula dengan lagu Syair Kehidupan dan Panggung Sandiwara. Seluruh penonton yang memadati stadion menyatukan suara dalam satu alunan nada.

 Selama satu jam God Bless tampil. Penampilan mereka ditutup dengan hits Semut Hitam. Lagu ini rupanya sangat dinanti oleh para penggemar God Bless. Seusai Semut Hitam, God Bless berpamitan kepada penonton dan turun dari panggung. Penonton yang sudah mulai dipanaskan oleh aksi God Bless harus kembali sabar menunggu penampilan Europe.

Europe, The Final Countdown

Menjelang pukul 9 malam, tiba-tiba ada ajakan dari panitia agar semua penonton berdiri, menyanyikan lagu Indonesia Raya. Semua menyanyikan lagu kebangsaan Republik Indonesia dengan sangat hikmat. Kemudian lampu panggung kembali padam.

Beberapa menit kemudian terdengar suara alunan dari latar belakang musik perlahan demi perlahan, sampai akhirnya lampu panggung dinyalakan. Dan Joey Tempest (vokal), John Norum (gitar), John Leven (Bass), Mic Michaeli (Keyboard) dan Ian Haugland (Drum) sudah tampil di atas panggung langsung membawakan Walk The Earth dari album terbaru Europe.

Nampaknya penonton belum panas, karena lagu pembuka merupakan lagu baru dan belum banyak penonton yang hafal liriknya. Tetapi rupanya Europe memang sengaja ingin membuat penonton penasaran. Lagu kedua masih lagu dari album yang sama, kali ini adalah The Siege, respon penonton masih hanya mengikuti dengan berlompat dan berteriak heboh. Kemudian Joey Tempest sempat mengatakan bahwa Europe sangat bahagia bisa kembali ke Indonesia setelah 28 tahun menunggu agar bisa berjumpa dengan penggemar di Indonesia.

Masuk lagu ketiga, Europe mulai membangkitkan adrenalin, mereka membawakan salah satu hits-nya, Rock The Night yang membuat penonton mulai bergairah menyambut konser ini. Ternyata Europe memberikan kejutan, dengan menyisipkan lagu Ain't Talking About Love dari Van Halen di tengah-tengah lagu ini. Bahkan Joey Tempest beberapa kali mengatakan matur suwun. Tentu saja ucapan ini disambut meriah oleh penonton.

Lagu berikutnya adalah Scream of Anger, lagu dengan tempo lebih cepat disertai distorsi efek gitar yang cukup dominan mengajak penonton berjingkrak dan berteriak. Selepas itu, Europe menyanyikan lagu Danger on the Track dan disusul dengan Sign of the Times.

 Kemudian Joey Tempest mundur sejenak dari panggung,beristirahat sebentar. Jeda tersebut diisi dengan penampilan John Norum membawakan lagu instrumental bernuansa blues, Vasastan. Tak menunggu lama Joey Tempest kembali ke panggung dengan membawa gitar akustik, mulai melantukan Open Your Heart.

Sumber: facebook.europetheband
Sumber: facebook.europetheband
Dari atas panggung Joey Tempest mengomentari penonton yang hadir, dia berujar, "Kalian keren." Dan tentu saja disambut tawa meriah oleh penonton. Kemudian secara marathon Europe membawakan sejumlah lagu lainnya. War of Kings, Heart of Stones, Days of Rock n Roll, Supertitious, Ready or Not, Hole in My Pocket.

Sesudah rangkaian lagu-lagu tersebut, Europe membawakan salah satu nomor andalan mereka, yaitu Carrie. Lantunan intro nada keyboard dari Mic Michaeli disambut heboh dan tentu saja seisi stadion bernyanyi bersama. Giliran Ian Haugland yang unjuk kemampuan dalam sesi drum solo. Gebukan drum yang stabil dan kencang membuat penonton terpesona akan kemampuannya.

Selepas aksi Ian Haugland, Europe membawakan lagu Stormwind dan dilanjutkan dengan Cherokee. Usai dua lagu itu, Joey Tempest berteriak, "Let's make noise." Kemudian panggung menjadi gelap dan semua personel Europe masuk ke belakang panggung. Artinya sesi encore akan dimulai.

 Yang disajikan sebagai penutup adalah yang sangat dinanti oleh seluruh penonton, yaitu The Final Countdown. Sejak intro dimainkan penonton sangat antusias menyambut mega hits ini. Lagu dengan tempo cepat dan semangat disertai efek keyboard yang khas membuat penonton mau bernyanyi bersama. Seisi stadion menjadi paduan suara, menyanyikan The Final Countdown dengan semangat. Usai The Final Countdown, Europe mengucapkan salam perpisahan kepada seluruh penonton.

Sumber: facebook.europetheband
Sumber: facebook.europetheband
***

Penampilan Europe di Boyolali sangat mengesankan, personelnya rata-rata sudah berusia di atas 50 tahun masih mampu membawakan 20 lagu dengan waktu 1 jam 40 menit nyaris tanpa jeda. Kualitas vokal dari Joey Tempest tergolong prima, terbukti nada-nada cepat dan tinggi masih dapat dinyanyikan tanpa kesulitan.

Secara keseluruhan konser Europe di Boyolali berjalan dengan sukses, dari sisi sound system dan panggung sangat mendukung penampilan Europe. Penonton juga dimanjakan dengan adanya lima layar big screen, sehingga bagi penonton yang tidak berada di barisan depan masih dapat melihat aksi Europe dengan jelas.

 Bupati Kabupaten Boyolali Seno Samudro sempat mengatakan bahwa Merapi jangan dipandang sebagai musibah melainkan sebagai berkah. Ujaran dari sang Bupati ternyata memberikan pandangan positif bagi para penonton konser Europe yang sehari sebelumnya sempat dikejutkan dengan letusan Merapi, namun Merapi rupanya menyambut kehadiran Europe dan God Bless.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun