Awalnya, orang-orang Aztec menyambut Cortes dengan hati-hati, bahkan memberi hadiah emas. Namun, ketegangan cepat membara. Kehadiran asing yang semakin dominan menimbulkan perlawanan. Pada satu titik, Cortes harus mundur dari Tenochtitlan dalam peristiwa yang dikenal sebagai La Noche Triste atau “Malam Duka” ketika pasukannya dipukul mundur dan kehilangan banyak orang.
Namun, itu bukan akhir. Cortes segera menyusun ulang kekuatannya. Dengan dukungan ribuan prajurit pribumi sekutu, ia kembali mengepung Tenochtitlan.
Pengepungan berlangsung berbulan-bulan. Jalur makanan dan air diputus, meriam digunakan untuk menghancurkan pertahanan kota, dan kuda-kuda memberikan keunggulan mobilitas yang menakutkan bagi penduduk yang belum pernah melihat hewan seperti itu sebelumnya.
Meski begitu, senjata dan strategi bukanlah faktor tunggal yang menjatuhkan Aztec. Penyakit cacar yang dibawa orang Eropa tanpa sengaja menjadi senjata paling mematikan. Wabah ini melanda penduduk pribumi yang tidak memiliki kekebalan, menewaskan ribuan orang, termasuk banyak bangsawan dan prajurit. Populasi Aztec melemah drastis, membuat perlawanan mereka semakin rapuh.
Pada Agustus 1521, Tenochtitlan akhirnya jatuh. Reruntuhannya kemudian menjadi fondasi kota baru yang didirikan Cortes: Mexico City, pusat kekuasaan Spanyol di Dunia Baru. Dengan itu, berakhirlah kejayaan Kekaisaran Aztec.
Dampak Kolonial terhadap Budaya Lokal
Penaklukan militer hanyalah awal. Dampak sesungguhnya terlihat dalam perubahan budaya dan sosial yang mendalam. Spanyol membawa sistem keagamaan, bahasa, hukum, dan struktur masyarakat baru yang merombak kehidupan pribumi dari akar-akarnya.
1. Kristenisasi dan Penghapusan Ritual Lokal
Gereja Katolik menjadi pilar utama kolonialisasi. Kuil-kuil Aztec dihancurkan, dan di atasnya dibangun gereja megah. Ritual pengorbanan manusia yang menjadi bagian dari kepercayaan Aztec dihapuskan. Penduduk pribumi dipaksa memeluk Katolik, meski banyak yang kemudian menggabungkan tradisi lama dengan ajaran baru.
Hasilnya adalah sinkretisme budaya. Perayaan Dia de los Muertos misalnya, lahir dari perpaduan antara pandangan Aztec tentang kematian dengan simbol Katolik. Hingga kini, tradisi itu tetap hidup sebagai salah satu warisan paling khas Meksiko.
2. Bahasa dan Identitas Mestizo
Bahasa Spanyol dengan cepat mendominasi, menggantikan banyak bahasa lokal. Namun, dari percampuran antara orang Spanyol dan pribumi lahirlah identitas baru: mestizo. Identitas ini menjadi dasar bagi kebudayaan nasional Meksiko. Musik, kuliner, dan seni pun mencerminkan perpaduan dua dunia yang dulu bertentangan.