Ketika kita berbicara tentang prajurit dalam sejarah Korea, yang sering muncul adalah sosok-sosok yang terlibat dalam peperangan melawan bangsa asing atau menjaga wilayah kerajaan. Namun, ada satu pasukan unik yang dibentuk bukan untuk melawan manusia, melainkan untuk melindungi rakyat dari ancaman alam yang nyata dan mematikan: harimau.
Selama masa Dinasti Joseon, sekitar abad ke-15, Semenanjung Korea bukan hanya dikenal dengan budaya dan budayawan yang hebat, tetapi juga dengan ancaman dari hewan buas, terutama harimau Siberia. Dari kondisi inilah lahir Chakhogapsa, pasukan pemburu harimau elit yang dibentuk oleh kerajaan untuk menghadapi ancaman luar biasa ini. Artikel ini akan mengajak Anda menyelami sejarah mereka—bagaimana mereka dibentuk, bagaimana mereka dilatih, dan warisan seperti apa yang mereka tinggalkan bagi budaya Korea.
Latar Belakang Kemunculan Chakhogapsa
Harimau: Lebih dari Sekadar Simbol, Melainkan Ancaman Nyata
Dalam budaya Korea, harimau adalah makhluk yang kuat dan memiliki tempat penting dalam kisah mitologi serta seni tradisional. Ia melambangkan keberanian, kekuatan, dan perlindungan. Namun, di balik semua itu, harimau juga merupakan ancaman nyata pada masa itu.
Dokumen-dokumen sejarah, termasuk catatan dalam Samguk Sagi, mencatat kejadian-kejadian tragis akibat serangan harimau. Desa-desa yang terletak di kaki gunung atau dekat hutan sering kehilangan ternak, hasil panen, bahkan anggota keluarga akibat serangan hewan buas ini. Dengan topografi Korea yang bergunung-gunung dan dipenuhi hutan lebat, harimau Siberia (Panthera tigris altaica) menemukan habitat yang sempurna.
Masyarakat hidup dalam ketakutan, dan pemerintah tidak berdiam diri Salah satu raja paling visioner dalam sejarah Korea, raja Sejong, mengambil langkah berani untuk merespons ancaman tersebut.
Pembentukan Chakhogapsa oleh Raja Sejong
Solusi Kerajaan untuk Ancaman Harimau
Pada tahun 1421, Raja Sejong yang Agung memutuskan untuk membentuk Chakhogapsa, sebuah unit militer khusus yang memiliki tugas utama memburu harimau. Chakhogapsa bukan tim pemburu biasa, melainkan pasukan elit yang berada langsung di bawah pengawasan kerajaan.
Beberapa ciri utama dari pasukan ini:
* Seleksi ketat: Hanya individu dengan kekuatan luar biasa dan pengalaman berburu mumpuni  yang bisa masuk. Keberanian adalah syarat utama.
* Penempatan strategis: Mereka ditempatkan di daerah-daerah rawan serangan, seperti di dekat perbatasan hutan atau jalur pegunungan.
* Dukungan penuh kerajaan: Setiap anggota Chakhogapsa yang berhasil membunuh harimau berbahaya akan menerima penghargaan resmi, baik dalam bentuk materi maupun pengakuan sosial.
Dengan struktur yang jelas dan dukungan pemerintah, Chakhogapsa menjadi kekuatan yang mampu mengurangi jumlah serangan harimau secara signifikan dalam waktu singkat.
Pelatihan dan Keahlian Chakhogapsa
Tidak Sekadar Kekuatan, Tapi Strategi dan Etika
Chakhogapsa dilatih dengan sistem yang tidak tertulis, namun sangat efektif. Mereka mengandalkan latihan langsung di lapangan, menghadapi situasi nyata. Tak ada ruang untuk kesalahan, karena yang mereka hadapi bukan hanya hewan liar, tetapi predator yang mampu membunuh dalam sekejap.
Beberapa aspek penting dari pelatihan mereka meliputi:
1. Latihan nyata: Mereka harus menghabiskan waktu di hutan dan pegunungan untuk memahami pola perilaku harimau.
2. Penguasaan senjata tradisional:Â Busur, tombak, dan pedang menjadi senjata utama. Mereka juga berlatih menunggang kuda sambil berburu.
3. Taktik pengepungan:Â Strategi yang digunakan termasuk menjebak, mengalihkan perhatian, dan menggunakan umpan untuk mengelabui harimau.
4. Penguatan nilai moral dan etika:Â Filosofi Konfusianisme ditanamkan kuat, bahwa mereka bertugas bukan untuk membunuh demi kesenangan, tetapi demi melindungi rakyat.
Pelatihan ini menciptakan prajurit yang tidak hanya kuat secara fisik, tetapi juga kokoh secara mental dan moral.
Dampak Sosial dan Sejarah Chakhogapsa
Dari Penjaga Nyata ke Simbol Nasional
Keberadaan Chakhogapsa membawa dampak besar bagi masyarakat Joseon. Setelah mereka mulai beroperasi:
* Serangan harimau menurun drastis, terutama di daerah yang menjadi lokasi tugas mereka.
*Â Masyarakat lebih aman dan produktif, terutama petani dan pedagang yang beraktivitas di wilayah hutan.
* Nama-nama Chakhogapsa tertentu bahkan tercatat dalam arsip kerajaan karena keberhasilan mereka membunuh harimau yang meresahkan.
Namun, seiring waktu dan perubahan zaman, kebutuhan terhadap pasukan ini mulai berkurang. Pembangunan, pergeseran politik, dan menurunnya populasi harimau membuat keberadaan mereka menjadi simbolis. Meski begitu, cerita dan keberanian mereka tetap dikenang.
Chakhogapsa dalam Budaya Populer Masa Kini
Reinkarnasi Kisah dalam Webtoon dan Media Digital
Kisah Chakhogapsa tidak menghilang ditelan waktu. Di era digital, mereka justru dihidupkan kembali dalam bentuk yang lebih segar dan menarik. Salah satu contohnya adalah webtoon berjudul 7Fates: CHAKHO yang merupakan hasil kolaborasi antara HYBE dan LINE Webtoon, dibintangi oleh anggota BTS.
* Cerita 7Fates: CHAKHO menggambarkan Chakhogapsa versi futuristik, dengan unsur mistis dan dunia yang dilanda monster bernama *Beom*, simbolisasi harimau.
* Latar cerita menggambarkan kota distopia dengan konflik batin dan trauma masa lalu.
* Nuansa budaya Korea yang kuat, dengan mengangkat mitos lokal, seperti kepercayaan bahwa roh korban harimau bisa membawa kutukan pada keluarga yang ditinggalkan.
Melalui medium ini, Chakhogapsa menjadi bagian dari pop culture, dikenal generasi baru dengan sentuhan modern namun tetap menghormati akar sejarahnya.
Relevansi dan Refleksi Budaya
Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Chakhogapsa?
Kisah Chakhogapsa bukan hanya tentang memburu harimau. Ia adalah refleksi tentang:
* Respons cerdas terhadap ancaman nyata dari alam
* Peran negara dalam melindungi rakyatnya
* Perubahani simbolis dari kekuatan militer ke warisan budaya
Chakhogapsa mewakili bagaimana sebuah permasalahan yang meresahkan masyarakat, seperti gangguan dari binatang buas, bisa diatasi secara terorganisir, penuh perhitungan, dan dengan nilai-nilai luhur.
Kesimpulan: Jejak yang Tak Terhapus oleh Waktu
Chakhogapsa adalah contoh nyata dari bagaimana sejarah lokal bisa memberi inspirasi besar. Mereka bukan hanya pelindung, tetapi juga simbol keberanian dan dedikasi terhadap masyarakat. Dari hutan belantara Korea hingga halaman-halaman webtoon masa kini, kisah mereka masih bergema.
Melalui pasukan ini, kita belajar bahwa ancaman tidak selalu datang dari sesama manusia. Alam pun bisa menjadi lawan yang menguji ketahanan suatu peradaban. Dan dari ujian itulah, muncul kisah tentang para prajurit pemberani yang hingga kini masih dikenang sebagai Chakhogapsa, para pemburu harimau yang menjaga nyawa rakyat dengan keberanian dan kehormatan.
Jika kamu tertarik dengan bagaimana sejarah tradisional Korea hidup dalam budaya populer masa kini, kisah Chakhogapsa adalah pintu masuk yang menarik, antara realitas sejarah dan imajinasi kreatif yang tak berbatas.
Referensi:
- Joseon Army - Wikipedia, https://en.wikipedia.org/wiki/Joseon_Army
- The tiger hunters - The Korea Times, https://www.koreatimes.co.kr/opinion/20191012/the-tiger-hunters
- Simbolik Harimau (Horang-I/Beom) Dalam Tamadun Korea - The Patriots, https://thepatriots.asia/simbolik-harimau-horang-i-beom-dalam-tamadun-korea/
- Harimau dalam Budaya Korea - Saung Korea, https://saungkorea.com/harimau-dalam-budaya-korea/
- Pengaruh Mitos Kuno pada Penurunan Populasi Harimau di Zaman Modern - National Geographic, https://nationalgeographic.grid.id/read/133769013/pengaruh-mitos-kuno-pada-penurunan-populasi-harimau-di-zaman-modern
- Gapsa (history) - NamuWiki, https://en.namu.wiki/w/%EA%B0%91%EC%82%AC%28%EC%97%AD%EC%82%AC%29
- BTS Has A New Webtoon, "7Fates: CHAKHO" — Here's Everything You Need To Know - Koreaboo, https://www.koreaboo.com/news/bts-new-webtoon-7fates-chakho/
- Jungkook dkk Pemburu Monster, Kepoin Inspirasi Cerita Webtoon BTS '7Fates: CHAKHO', https://www.wowkeren.com/berita/tampil/00393803.html
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI