Salah satu contohnya adalah game Hachishaku (2025), di mana pemain harus memecahkan misteri sebuah desa berhantu sambil menghindari suara “Po… Po… Po…” yang menghantui setiap sudut permainan.
Podcast dan Creepypasta
Kisahnya menjadi topik menarik dalam podcast horor seperti Kowabana atau Ghost in My Machine, serta diadaptasi dalam berbagai creepypasta berbahasa Inggris yang tersebar di seluruh dunia.
Manga dan Ilustrasi Digital
Ilustrator dan komikus Jepang menggambarkannya dalam berbagai gaya seni, mulai dari anime hingga seni realistik, menonjolkan kesan menyeramkan dari tinggi tubuh dan aura gelapnya.
Musik dan Simbol Psikologis
Lagu seperti “Hachishakusama” oleh Gottpot memadukan genre flamenco dengan J-Pop, menggambarkan bisikan-bisikan gelap dan rasa takut terhadap hal tak dikenal, menjadi lambang dari rasa cemas dan isolasi manusia modern.
Dibandingkan dengan Hantu Jepang Lain
Dalam dunia horor Jepang, banyak makhluk menyeramkan yang dikenal karena kisah hidupnya yang tragis atau dendam masa lalu. Misalnya, Kuchisake-onna, wanita bermulut robek yang bertanya “Apakah aku cantik?” kepada siapa saja yang ditemuinya di lorong gelap.
Ia adalah sosok urban legend yang sudah dikenal sejak zaman Edo dan sering dikaitkan dengan kecemburuan atau pengkhianatan cinta.
Lalu ada Teke-Teke, hantu siswa sekolah yang tubuhnya terpotong menjadi dua karena kecelakaan kereta api. Hantu ini merangkak dengan suara berdecit yang membuat bulu kuduk merinding, mencerminkan rasa sakit dan trauma yang tak pernah selesai. Kisahnya banyak ditakuti anak sekolah di Jepang.
Ada juga Yuki-onna, wanita cantik berbalut salju, yang dalam diam membekukan pria-pria muda yang tersesat di musim dingin. Meskipun mematikan, ia sering digambarkan memiliki sisi melankolis yang berhubungan dengan kesedihan dan kesepian.