Ekskavasi yang dilakukan sejak tahun 2019 hingga tahun 2024 sudah banyak mengungkap hal menarik. Beberapa penemuan di sini benar-benar mengubah cara kita melihat kompleksitas Majapahit:
* Struktur talud besar berbentuk persegi panjang dengan ukuran 316 x 216 meter, yang diduga menjadi batas kompleks kerajaan atau situs pendharmaan.
* Penemuan kerangka manusia, termasuk kerangka perempuan dewasa dan kerangka seorang balita. Sampel ini sekarang sedang diteliti melalui uji karbon dan analisis DNA untuk lebih memahami identitas dan peran mereka dalam masyarakat Majapahit.
* Temuan pilar dan umpak batu, yang menunjukkan adanya bangunan besar seperti pendopo atau aula.
* Susunan batu bata raksasa khas Majapahit hingga 14 lapis, masing-masing berukuran 32 x 22 x 6 cm.
* Lapisan geologi yang tak biasa, termasuk batu boulder besar, yang mengindikasikan bahwa kawasan ini pernah mengalami peristiwa alam besar, mungkin letusan atau banjir lahar.
Semua elemen ini seperti puzzle yang perlahan-lahan merangkai kisah tentang perencanaan kota, sistem keagamaan, hingga cara hidup masyarakat Majapahit. Kumitir bukan hanya sekadar situs arkeologi, tapi juga narasi yang terbuka untuk ditafsirkan ulang lewat pendekatan multidisipliner.
Tantangan dalam Pelestarian
Sayangnya, potensi besar ini datang dengan banyak tantangan. Sekitar 60% dari struktur bangunan bata di Kumitir saat ini sudah rusak parah. Ada beberapa penyebab yang membuat hal ini terjadi, antara lain:
* Aktivitas penggalian liar untuk memproduksi bata lokal.
* Pemakaian lahan situs sebagai kebun tebu dan sawah.
* Perlindungan fisik yang minim serta regulasi konservasi yang belum maksimal.