Di balik ladang dan pemakaman kecil di Dusun Bendo, Mojokerto, Jawa Timur, ternyata ada sebuah rahasia besar dari masa lalu Nusantara. Bukan cuma tumpukan batu bata kuno, Situs Kumitir kini dianggap sebagai salah satu penemuan arkeologi paling penting dalam pengkajian tentang Kerajaan Majapahit.Â
Perlahan tapi pasti, situs ini mulai mengungkap sejarah yang lama tersembunyi, memperlihatkan bagian-bagian penting dari warisan budaya yang pernah berkuasa di tanah Jawa.
Jadi, bisa dibilang, Kumitir bisa jadi kunci untuk membuka babak baru dalam studi arkeologi Majapahit. Dari sini, kita bisa melacak jejak politik, spiritualitas, bahkan demografi masa lalu yang selama ini belum sepenuhnya terungkap. Situs ini bukan hanya menyimpan artefak kuno, tapi juga potensi pengetahuan yang bisa mengubah cara kita memahami sejarah Nusantara.
Dari Tanah Biasa Menjadi Panggung Sejarah
Penemuan Situs Kumitir itu sendiri cukup menarik, dan ya, bisa dibilang, terjadi secara kebetulan. Pada tahun 2016, seorang pembuat bata lokal menemukan tumpukan bata yang aneh saat menggali tanah. Namun, tepatnya pada pertengahan tahun 2019, ketika Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur melakukan penggalian resmi, perhatian serius mulai tertuju pada penemuan ini.
Di bawah pimpinan Bapak Wicaksono Dwi Nugroho, tim peneliti menemukan struktur dinding penahan besar yang membuat publik geger. Struktur ini ternyata bukan berdiri sendiri, melainkan menunjukkan jejak kuat sebagai bagian dari bekas istana Bhre Wengker, yang merupakan bangsawan penting dan menantu dari Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit.
Sejak saat itu, Kumitir bukan lagi lahan biasa. Ia telah bertransformasi menjadi panggung sejarah yang penting, membawa kita menyelami kehidupan elite Majapahit dari sudut pandang yang jarang terlihat.
Kumitir dalam Naskah Kuno
Temuan fisik ini gak cuma ada di sini. Dalam naskah-naskah kuno seperti Nagarakertagama dan Pararaton, Kumitir sudah lama disebut sebagai tempat yang penting.Â
Dalam Pupuh 83 Nagarakertagama, ada sebutan tentang Narasinghamurti, yang diduga sebagai Mahesa Cempaka, kakek Raden Wijaya, yang didharmakan di sini. Menariknya, pembangunan tempat suci tersebut bahkan dikatakan dilakukan oleh Bhre Wengker sendiri
Naskah Pararaton menyebut wilayah ini dengan nama Kumeper, sementara dalam kidung-kidung Jawa kuno, Kumitir digambarkan sebagai wilayah spiritual yang erat dengan ritual dan kepercayaan masyarakat Majapahit.Â
Nama Kumitir yang ada dalam teks-teks klasik ini semakin menguatkan dugaan bahwa situs ini bukan hanya tempat tinggal para bangsawan, namun juga pusat spiritual dan pendharmaan. Ini menjadikan Kumitir salah satu titik penting dalam peta spiritual dan politik Majapahit.