Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Teori Bumi Datar: Konsep Kuno yang Masih Bertahan Hingga Kini

12 Juni 2025   07:00 Diperbarui: 12 Juni 2025   03:18 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Flat Earth VS. Round Earth by barneybluepants on DeviantArt (www.deviantart.com)

Sejak manusia pertama kali memandang langit dan melangkah di tanah, pertanyaan tentang bentuk Bumi telah menjadi bagian penting dari rasa ingin tahu kita. Sebelum adanya satelit dan teknologi modern, banyak peradaban awal berusaha memahami dunia di sekitar mereka melalui pengamatan langsung. 

Salah satu kepercayaan yang pernah diterima secara luas adalah bahwa Bumi itu datar. Konsep ini bertahan selama ribuan tahun sebelum akhirnya digantikan oleh pemahaman ilmiah bahwa Bumi itu bulat.

Namun, meskipun sains telah memberikan berbagai bukti kuat tentang bentuk Bumi yang bulat, ide bahwa Bumi itu datar ternyata masih hidup hingga sekarang. Beberapa orang dan komunitas bahkan aktif mempromosikan teori ini, memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan pandangan mereka. 

Mengapa sebuah ide kuno yang telah terbantahkan bisa tetap menarik bagi sebagian orang di era modern ini? Untuk memahami fenomena ini, mari kita telaah sejarahnya, tokoh-tokoh pendukungnya, alasan di balik kepercayaannya, serta bukti ilmiah yang berlawanan dengan teori tersebut.

Sejarah Teori Bumi Datar

Konsep yang Telah Ada Sejak Zaman Kuno

Pada masa awal peradaban, manusia belum memiliki alat canggih untuk mengamati alam semesta. Oleh karena itu, banyak budaya kuno menggambarkan Bumi sebagai cakram datar yang mengapung di tengah alam semesta. Keyakinan ini bukan hanya muncul di satu wilayah, tetapi tersebar di berbagai penjuru dunia.

Misalnya, masyarakat Mesopotamia dan Mesir Kuno memandang Bumi sebagai dataran luas yang dikelilingi oleh lautan, mirip seperti piring raksasa. Di Tiongkok kuno, langit dianggap sebagai kubah besar yang menutupi dunia datar di bawahnya. Bahkan para filsuf awal dari Yunani, seperti Thales dan Anaximander, mengemukakan pandangan serupa.

Namun, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, muncul pandangan yang berbeda. Pythagoras adalah salah satu orang pertama yang menyatakan bahwa Bumi berbentuk bulat, dan kemudian Aristoteles memperkuat gagasan ini dengan bukti-bukti observasi. 

Salah satu pencapaian paling menonjol adalah dari Eratosthenes, seorang ilmuwan Yunani yang pada abad ke-3 SM berhasil menghitung keliling Bumi dengan mengamati bayangan matahari di dua lokasi berbeda. Hasilnya cukup presisi dan memperkuat gagasan bahwa Bumi itu bulat.

Tokoh-Tokoh Modern Pendukung Teori Bumi Datar

Walaupun ilmu pengetahuan telah membuktikan bentuk bulat Bumi, beberapa orang tetap mempertahankan teori Bumi datar hingga zaman modern. Bahkan, mereka tidak hanya mempercayainya, tetapi juga aktif menyebarkannya melalui tulisan, media sosial, hingga konferensi.

Beberapa  tokoh Bumi datar yang dikenal antara lain:

* Samuel Shenton (1903–1971): Pendiri Flat Earth Society pada tahun 1956, ia berpendapat bahwa gambar-gambar dari luar angkasa adalah palsu dan hasil manipulasi teknologi.

* Charles K. Johnson (1924–2001): Pemimpin Flat Earth Society setelah Shenton. Ia menyebarkan teori ini melalui surat kabar, wawancara, dan kampanye publik.

* Mark Sargent: Salah satu tokoh aktif di era modern. Ia menjadi tokoh utama dalam beberapa film dokumenter tentang Bumi datar dan seringkali mengadakan konferensi.

* Eric Dubay: Penulis buku The Flat Earth Conspiracy, yang percaya bahwa NASA dan banyak institusi ilmiah iInternasional  sudah sejak lama menipu publik mengenai  bentuk Bumi.

* David Weiss: Seorang pembuat podcast dan konten daring yang menggunakan platform media sosial untuk menyebarkan keyakinannya mengenai Bumi datar.

Para tokoh ini memainkan peran besar dalam menjaga teori ini tetap hidup, khususnya di era internet saat penyebaran informasi sangat cepat dan luas.

Mengapa Masih Ada yang Percaya Teori Bumi Datar?

Kepercayaan terhadap teori Bumi datar pada zaman modern mungkin terdengar sangat mengejutkan, tetapi hal ini tidak lepas dari beberapa faktor yang memengaruhi pola pikir dan persepsi orang.

1. Skeptisisme terhadap Institusi Ilmiah

Banyak pendukung teori ini tidak percaya pada institusi besar seperti NASA, lembaga pendidikan, atau pemerintah. Mereka beranggapan bahwa kebenaran telah disembunyikan, dan bahwa masyarakat luas telah dibohongi selama puluhan bahkan ratusan tahun.

2. Pengaruh Media Sosial

Internet adalah lahan subur bagi teori alternatif. Video-video di YouTube, unggahan di Facebook, hingga forum-forum daring memberi ruang bagi narasi teori Bumi datar untuk berkembang. Banyak orang yang tertarik dengan teori konspirasi merasa “tercerahkan” oleh informasi yang tidak mereka dapatkan di sekolah.

3. Interpretasi Pengamatan Visual

Beberapa orang berpendapat bahwa jika kita melihat cakrawala, maka tampaknya ia datar, bukan melengkung. Mereka juga menilai bahwa air seharusnya tumpah jika permukaan Bumi benar-benar melengkung. Padahal, pandangan ini tidak memperhitungkan skala besar Bumi dan fenomena seperti refraksi atmosfer.

4. Komunitas yang Kuat dan Terorganisir

Gerakan Bumi datar memiliki komunitas yang aktif dan mendukung satu sama lain. Mereka sering mengadakan pertemuan, diskusi, bahkan eksperimen sederhana untuk “membuktikan” klaim mereka. Rasa kebersamaan ini memperkuat keyakinan dan membuat mereka merasa menjadi bagian dari sesuatu yang besar.

5. Teori Konspirasi Global

Sebagian besar penganut teori ini percaya bahwa dunia dikendalikan oleh elit global yang sengaja menyembunyikan kebenaran. Menurut mereka, bentuk Bumi yang sebenarnya disembunyikan untuk tujuan tertentu, seperti kontrol sosial dan ekonomi.

Bukti Ilmiah bahwa Bumi Bulat

Ilmu pengetahuan modern telah menyediakan berbagai bukti yang jelas dan tidak terbantahkan bahwa Bumi berbentuk bulat. Beberapa di antaranya termasuk:

* Foto dari luar angkasa: Gambar-gambar dari satelit dan misi luar angkasa dengan jelas menunjukkan bahwa Bumi adalah bola.

* Bayangan Bumi saat gerhana Bulan: Ketika terjadi gerhana Bulan, bayangan yang terbentuk di permukaan Bulan selalu melengkung, menandakan bentuk bulat Bumi.

* Perbedaan rasi bintang di berbagai lokasi: Rasi bintang yang terlihat berbeda tergantung dari mana kita melihatnya di Bumi. Ini hanya mungkin terjadi jika Bumi berbentuk bulat.

* Kapal yang hilang di cakrawala: Saat kapal bergerak menjauh dari pantai, bagian bawahnya menghilang terlebih dahulu, bukan keseluruhan kapal sekaligus. Ini terjadi karena kelengkungan Bumi.

* Jalur penerbangan internasional: Penerbangan antarbenua yang melengkung justru menjadi bukti bentuk Bumi, karena mengikuti lintasan terpendek pada permukaan bola (garis besar lingkaran).

Kesimpulan

Teori Bumi datar memang berasal dari masa lalu, ketika manusia belum memiliki pengetahuan dan teknologi seperti sekarang. Meskipun kini telah banyak bukti ilmiah yang membuktikan bahwa Bumi bulat, sebagian orang tetap mempercayai bahwa Bumi itu datar. 

Hal ini tidak lepas dari rasa tidak percaya terhadap institusi ilmiah, pengaruh media sosial, serta kuatnya komunitas yang mendukung pandangan ini.

Fenomena ini bukan sekadar soal bentuk planet, tetapi lebih dalam lagi menyangkut bagaimana manusia mencari makna, mempercayai informasi, dan merasa menjadi bagian dari komunitas. 

Dengan memahami sejarah, tokoh-tokohnya, serta alasan di balik keyakinan terhadap teori ini, kita dapat lebih bijak dalam menyikapi perbedaan pandangan tanpa mengabaikan pentingnya berpijak pada bukti ilmiah dan logika rasional.

Referensi:

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun