Yutu-2 dibekali dengan sistem navigasi semi-otonom, sehingga ia dapat memilih jalur yang paling aman secara mandiri saat menjelajah. Rover Yutu-2 juga memiliki berbagai sensor gambar, radar penembus tanah (GPR), dan spektrometer untuk menganalisa komposisi tanah Bulan. Teknologi ini sangat penting dalam mengumpulkan data ilmiah tanpa harus selalu dikendalikan dari Bumi.
3. Satelit Queqiao: Penghubung dari Sisi Terjauh Bulan
Karena rover Yutu-2 berada di belakang Bulan, komunikasi langsung dengan Bumi tidak mungkin dilakukan. Untuk mengatasi hal ini, Tiongkok meluncurkan satelit Queqiao, yang ditempatkan di titik Lagrange antara Bumi dan Bulan.Â
Satelit ini berfungsi sebagai relay komunikasi, memungkinkan data dari Yutu-2 dikirim ke Bumi melalui koneksi stabil. Tanpa bantuan Queqiao, misi ini tidak akan bisa berjalan dengan lancar.
Mengungkap Evolusi Bulan dengan Misi Chang’e
Tiongkok tidak hanya puas dengan penjelajahan permukaan Bulan, tetapi juga berambisi memahami asal usul dan perkembangan Bulan secara menyeluruh. Hal ini dilakukan melalui berbagai misi Chang’e yang semakin kompleks dan ambisius.
1. Chang’e 6: Mengambil Sampel dari Sisi Jauh Bulan
Chang’e 6 merupakan misi pertama dalam sejarah yang berhasil mengumpulkan dan membawa kembali sampel dari sisi jauh Bulan. Hal ini penting karena sisi jauh memiliki karakteristik geologi yang berbeda dari sisi yang biasa kita lihat dari Bumi.Â
Dengan menganalisis sampel ini, ilmuwan dapat membandingkan proses pembentukan di kedua sisi dan menyusun ulang sejarah geologis Bulan.
2. Chang’e 7: Mencari Es Air di Kutub Selatan
Misi Chang’e 7 dijadwalkan untuk menjelajahi kutub selatan Bulan, wilayah yang dipercaya menyimpan cadangan es air di dalam kawah-kawah gelap yang tidak pernah terkena sinar matahari.Â
Es air ini sangat penting untuk masa depan eksplorasi manusia, karena dapat diubah menjadi air minum, oksigen, atau bahkan bahan bakar roket. Keberadaan air akan menjadi kunci dalam membangun koloni manusia di Bulan.