Salah satu teori paling populer menyebutkan bahwa denyut ini disebabkan oleh gelombang laut yang menghantam tepi benua, terutama di wilayah Teluk Guinea. Ketika gelombang laut menghantam daratan dengan kekuatan tertentu, mereka menciptakan getaran kecil yang merambat melalui kerak bumi. Getaran ini dikenal sebagai mikroseismik, dan memang biasa tercatat oleh seismometer.
Dalam teori ini, denyut Bumi dianggap sebagai bentuk mikroseismik yang sangat teratur. Namun, pertanyaannya adalah: mengapa gelombang tersebut begitu konsisten dalam hal waktu dan kekuatan, hingga menghasilkan denyut setiap 26 detik secara global?
2. Aktivitas Vulkanik di Dasar Laut
Teori lain menyebutkan bahwa denyut ini mungkin berasal dari aktivitas vulkanik bawah laut di sekitar Pulau Sao Tome. Jika ada gunung berapi di dasar laut yang memiliki aktivitas secara periodik, seperti pelepasan gas atau magma dalam siklus tertentu, hal itu bisa menghasilkan gelombang seismik yang konsisten.
Sayangnya, belum ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa ada gunung berapi di wilayah tersebut yang aktif secara berkala dengan periode 26 detik.
3. Hubungan dengan Resonansi Schumann
Sebagian peneliti mencoba mengaitkan denyut Bumi dengan Resonansi Schumann, yaitu gelombang elektromagnetik alami yang bergema antara permukaan Bumi dan lapisan ionosfer. Resonansi ini sering disebut sebagai “frekuensi alami” Bumi dan dianggap berperan dalam kestabilan medan elektromagnetik planet ini.
Namun, hingga kini belum ada hubungan langsung yang bisa dibuktikan antara denyut seismik dan resonansi elektromagnetik ini. Dua fenomena ini mungkin tampak berkaitan, tetapi mekanisme penghubungnya masih belum ditemukan.
4. Interaksi Atmosfer, Lautan, dan Tektonik
Beberapa ilmuwan berpikir bahwa denyut Bumi mungkin merupakan hasil dari interaksi kompleks antara atmosfer, lautan, dan lapisan tektonik. Ketiganya bisa saja menciptakan semacam sistem resonansi alam yang menghasilkan getaran dengan ritme tertentu.
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa Bumi adalah sistem yang sangat terintegrasi dan bahwa denyut ini adalah “efek samping” dari ritme internal planet yang belum sepenuhnya dipahami.