Di tengah kekayaan sejarah dan cerita mistis Nusantara, nama Eyang Raden Surya Kencana menyimpan daya tarik tersendiri, terutama bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.Â
Sosok ini tidak hanya dikenal sebagai tokoh spiritual, tetapi juga sebagai penjaga gaib pegunungan dan tokoh penyebar Islam di wilayah Cianjur. Keberadaan beliau telah menjadi bagian penting dalam cerita rakyat dan kepercayaan masyarakat Sunda, bahkan hingga kini masih dihormati oleh banyak orang.
Yang membuat kisah Eyang Surya Kencana semakin menarik adalah ditemukannya petilasan atau tempat penghormatan terhadap beliau di dalam kelenteng, tempat ibadah umat Tionghoa. Dua lokasi yang paling terkenal adalah di Kelenteng Boen San Bio, Tangerang dan Kelenteng Hian Thian Siang Tee di Pasar Palmerah, Jakarta.Â
Meskipun kelenteng identik dengan tradisi Tionghoa dan ajaran Tridharma, keberadaan petilasan seorang tokoh Islam di tempat ini justru menunjukkan bagaimana budaya, kepercayaan, dan sejarah bisa saling bersinggungan dan berpadu dalam harmoni.
Sosok Eyang Raden Surya Kencana
Eyang Surya Kencana adalah putra dari Pangeran Aria Wiratanudatar, pendiri Cianjur, seorang tokoh yang dipercaya pernah hidup di masa awal berdirinya Kota Cianjur.Â
Hal yang membuat beliau menjadi sosok istimewa adalah kisah bahwa ibunya berasal dari bangsa jin, sehingga banyak masyarakat percaya bahwa Eyang Surya Kencana memiliki kemampuan spiritual dan kekuatan gaib yang luar biasa.
Di kalangan masyarakat Sunda, beliau diyakini sebagai penyebar ajaran Islam yang halus dan bijaksana. Namun, peran beliau tak berhenti di situ. Banyak orang percaya bahwa Eyang Surya Kencana masih "menjaga" kawasan Gunung Gede Pangrango dari gangguan makhluk halus atau energi negatif.Â
Karena itu, tak heran bila hingga kini banyak orang mendaki gunung ini bukan sekadar untuk berwisata, tetapi juga untuk berziarah dan mencari berkah.
Salah satu tempat yang paling dikenal adalah Alun-alun Suryakencana, sebuah padang luas di tengah Gunung Gede. Di tempat ini terdapat batu berbentuk seperti pelana kuda, yang dipercaya sebagai tempat singgasana beliau. Banyak peziarah datang dengan membawa bunga atau melakukan meditasi di area ini sebagai bentuk penghormatan.
Keberadaan Petilasan di Dalam Kelenteng
Yang menjadikan kisah Eyang Surya Kencana semakin unik adalah keberadaan petilasannya di dalam kelenteng, tempat yang selama ini identik dengan kebudayaan Tionghoa. Fakta ini memperlihatkan bahwa masyarakat Tionghoa pun turut menghormati tokoh ini dan menganggapnya sebagai bagian dari sejarah spiritual yang berharga.Â