Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Baterai Baghdad: Artefak Misterius Penyimpan Energi Listrik Zaman Kuno

11 November 2023   07:00 Diperbarui: 11 November 2023   07:05 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: The 2,000 year old Baghdad Battery (jp-robinson.com)

Apakah kamu pernah mendengar tentang baterai Baghdad? Bukan, ini bukan nama merek baterai yang dijual di pasar, melainkan sebuah artefak kuno yang ditemukan di Irak pada tahun 1936. Artefak ini diduga merupakan salah satu bukti bahwa orang-orang di zaman kuno sudah mengetahui dan memanfaatkan energi listrik untuk berbagai tujuan. Namun, bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi? Apa kegunaan dan asal-usul artefak ini? Dan apakah ada artefak serupa yang ditemukan di tempat lain? Dalam artikel ini, kita akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dan mengungkap misteri di balik baterai Baghdad.

Apa itu Baterai Baghdad?

Baterai Baghdad adalah sebutan untuk artefak-artefak yang ditemukan pada tahun 1936 oleh seorang arkeolog Jerman bernama Wilhelm König, yang sedang melakukan penggalian di sebuah makam kuno di desa Khuyut Rabbou'a, dekat Baghdad, Irak. Artefak ini berupa sebuah pot tanah liat berwarna kuning, berukuran 6 inci, sebuah silinder yang terbuat dari lembaran tembaga yang melekat pada mulut panci menggunakan segel dari 60% -40% campuran timbal-timah, dan sebuah batang besi. Pada tahun 1938, König menerbitkan tulisan yang menduga bahwa artefak tersebut merupakan sel galvanik, yaitu sebuah alat yang dapat menghasilkan arus listrik dengan menggunakan reaksi kimia antara dua logam yang dicelupkan ke dalam larutan elektrolit. Jika benar, artefak ini mendahului penemuan Alessandro Volta tahun 1800, yang dianggap sebagai penemu baterai modern.

Namun, tidak semua orang setuju dengan teori König. Beberapa ilmuwan dan sejarawan meragukan bahwa artefak ini benar-benar berfungsi sebagai baterai, karena tidak ada bukti bahwa orang-orang di zaman kuno memiliki pengetahuan dan teknologi listrik yang cukup untuk membuat dan menggunakan baterai. Selain itu, tidak ada penjelasan yang meyakinkan tentang kegunaan dan asal-usul artefak ini. Apakah artefak ini dibuat di Mesopotamia, atau diimpor dari tempat lain? Apakah artefak ini berasal dari masa Parthia atau Sassania, yang berkuasa di wilayah tersebut antara abad ke-3 SM hingga abad ke-7 M? Apakah artefak ini digunakan untuk tujuan religius, medis, atau ilmiah? Atau apakah artefak ini hanyalah sebuah kebetulan yang tidak berarti? Sampai saat ini, belum ada jawaban yang pasti untuk pertanyaan-pertanyaan ini.

Apa Kegunaan Baterai Baghdad?

Meskipun tidak ada bukti yang kuat untuk mendukung teori König, beberapa ilmuwan dan peneliti telah mencoba untuk menguji dan menjelaskan kemungkinan kegunaan baterai Baghdad. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan membuat replika atau tiruan dari artefak ini dan mengisi pot tanah liat dengan berbagai jenis larutan elektrolit, seperti air asam, air garam, atau cuka. Dengan cara ini, mereka berharap dapat mengukur tegangan listrik yang dihasilkan oleh artefak dan menentukan apakah artefak ini cukup kuat untuk digunakan untuk tujuan tertentu.

Salah satu percobaan yang paling terkenal adalah yang dilakukan oleh F. M. Gray, seorang teknisi yang bekerja di General Electric - High Voltage Lab, Pittsfield, Massachusetts, pada tahun 1978. Gray membuat replika dari baterai Baghdad dengan menggunakan pot tanah liat, silinder tembaga, batang besi, dan aspal sebagai segel. Dia mengisi pot dengan air asam dan menghubungkan kabel ke silinder dan batang. Hasilnya, dia mendapatkan tegangan listrik sebesar 1,5 - 2 volt, yang cukup untuk menyalakan lampu LED atau jam digital. Gray juga menghubungkan sepuluh replika baterai Baghdad secara seri dan berhasil mendapatkan tegangan listrik sebesar 15 - 20 volt, yang cukup untuk menyalakan lampu neon. Gray berpendapat bahwa baterai Baghdad mungkin digunakan untuk tujuan elektroplating, yaitu proses melapisi logam dengan logam lain dengan menggunakan arus listrik. Hal ini bisa menjelaskan mengapa beberapa artefak kuno dari Mesopotamia memiliki lapisan tipis dari logam mulia, seperti emas atau perak.

Namun, tidak semua percobaan memberikan hasil yang sama. Beberapa ilmuwan dan peneliti yang mencoba untuk mereplikasi baterai Baghdad mendapatkan tegangan listrik yang sangat rendah atau bahkan nol, tergantung pada jenis dan konsentrasi larutan elektrolit yang digunakan, serta kondisi lingkungan dan atmosfer. Selain itu, tidak ada bukti arkeologis atau sejarah yang menunjukkan bahwa orang-orang di zaman kuno memiliki alat dan metode untuk melakukan elektroplating dengan menggunakan baterai. Oleh karena itu, teori Gray masih bersifat spekulatif dan belum dapat dibuktikan.

Selain elektroplating, ada beberapa teori lain yang mengemuka tentang kemungkinan kegunaan baterai Baghdad. Salah satunya adalah teori yang diajukan oleh Paul T. Keyser, seorang profesor klasik dari Universitas Alberta, Kanada, pada tahun 1980. Keyser mengaitkan baterai Baghdad dengan sebuah buku kuno dari India berjudul Shilpa-Sansar, yang ditulis oleh Shri Parashuram Hari Thatte pada tahun 1904. Buku ini menerangkan prinsip teknis dan cara kerja baterai dalam format yang mirip dengan baterai kuno Baghdad dari suatu masa pemerintahan Maharaja Rama, sekitar 5.000 tahun sebelum Masehi. Keyser berpendapat bahwa baterai Baghdad mungkin digunakan untuk tujuan medis, yaitu sebagai alat analgesik atau penahan rasa sakit. Dengan memberikan arus listrik yang lemah ke bagian tubuh yang sakit, baterai ini bisa mengurangi rasa sakit atau menyembuhkan penyakit.

Namun, teori Keyser juga memiliki kelemahan. Pertama, tidak ada bukti bahwa buku Shilpa-Sansar benar-benar berasal dari zaman kuno, atau hanya merupakan karya fiksi yang dibuat oleh Thatte. Kedua, tidak ada bukti bahwa baterai Baghdad memiliki hubungan atau pengaruh dengan budaya India, atau sebaliknya. Ketiga, tidak ada bukti bahwa orang-orang di zaman kuno memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang pengobatan listrik, atau bahwa pengobatan listrik benar-benar efektif untuk mengatasi rasa sakit atau penyakit. Oleh karena itu, teori Keyser juga masih bersifat spekulatif dan belum dapat dibuktikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun