Permasalahan anak durhaka memang selalu ada sejak jaman dahulu kala. Hal ini pun telah menjadi sebuah topik yang utama dalam Cerita Rakyat.
Setidaknya ada cerita rakyat yang menggambarkan kedurhakaan seorang anak. Ketika tidak mau mengakui orang tuanya setelah menjalani kesuksesan.
Padahal jika kita pahami, seorang anak dilahirkan oleh karena adanya hubungan kasih dari orang tua.Â
Salah satu cerita rakyat yang paling legendaris tentang kedurhakaan seorang anak adalah Maling Kundang. Cerita yang berasal dari provinsi sumatra barat ini sungguh sangat melegenda bagi anak-anak Indonesia.Â
Bagaimana tidak? Kisah maling kundang sering diceritakan berulang-ulang oleh orang tua kita , dan coba saja lihat perpustakaan anak. Buku kisah maling kundang pasti akan selalu ada baik di perpustakaan sekolah, daerah ataupun provinsi.
Kisah Malung kundang pula sering dijadikan contoh bagi orang tua kita untuk tidak melawan orang tua sejak kecil dengan sedikit memberi rasa takut dikutuk jadi batu.
Maling Kundang adalah karakter yang sangat membekas dipikiran kita. Ketika kasus durhaka terjadi disekitar kita msyarakat sering mencap anak tersebut durhaka seperti maling kundang.
Maling kundang adalah seorang anak dari keluarga yang miskin. Ia memperoleh keberuntungan saat pergi merantau dan memperoleh kesuksesan, ia juga beryntung karena menjadi saudagar kaya dan memiliki istri yang cantik.
Sayangnya keberuntungannya menjadi hancur ketika Ia pulang kekampung halamannya. Dalam kekayaannya Ia berhasil mendukakan ibunya dalam tetesan air mata. Ia tidak mengakui ibun yang telah melahirkannya karena miskin.
Alhasil sang Ibu pun mengutuknya menjadi batu. Terlepas dari mitos ataupun cerita rakyat, Hingga sekarang batu yang merupakan perwujudan Maling Kundang masih dapat kita lihat di provinsi Sumatera Barat.
Kita dapat menemukannya di Pantai Air Manis terletak 15 kilometer dari pusat Kota Padang. Ya ... ketika Saya pernah kesana ntah kenapa ada rasa takut ketika melihatnya.Â