Mohon tunggu...
Andri Oktovianus Pellondou
Andri Oktovianus Pellondou Mohon Tunggu... Dosen - Saya senang dunia Filsafat, Sains, dan ilmu Sosial

Pengajar

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Catatan Iman, Sebuah Refleksi Iman Kristen

22 April 2022   10:04 Diperbarui: 5 Maret 2023   18:34 2084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Dalam refleksi hari ini, saya mencoba merenungkan mengapa masih banyak orang Kristen yang meragukan Tuhan? Mungkin saat membaca tulisan ini, banyak orang Kristen yang bergumam dalam hati ah saya bukan salah satu dari orang yang meragukan Tuhan. Tapi benarkah?

Saya pernah berdiskusi dengan seorang teman yg menganut pandangan bahwa dalam Alkitab ada banyak kumpulan mitos, termasuk beberapa kisah seperti Yunus di perut ikan, lalu air berubah menjadi darah, dan juga mujizat2x yg dilakukan Yesus. Injil hanya dianggap sebagai tulisan pengalaman murid-murid Yesus saja.

Di akhir diskusi yang panjang lebar itu, saya sempat bertanya kepada dia, apakah bro percaya Yesus itu Tuhan? Apakah bro masih mempercayai adanya surga? Apakah dengan mempelajari teologi seperti itu apakah bro tidak kuatir bahwa suatu saat bro bisa meninggalkan Tuhan yang bro percayai?

Dia terdiam sejenak lalu kemudian dengan ragu dia berkata bahwa dia pernah hampir menjadi seorang atheis, tapi dia tetap pada pendirian bahwa secara intelektual kita harus terbuka pada teori teori yang ada.  Saya kemudian jadi berpikir, kalau seandainya dia konsisten dengan pandangan teologinya seperti itu maka sebenarnya ada alasan untuk dia meninggalkan kepercayaan Theis dan menjadi atheis, tetapi kenapa dia tidak melakukan itu??

Kalau saya di posisi dia maka saya akan memilih menjadi atheis karena saya tidak akan mau sesuatu yang saya sendiri tidak yakin benar. Saya jadi teringat apa yang dikatakan Jacob Van Brugen dalam bukunya mengenai Alkitab, yaitu bahwa bagaimana pandangan kita terhadap Alkitab akan mempengaruhi sikap dan cara kita memperlakukan Alkitab termasuk sikap dan pandangan kita tentang Tuhan.

Jikalau kita menganggap Alkitab ini tidak seratus persen Firman Allah maka saat kita membaca ayat-ayat tertentu yang menegur kesalahan kita, kita akan berusaha merasionalisasinya sebagai bukan Firman Tuhan agar kita bisa menyingkirkan ayat ayat itu dari kehidupan kita. 

Maka akhirnya praktek eisegeselah yang  terjadi. Itulah yang terjadi akhir-akhir ini dalam beberapa tafsiran teolog. Salah satunya adalah tafsiran-tafsiran yang mendukung pernikahan LGBT.

Salah satu faktor penyebab keraguan kita terhadap Tuhan karena adanya kesalahpahaman terhadap Alkitab. Maka untuk membereskan keraguan itu, kita perlu membangun sebuah pemahaman yang benar mengenai Alkitab. Tapi bagaimana kita menilai Alkitab? Apa standarnya? Apakah sains ataukah Alkitab itu sendiri?

Jikalau standar untuk menilai Alkitab adalah sains seperti pandangan para teolog sekuler, maka apa yang akan menjadi standar untuk menilai sains? Apakah teori teori sains sudah begitu mutlaknya sehingga bisa menjadi semacam dogma untuk menguji Alkitab? 

Anehnya, banyak teolog ingin menyingkirkan sifat dogmatis dari Alkitab tetapi kemudian menempelkan sifat itu pada sains. Sains yang awalnya hanya berfungsi untuk memaparkan kenyataan kemudian berubah menjadi bersifat imperatif.

Banyak yang tak menyadari bahwa sikap anti doktrin Alkitab juga merupakan sebuah doktrin. Menggunakan pendekatan sains untuk menyerang otoritas Alkitab juga adalah sebuah klaim kebenaran karena mengasumsikan bahwa sainslah yang benar sedangkan Alkitab salah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun