Mohon tunggu...
Andri Kurniawan
Andri Kurniawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tulislah apa yang kamu pikirkan, cintailah apa yang menjadi milikmu. Kita semua berjalan menuju kesuksesan dengan caranya masing-masing, sebab ada yang harus dinanti, didoakan, serta diusahakan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Robert Wolter Monginsidi: Sebuah Arti Perjuangan

3 Juli 2021   21:00 Diperbarui: 3 Juli 2021   21:08 1302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wajah R.W Monginsidi (sumber: tirto.id)

KELUARGA 

Robert Wolter Monginsidi, salah satu pahlawan kemerdekaan dan nasional Indonesia yang harus gugur di usia muda. Beliau dilahirkan pada 14 Februari 1925 di Malalayang, Manado, Sulawesi Utara dari pasangan Petrus Monginsidi dan Lina Suawa. Ia merupakan putra ke 4 dari pasangan tersebut. Sewaktu kecil, ia kerap dipanggil dengan nama Bote.

Keluarga Monginsidi hidup dalam  kesederhanaan, orang tua Robert hanya seorang petani kelapa, namun mereka punya harapan besar terhadap anak-anaknya dengan menyekolahkan setinggi-tingginys agar kelak menjadi pemuda yang berguna bagi bangsa.

PENDIDIKAN
Robert menempuh pendidikan sekolah dasar pertamanya di Hollands Inslanche School. Setelah tamat dari HIS, ia melanjutkan pendidikan tingkat menengah pertama di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs.

 Setelah lulus dari MULO,  kemudian Robert melanjutkan ke pendidikan studi Bahasa Jepang, lulus dari studinya, Robert kemudian bekerja sebagai guru bahasa Jepang di daerah Liwutung, Minahasa dan Luwuk Sulawesi.

Beliau terkenal sebagai sosok yang tampan dan gagah, selain itu, ia juga gemar membaca buku serta mahir dalam bahasa Belanda, Jepang dan Inggris, tak ayal hal tersebut membuat Robert mengerti apa yang di katakan oleh para tentara penjajah.

Belum lama menjadi guru, Robert memutuskan ingin melanjutkan pendidikannya di salah satu sekolah di Ujung Pandang (pada masa penjajahan Jepang).

AWAL PERJUANGAN
Setelah beberapa waktu berlalu, tepat pada tanggal 15 Agustus 1945 terdengar kabar bahwa Jepang menyerah tanpa syarat pada Sekutu yang dipimpin oleh Jendral Douglas MacArthur.

Tidak butuh waktu lama, berita tersebut pun terdengar ditelinga Robert dan kawan-kawan. Mereka merasa senang, hal tersebut membuat mereka percaya bahwa kemerdekaan Indonesia akan terwujud secepatnya.

Dua hari kemudian, pada 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia terjadi yang ditandai dengan pembacaan naskah proklamasi oleh Soekarno.

PUNCAK PERJUANGAN

Robert dan kawan-kawan menyambut haru peristiwa itu. Sifat pejuang mereka pun semakin berkobar. Robert dan kawan-kawan membuat plakat-plakat perjuangan di sepanjang jalan, bahkan di depan kantor Belanda yang saar itu masih mendiami tanah Sulawesi.

Pada 17 Oktober 1945, Robert dengan pasukannya hendak melakukan serangan pada Belanda dengan menguasai tempat-tempat strategis  Belanda, seperti stasiun radio, sekolah dan benteng-benteng pertahanan.

Tidak hanya itu, Laskar Pejuang Muda yang dipimpin Robert juga menawan para perwira-perwira Belanda. Hal tersebut tentu membuat mereka geram. Para petinggi Belanda pun mengirim pasukan perlawanan pada Laskar Pejuang Muda.

Pada 20 Oktober 1945, terjadilah pertempuran besar di  Ujung Pandang antara pasukan Belanda dan pasukan yang di komandoi Robert. Saat itu, kebetulan ada tentara Australia yang berjaga juga dan hanya melihat, namun, pasukan Belanda berusaha menghasut mereka agar ikut membantu.

Pada akhirnya, pihak Australia pun membantu Belanda, sehingga Laskar Pemuda Indonesia pun terdesak, banyak pahlawan yang berguguran, darah tercecer dimana-mana. Pemuda yang masih hidup akhirnya ditangkap dan ditawan oleh pihak Belanda, termasuk Robert.

Setelah ditangkap, sebenarnya Robert dan beberapa pemuda sempat kabur dan bersembunyi. Selain itu, Robert juga mendirikan organisasi pejuang bernama Laskar Pemberontak Rakyat Sulawesi Indonesia (LAPRIS) pada 17 Juli 1946 yang memiliki tujuan untuk menumpas segala hal tentang Belanda demi kemerdekaan Indonesia.

Robert juga memimpin Pasukan Harimau Indonesia dan memulai serangkaian perlawanan pada November 1946 sampai Januari 1947. Dari perlawanan ini, banyak sekali pasukan Belanda yang tewas karena strategi perang gerilya Pasukan Harimau.

Akhirnya Belanda pun membuat ultimatum pada rakyat Sulawesi, ultimatum tersebut berbunyi "barangsiapa yang bisa menangkap Robert Wolter Monginsidi akan di beri hadiah".
Meski begitu, Robert tidak pernah berhasil ditangkap.

Pada Desember 1946 pasukan Belanda pun membantai habis semua orang yang ada di Ujung Pandang.  Lagi-lagi Robert berhasil kabur. Namun, pada 28 Februari 1947, Robert tertangkap dan segera dimasukan penjara Hoogepod Ujung Pandang. Belum lama, dia kembali berhasil kabur dengan menggranat atap dapur penjara hasil penyelundupan dari teman-temannya. Belanda makin murka.

Pada 26 Oktober 1948 Robert disergap ditempat persembunyiannya, lantaran ada diantara pasukannya yang berkhianat padanya dengan  memberitahu tempat persembunyiannya pasukan Robert.

Diapun dimasukan penjara lagi. Didalam penjara, Robert ditawari untuk bergabung pada pihak Belanda, namun ia selalu menolak dan tetap cinta tanah air Indonesia. Belanda jadi gelap mata, Robert akhirnya dibawa ke Peradilan Kolonial Belanda dan dijatuhi hukuman mati.

Akhirnya hari itu tiba, 5 September 1949 dini hari, saat terakhir Robert tiba. Saat akan ditembak, Robert dengan teguh menggengam kitab Injil sebagai bentuk taatnya pada Tuhan. Robert pun akhirnya ditembak dan gugur sebagai pahlawan muda di usianya yang baru 24 tahun.

SURAT TERAKHIR UNTUKNYA

Beberapa hari sebelum Robert diadili, ia masih sempat mengirim surat pada seorang gadis Manado bernama Millie Ratulangi, anak dari Dr. Sam Ratulangi.

Surat tersebut berisikan kalimat puitis yang berbunyi "Bunga yang sedang mekar, digugurkan oleh angin yang keras"

PESAN UNTUK KITA DARI SEORANG PEJUANG
Dalam secarik kertas, ia menuliskan "Dengan bantuan Tuhan, aku menjalani hukuman mati ini. Aku tidak punya rasa dendam pada siapapun, juga tidak kepada mereka yang menjatuhiku hukuman mati ini. Tetapi aku yakin, segala pengorbanan, air mata dan darah para pemuda kita akan menjadi pedoman yang kuat untuk tanah air Indonesia yang kita cintai ini" dariku untukmu para penerus bangsa.

Robert Wolter Monginsidi, sampai sekarang namanya diabadikan menjadi nama rumah sakit, jalan, dan bandar udara sebagai bentuk penghormatan atas jasanya membela tanah air Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun