tetap waspada meskipun kata orang itu aman
Generasi 1990an pasti ingat dengan masa nokia, iya nokia yang dulu menjadi primadona, tentunya taka sing dengan nokia tipe 3310, 2300, 1600 dengan layar yang kecil tetapi tahan banting kita rela membeli kartu perdana dengan harga yang terbilang mahal di masanya, misalkan dengan 400 ribu mendapatkan pulsa. Kita serasa menjadi orang yang berbahagia ketika memiliki hp ini. Tentunya, kita dulu rela membeli kartu karena adanya Short Massage Service atau yang biasa kita sebut SMS. Menggantikan posisi Warung Telpon (Wartel) yang menggaruskan kita pergi dan mencari terlebih dahulu, alasan praktis ini yang menjadikan SMS sebagai primadona meskipun terbilang mahal bahkan dihitung per "paragraf".
Masa primadona SMS terus berlanjut hingga hp ber kamera, tentunya ketika itu era hp berkamera kita menjadi kekinian, meskipun sudah dikenal era internet, berkomunikasi via SMS masih digunakan.
-BBM terkenal, SMS mulai tertinggal
Era dimana BlackBerry Massanger (BBM) masuk ketika sekitar tahun 2004 membuat itu kita larut akan seremoni BBM yang menjadikan kita "mulai irit" membeli pulsa, kekinian dengan berbagi PIN, berkirim foto dan lain-lain.
-BBM terdisrup android
Belum lama kita bangga dengan BBM, tahun 2010 isu mulai adanya android yang lebih canggih dengan fiturnya, BBM mulai ditinggalkan terlebih lagi BBM menjual sahamnya dan BBM bisa diunduh di hp android. Ketika itu masih zaman bertukar PIN, hingga adanya aplikasi chat lainnya, salah satunya Whatsapp (WA). Sejak 22 Januari 2015, WA diluncurkan, banyak orang mulai melirik lebih praktisnya WA karena kemudahannya dan terhubung dengan nomor yang kita gunakan. Selain itu, fiturnya pun menjadi lebih canggih misalkan berbagi suara, video, dan lokasi dengan realtime. Seolah kita selalu dimanjakan dengan teknologi ini.
Era disrup menjadikan kita sebagai pengguna khususnya milenial menjadi lebih enak dan praktis dimanapun dan kapanpun. Dimulai dari revolusi 3.0 dengan adanya otomatisasi seperti internet, teknologi informasi berganti menjadi revolusi 4.0 yaitu eranya revolusi digital. Praktisnya kita di era disrupt ini tak lantas menjadikan kita lengah dan terlena, bisa disebutkan kita semakin transparan dan melintasi ranah privasiu kita. Era teknologi seperti meminum obat aka nada efek samping yaitu "cyber crime".
"Kenikmatan ini semua harus dibayar mahal, dirilis dari data itgid.org, posisi Indonesia menempati urutan 41 negara yang memiliki keamanan data di tahun 2018, dan ini menjadi PR kita bersama untuk selalu waspada dan tidak larut akan seremoni teknologi"
Lantas apa yang harus kita lakukan? Apakah kita kembali ke era SMS atau bagaimana?
Ini yang menjadi pertanyaan kita sekarang setelah adanya kebijakan baru whatsap yang seolah ingin melintasi ranah privasi kita dengan memberikan data kita yang katanya alasan iklan semata. Ada tiga kubu, kubu A berpendapat "biarkan saja, gak mau ribet pindah-pindah atau ganti", kubu B berpendapat "sudah saatnya berganti ini karena tidak bisa dibiarkan, tetapi kita bingung apa yang bagus" kubu C berpendapat "yaudah kita ikut aja air mengalir", kita berada di kubu yang mana tentunya hanya Tuhan dan diri kita yang tau. Ada beberapa alternatif seperti telegram, wechat, Line, Bip, dan lain-lain. Pertanyaan selanjutnya apakah kita aman selalu ketika kita berpindah haluan ke aplikasi tersebut. Risiko keamanan data akan terus menjadi hantu di masa kini karena teknologi, tentunya jawaban terbaik adalah lebih aware menjaga privasi kita, baca seksama, terus waspada dan jangan asal "Yes" ketika ditanya sesuatu. Ingatlah privasi ada di tangan kita dan waspada meskipun "kata orang itu aman".