Mohon tunggu...
Andre Satria
Andre Satria Mohon Tunggu... Lainnya - Pejuang Bidang Sosial - Penggemar Sepakbola Arsenal FC - Garuda di Dadaku

Orang biasa yang berfokus untuk mengimplementasi bidang sosial.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Rasa Brazil di Arsenal, Mungkinkah Ikuti Langkah "The Invincibles Arsenal"?

19 Agustus 2020   08:09 Diperbarui: 27 Agustus 2020   11:38 1352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edu Gaspar Technical Director Arsenal (Sumber: Getty Images)

Penggemar Arsenal sejak dahulu tidak mungkin tidak tahu apa arti dari "The French Connection". Istilah ini sangat populer saat era Arsene Wenger melatih Arsenal. Dalam prakteknya, "The French Connection" ini dimaksudkan dengan Arsenal konsisten melakukan rekrutmen pemain dengan warga negara Perancis.

Wenger di tahun awalnya saja langsung melakukan rekrutmen pemain Perancis yang namanya melegenda dikalangan penggemar hingga sekarang, Patrick Viera. Padahal kala itu, sang pelatih justru baru akan bergabung ke Arsenal pasca penandatanganan kontrak Viera. Tetapi Arsenal tetap melakukan rekrutmen berdasarkan rekomendasi Wenger. Setelah Viera, selanjutnya diikuti oleh Remi Garde, Nicolas Anelka, Emmanuel Petit, Thierry Henry, Robert Pires and Sylvain Wiltord.

Nama-nama inilah yang sebagian besar ikut melambungkan  nama Arsenal di kancah Eropa hingga puncaknya menjadi tim pertama yang memenangkan Liga Inggris tanpa terkalahkan atau dikenal dengan nama "The Invincibles Arsenal" pada tahun 2003-2004.

Setelah dinasti "The Invincibles Arsenal", Wenger tidak berhenti untuk melakukan rekrutmen pemain Perancis untuk memperkuat timnya. Tongkat estafet diteruskan oleh Gael Clichy, William Gallas, Samir Nasri, Laurent Koscielny, dan Olivier Giroud. 

Di era Patrick Viera, pemain-pemain Perancis harus diakui bukan favorit untuk direkrut. Walau permainnya cukup eksplosif seperti yang ditunjukan oleh Eric Cantona di Manchester United dan David Ginola di Newcastle United, namun pelatih-pelatih Liga Inggris mengingat pemain Perancis memiliki perangai buruk dan suka terlibat dalam perkelahian.

Wenger yang juga berkebangsaaan Perancis melihat hal ini tidak sebagai hambatan, melainkan sebagai peluang. Bahkan Wenger sengaja mengeksploitasi rasa Perancis melalui dirinya yang merupakan figur yang populer di Perancis akibat pencapaiannya AS Monaco. Hal ini ditujukan agar pemain-pemain Perancis berminat untuk bermain di Arsenal. Secara bisnis, pemain-pemain Perancis memang jauh lebih murah harga pembeliannya daripada negara lainnya, terutama Italia yang jaman itu Liga Italia merajai Eropa.  Wenger juga mempersiapkan lingkungan disekitar Arsenal agar sesuai dengan kebutuhan pemain-pemain asal Perancis.

Efek dari "The French Connection" dirasakan sangat positif oleh Arsenal hingga sekarang. Walau terhitung sudah terpaut 2 generasi sejak "The Invincibles Arsenal".

Nama-nama seperti Lacazette, Guendouzi and Saliba atau bahkan pemain Afrika kelahiran Perancis seperti Nicolas Pepe asal Pantai Gading dan dan penyerang Gabon, Pierre-Emerick Aubameyang, jauh lebih mudah untuk direkrut oleh Arsenal. 

Mereka rata-rata bertumbuh menonton Thierry Henry, Robert Pires, dan Patrick Viera dan menjadikannya panutan cara bermain sepak bola mereka. Bergabung dengan Arsenal merupakan kehormatan untuk mengikuti jejak langkah para pahlawannya.

Langkah yang sama tampaknya sedang dilakukan Arsenal saat ini. Sasarannya tidak lagi ke pemain-pemain dari negara-negara asal benua Eropa, melain pemain-pemain berwarga negara Brasil. Alih-alih rekrutmen mempergunakan strategi mendekati super agen yang membutuhkan uang banyak, sekarang pandangan diarahkan ke Liga Brasil ataupun pemain-pemain Brasil yang sudah malang melintang di Eropa sejak usia muda.

Tidak heran apabila scout sepakbola Arsenal yang tidak terkena pemutusan hubungan kerja saat terjadinya pengurangan 55 karyawan Arsenal beberapa waktu lalu adalah mereka yang khusus menangani Amerika Selatan, yakni Jonathan Vidal dan Everton Joshiken. Secara bisnis, rekrutmen untuk pemain-pemain Brasil saat ini memang jauh lebih murah.

Strategi ini tentu tidak jauh-jauh akibat kehadiran Technical Director Arsenal, Edu, yang juga berkewarganegaraan Brasil dan pernah bermain di Arsenal era "The Invincibles Arsenal". 

Dengan berbekal pengalaman sebagai direktur sepakbola klub sepak bola Corinthians dan ikut serta menangani tim nasional Brasil, Edu mempergunakan jaringannya untuk rekrut pemain-pemain Brasil berbakat.

Arsenal tidak asing sebetulnya dengan pemain-pemain Brasil. Sebut saja selain Edu, nama yang cukup beken dan termasuk dalam era "the Invicibles Arsenal", Gilberto Silva. 

Namun, nama-nama lainnya seperti Silvinho, Eduardo da Silva, Julio Baptista, dan Andre Santos tidak bisa tampil luar biasa di Arsenal. Seorang anak muda Brasil yang berhasil direkrut oleh Arsenal, Denilson, yang di gadang-gadang sebagai pemain muda berbakat dimasanya pun akhirnya tidak bisa berkembang.

Dalam berbagai interview yang dilakukan Denilson, ia mengakui salah satu kegagalannya berkembang di Arsenal akibat dari kehidupan di luar sepak bola yang cukup berat saat ia harus hijrah dari Brasil ke Inggris. 

Hidup seorang diri jauh dari keluarga dan tidak ada pembimbing senior di klub. Mungkin Edu merasakan yang sama dimasanya sebab budaya yang dikembangkan oleh Wenger memang ditujukan kepada pemain-pemain berwarga negara Perancis.

Oleh karena itu, Edu tampaknya bersiasat dengan mengembangkan lingkungan di sekitar Arsenal yang dapat mendukung pemain-pemain Brasil berkembang. 

Selain dirinya aktif di teknis sepakbola, ia juga merekomendasikan atau bahkan saat ini aktif melakukan rekrutmen pemain-pemain senior Brasil seperti David Luiz dan Willian. Jika Coutinho memang jadi bergabung dengan Arsenal, tentu akan menambah daftar pemain senior Brasil.

Pemain senior Brasil dimaksudkan sebagai role model dan daya tarik bagi pemain-pemain Brasil muda berbakat untuk mau bermain untuk Arsenal. Uji coba cara ini tampaknya sudah dilakukan dengan didatangkannya Gabriel Martineli yang mendapatkan mentor David Luiz. 

Dalam berbagai wawancaranya, Martineli menyatakan pengaruh David Luiz sangat besar terhadap dirinya untuk dapat beradaptasi di lingkungan sepakbola Inggris. Hasil dilapangan juga terbukti, Martineli bisa mencetak 10 gol dalam 21 pertandingan.

Tidak hanya pemain, Edu juga berusaha mengisi karyawan pendukung dengan orang berkewarganegaraan Brasil. Terbaru, Edu dikabarkan hendak rekrut fisioterapi ternama asal Brasil yang bekerja untuk Paris Saint Germain, Bruno Mazziotti. Seluruhnya dimaksudkan untuk membangun lingkungan yang kondusif bagi pemain-pemain Brasil.

Arteta tampaknya juga tidak keberatan jika Edu merekomendasikan pemain-pemain Brasil karena memang sebetulnya talenta-talenta dari negeri samba tidak perlu diragukan lagi kualitasnya jika dikelola dengan benar.  

Ke depan, penggemar Arsenal harus siap akan banjirnya pemain-pemain muda Brasil di Arsenal, termasuk yang terbaru adalah Gabriel Magalhaes . 

Namun, penggemar Arsenal juga harus sabar untuk melihat buah strategi Edu karena dapat dikatakan saat ini masih dalam tahap awal invasi Brasil di Arsenal. 

Wenger saja membutuhkan waktu beberapa tahun dengan pemain Perancisnya untuk merajai Liga Inggris. Siapa tahu dengan pelatih Arteta, kita bisa melihat aroma Brasil atau mungkin kita bisa sebut nantinya sebagai "The Brazil Connection" mengulang keberhasilan "The Invicibles Arsenal" dalam waktu dekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun