Mohon tunggu...
Andreas Raditya
Andreas Raditya Mohon Tunggu... Foto/Videografer - :)

:)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sesal, Ada di Akhir Cerita

16 Agustus 2018   16:11 Diperbarui: 16 Agustus 2018   16:28 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Nana kumat lagi," ujar bu Hayu, guru berhijab yang mengantarkanku kepada Nana.

            Aku hanya bisa diam. Bu Hayu mulai tenang.

            "Bu Manda, boleh kita berbicara sebentar di sebelah sana?" ia mengarahkanku agar menjauh dari ranjang. Sepertinya ia bermaksud supaya Nana tidak mendengar pembicaraanku dengannya.

            Bu Hayu adalah guru wali kelas Nana, selain itu beliau adalah ibu kedua bagi Nana. Hubungan kami dengan bu Hayu sangat dekat, wajar saja kalau beliau tahu bahwa Nana sedang kumat.

            "Tidak seperti biasanya, bu. Nana belakangan ini sering menyendiri, berbeda dengan Nana yang ceria," kata bu Hayu,"apakah bu Manda sedang menyembunyikan sesuatu dari Nana?" lanjutnya.

            Hujan di luar semakin deras.


            Aku berterus-terang, semenjak kepergian Radit, Nana tidak berhenti bertanya perihal keberadaan ayahnya. Saat di rumah, apalagi saat hujan, ia hanya bermain dengan Sabrina, boneka hadiah dari ayahnya saat Nana genap berusia lima tahun. Sama sepertiku, Nana sangat dekat dengan Radit, ayahnya. Lima bulan semenjak kepergian Radit, Nana terus bertanya kapan Radit akan pulang.

            "Nana berhak tahu," ujar bu Hayu.

            Ayahku sudah lama meninggal. Nana, bocah lima tahun yang selalu mengingatkanku betapa ayahku dulu sangat mencintaiku. Meskipun ayah membesarkanku seorang diri, namun ia mampu menghadirkan sosok ibu dalam hidupku melalui setiap nasehat yang tersemat. Berbeda denganku, aku tidak bisa menghadirkan sosok ayah kepada Nana. Radit sudah berkhianat, aku membencinya.

            Dalam hati, aku menyesal.

Bersambung .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun