Mohon tunggu...
Andreas Neke
Andreas Neke Mohon Tunggu... Pegiat media sosial

Andreas Neke lahir di Sobo (Mangulewa) pada 08/03/80. Pendidikan Dasar di SDI Waruwaja. Pendidikan Menengah di SMPN 2 Bajawa dan SMAN Bajawa. Selanjutnya ke Seminari KPA St. Paulus Mataloko (2 tahun) , dan Pendidikan Calon Imam Kapusin (OFM Cap) di Sibolga (1 tahun), Parapat (1 tahun) , Nias (1 tahun), STFT St. Yohanes Pematangsiantar (4 tahun), TOP di Paroki St. Fransiskus Xaverius Ndondo (10 bulan), serta Pasca Sarjana (2 tahun). Pernah mengajar di SMA St. Clemens Boawae (2010-2017). Saat ini mengajar di SMK Sanjaya Bajawa. Aktif menulis media sosial. Sudah menulis 3 buah buku yang berjudul REMAJA DAN PERGUMULAN JATI DIRINYA (2015), IMAN YANG MEMBUMI (2016), dan MENATA BANGSA YANG BERADAB (2025) . Tinggal di Padhawoli, Kel. Trikora, Bajawa, Flores, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Makanan Lokal Bajawa sebagai Pilar MBG di Kabupaten Ngada

7 Oktober 2025   07:24 Diperbarui: 7 Oktober 2025   15:12 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Gambar: httpsseringjalan.comwp-contentuploads202004images-5-4.jpg)

Setiap masyarakat memiliki makanan lokal yang unik dan lezat. Tiap-tiap makanan lokal mencerminkan kekayaan budaya dan tradisi yang beragam. Makanan lokal juga menjadi sumber nutrisi serta menjadi bagian penting dari identitas budaya dan warisan leluhur.

Keunikan-keunikan makanan lokal mencakup bahan lokal (menggunakan bahan-bahan yang tersedia di daerah setempat), teknik memasak tradisional (teknik memasak yang diwariskan dari generasi ke generasi), serta terkandung nilai budaya (terkait dengan upacara adat dan tradisi).

Beberapa contoh makanan khas dari berbagai daerah di Indonesia antara lain Rendang (Sumatra Barat), berbahan dasar daging sapi yang dimasak dengan rempah-rempah, Gudeg (Jawa), berupa nangka muda yang dimasak dengan santan dan gula merah, Sate Lilit (Bali), yang dibuat dari daging cincang dan dibentuk di atas bambu, Papeda (Maluku), berupa Sagu yang dimasak menjadi bubur, dan lain-lain.

Layaknya setiap wilayah dan masyarakat adat memiliki makanan khas dan unik, demikian halnya dengan masyarakat Bajawa-Ngada, sebagai salah satu propinsi di Nusa Tenggara Timur. Makanan lokal masyarakat Bajawa-Ngada juga sangat lezat dan unik; selain itu juga mencerminkan kekayaan identitas budaya dan tradisi masyarakat setempat.

Makanan lokal masyarakat Ngada-Bajawa meliputi makanan yang terbuat dari bahan pokok seperti jagung dan ubi, serta makanan khas seperti Ra'a Rete yang terbuat dari daging babi dan kelapa, dan juga Rumpu Rampe yang merupakan makanan khas masyarakat Bajawa-Ngada yang terbuat dari sayuran.

Makanan yang melekat dengan budaya masyarakat Bajawa-Ngada adalah ubi (uwi). Ubi merupakan makanan pokok leluhur masyarakat Bajawa-Ngada sebelum mengenal nasi, yang memiliki peran penting dalam upacara adat Reba. Masyarakat Ngada menyebutnya dengan Su'i Uwi (Ajaran Pokok Kehidupan).

Makanan lokal lainnya yang khas masyarakat Bajawa-Ngada adalah jagung. Jagung merupakan makanan pokok yang lazim dijumpai, yang kemudian  masyarakat setempat mengolahnya menjadi Jagung Bose.

Selain itu, masih ada makanan khas lainnya seperti Ra'a Rete, yakni makanan khas masyarakat Bajawa-Ngada yang terbuat dari daging babi, kelapa, dan rempah-rempah, yang sering disajikan dalam upacara adat. Juga masih ada Rumpu Rampe, yakni makanan khas Bajawa yang terbuat dari sayuran.

Beberapa contoh makanan khas masyarakat Bajawa adalah sebagai berikut:

1. Ubi

Ubi merupakan makanan pokok tradisional masyarakat Bajawa-Ngada yang menjadi simbol rasa syukur, persaudaraan, dan keberlanjutan kehidupan, yang  terintegrasi dalam berbagai upacara adat, terutama Pesta Adat Reba. Dewasa ini terdapat beragam jenis ubi yang bisa diolah dengan berbagai cara, yang tentunya akan menambah cita rasa dan selera makan.

2. Jagung Bose 

Jagung Bose adalah bubur jagung. Makanan ini terbuat dari jagung yang dimasak dengan bahan lain yaitu kacang merah, santan, dan kacang tanah. Jagung Bose umumnya tersaji dengan makanan lain yaitu ikan bakar. Makanan ini juga biasanya dijadikan menu sarapan atau makan malam.

3. Ra'a Rete 

Ra'a Rete adalah hidangan tradisional masyarakat Bajawa-Ngada, yang memiliki nilai budaya dan peran penting dalam berbagai upacara adat, seperti perayaan syukur hasil panen (Reba). Makanan ini terbuat buat dari daging (biasanya babi atau ayam) yang direbus, kemudian dicampur dengan kelapa sangrai dan darah, yang memberikan cita rasa gurih, pedas, dan beraroma rempah.

4. Rumpu Rampe 

Makanan ini bahan dasarnya adalah daun ubi dan daun pepaya. Makanan ini rasanya lezat sekali karena adanya perpaduan rasa khas daun pepaya dan gurihnya ikan bakar.

Makan Bergizi Gratis (MBG) Bermenu Makanan Lokal 

Pangan Lokal MBG di Indonesia sangat menekankan pentingnya penggunaan makanan lokal untuk meningkatkan gizi anak-anak dan masyarakat. Perlu dipahami bahwa makanan lokal tidak hanya kaya nutrisi, tetapi dapat membantu melestarikan budaya dan mendukung ekonomi lokal.

Namun demikian harus disadari bahwa merupakan tantangan yang membutuhkan strategi yang jitu untuk perealisasiannya. Beberapa saran yang bisa menjadi catatan bersama antara lain, pertama, pemetaan potensi lokal, yakni mengidentifikasi berbagai sumber daya pangan lokal dengan berbagai hal di dalamnya seperti ketersediaan dan kandungan nutrisi serta dampak negatif dalam setiap bentuk pengolahannya.

Kedua, pengembangan menu. Menu harus sesuai dengan kebutuhan gizi dan kearifan lokal, termasuk di dalamnya adalah meniadakan bahaya keracunan dari bahan yang ada. Ketiga, pendidikan dan sosialisasi. Ini penting untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya makanan lokal.

Dan keempat, dukungan pemerintah dan kolaborasi dengan berbagai jejaring masyarakat. Yang dimaksud adalah untuk memfasilitasi demi terpenuhinya potensi lokal, pengembangan menu, dan penerimaan dari masyarakat melalui pendidikan dan sosialisasi karena berbagai menu makanan lokal umumnya dipandang tidak layak menjadi masakan, dengan alasan mendasarnya adalah sudah terlalu biasa memakannya tanpa melihat kandungan nutrisi dan nilai ekonomi di dalamnya.

Menurut hemat saya, makanan lokal merupakan pilar untuk perealisasian program MBG. Beberapa alasan antara lain biaya yang lebih murah karena tidak perlu mendatangkannya dari luar, dapat lebih memberdayakan petani dan pengusaha lokal, makanan lokal lebih kaya nutrisi dan lezat, dan melestarikan nilai-nilai budaya dan tradisi masyarakat setempat.

Ini berarti bahwa pemanfaatan makanan lokal akan lebih efektif dalam meningkatkan gizi dan mendukung pembangunan berkelanjutan di setiap daerah. Yang terpenting adalah bekerja sama dengan para petani di masing-masing daerah untuk menyediakan ketercukupan, serta dengan pihak-pihak lain untuk berkreasi dalam mencipatakan menu-menu baru dari makanan lokal yang ada, guna mendukung program yang lebih pro rakyat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun