Mohon tunggu...
Andre Jayaprana
Andre Jayaprana Mohon Tunggu... write and share

seek first to understand

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Poros Maritimku di Tumasik

28 Agustus 2015   17:55 Diperbarui: 28 Agustus 2015   17:55 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa." (Gajah Mada, Padmapuspita, 1966:38).

Itulah sumpah Gajah Mada. Gajah Mada nama besar yang menggetarkan. Mahapatih Kerajaan Majapahit. Kerajaan besar pada masanya.

Tumasik, ini nama yang tak asing. Bukan hanya tersumpahkan oleh Gajah Mada. Banyak sumber sejarah yang dapat menelusuri keberadaannya. Tersebut dalam Kitab Pararaton dan Nagarakrtagama. Tersebut pula dalam catatan perjalanan Laksamana Cheng Ho yang memimpin armada maritim yang sangat besar pada zamannya.

Tumasik sering juga disebut Tumasek atau Temasek, diduga asal katanya adalah “tasek” yang artinya danau dalam Bahasa Melayu. Kerap juga disebut sea town (kota laut). Menurut berbagai sumber sejarah pula, maka Tumasik ini asal-usulnya ternyata didirikan oleh Raja Hindu Melayu yang berasal dari Palembang (Sang Nila Utama). Tumasik sejak dulu dikenal sebagai pelabuhan perdagangan (trading port) yang ramai. Bukan hanya armada dagang Tiongkok mengakui hal itu bahkan juga armada dagang Eropa semisal Portugis mencatatnya demikian.

Adalah Parameswara, Raja Tumasik yang pernah berkuasa, diduga mengubah nama Tumasik menjadi Singapura. Perubahan ini kemungkinan dilakukan untuk menyesuaikan dan menegaskan posisi Tumasik sebagai kota pelabuhan perdagangan yang semakin kosmopolitan untuk ukuran saat itu. Banyak yang melupakan hal tersebut hingga kebangkitan kembali Singapura di bawah kepemimpinan Lee Kuan Yew dan hingga saat ini merayakan 50 tahun berdirinya sebuah negara.

Apa yang ada di benak pembaca ketika muncul topik tentang poros maritim ? Baiklah mungkin untuk sekadar melihat potret Singapura dulu dan kini. Singapura kini mencerminkan jayanya Tumasik terdahulu sebagai pelabuhan perdagangan dunia. Singapura kini adalah sebuah ekosistem maritim yang melibatkan kerja lebih dari 5.000 organisasi/institusi (swasta dan pemerintah tercakup dalamnya) yang menyerap lebih dari 170.000 tenaga kerja, sebuah ekosistem yang menyumbang sekitar 7% dari GDP Singapura. Rumah yang nyaman bagi sekitar 130 kelompok usaha pelayaran kelas dunia. Berbagai produk dan jasa maritim dapat dijumpai dengan mudah di Singapura.

Singapura adalah gerbang Asia yang ideal untuk pemain kelas dunia di bidang pembiayaan pelayaran, agen pelayaran, manajemen risiko dan asuransi pelayaran, juga merupakan pusat hukum dan arbitrase maritim serta merupakan pemain global untuk industri teknologi maritim dan lepas pantai (off-shore rig).

Berbagai asosiasi maritim internasional juga ada yang bermarkas dan memiliki kantor perwakilan di Singapura. Singapura terkoneksi dengan lebih dari 600 pelabuhan di lebih dari 120 negara di dunia. Lebih dari sekadar pusat container transhipment, Singapura merupakan pusat petrokimia ketiga terbesar di dunia yang memiliki refinery. Singapura juga memiliki industri galangan kapal yang canggih dan efisien di Asia Tenggara. Tidak kurang studi yang dilakukan, termasuk oleh OECD pada tahun 2008 menegaskan posisi Singapura sehubungan kemampuannya di bidang industri galangan kapal tersebut.

Adalah Batam, Bintan dan Karimun di sekitaran Singapura. Batam, Bintan dan Karimun kerap disingkat BBK itu adalah kawasan yang termasuk dalam provinsi yang masih muda di Indonesia, Kepulauan Riau. Walaupun provinsi Kepulauan Riau termasuk berusia muda, bukan berarti BBK juga masih muda perekonomiannya. BBK merupakan kawasan yang sudah lama dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Pulau Batam misalnya, sudah jelas Batam pada awalnya dikembangkan pada tahun 70-an untuk menyaingi Singapura, seiring dengan perjalanan waktu malah menjadi perpanjangan Singapura sebagai basis produksi. Iming-iming yang menarik bagi Batam untuk mengambil keuntungan dari lokasi strategisnya di dekat Singapura. Singapura menjadi media bagi Batam untuk merealisasikan masuknya penanaman modal asing serta layanan jasa Singapura yang lebih baik di bidang keuangan, kesehatan dan pendidikan. Semuanya dapat diakses dengan mudah oleh Batam. Begitu juga halnya dengan Bintan dan Karimun. BBK juga dapat mendapat keuntungan dari sektor pariwisata limpahan Singapura dari segmen pasar turis Tiongkok terutamanya.

Untuk Batam semuanya memang nyata. Industri elektronika sempat tumbuh berkembang pesat. Saat ini industri elektronika memang tidak secerah tumbuhnya industri galangan kapal. Tapi apapun di balik semua itu, adalah Singapura yang begitu kompetitif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun