Mohon tunggu...
andra nuryadi
andra nuryadi Mohon Tunggu... Konsultan - bekerja 20 tahun lebih di media, memiliki laboratorium kreativitas konten

Creative Addiction; Media Practitioner; Journalist

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Carlos Alcaraz si Pematah Mimpi dan Raket Djokovic

18 Juli 2023   12:03 Diperbarui: 18 Juli 2023   12:10 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Carlos Alcaraz (DOK. KOMPAS.ID) 

Emosi Djokovic sepertinya mulai terpancing. Jeda istirahat antara set ketiga ke keempat bahkan tertunda lebih dari 6 menit. Gara-gara Djokovic yang tak segera kembali merumput. Sementara Alcaraz sudah bersiap dan sesekali lari-lari kecil.

Babak keempat tensi permainan meninggi. Harapan Djokovic menang cepat telah memudar. Rumput Wimbledon kembali membuat Alcaraz terlepeset. Celakanya kejadian ini berulang kali ia alami di pertandingan-pertandingan sebelumnya. Dan hal itu selalu di game-game sulit.

Gaya keplesetnya pun sama. Split dan menggeserkan kaki kiri. Cuma di final tampak sekali raut muka Alcaraz menahan sakit. Bisa saja ini sebuah pertanda.

Toh itu tak membuat emosinya terganggu. Walaupun juga ia harus merelakan kemenangan kepada sang senior yang menyabet dua juara Grand Slam di 2023 dari tiga yang telah digelar.

Namun di sisi Djokovic amarah malah merusak performanya. Peristiwa pemukulan raket ke tiang net hingga penyok berat adalah momentum luapan emosinya terhebat. Raket hancur, Djokovic pun kena denda 119 juta rupiah.

Set terakhir adalah game paling menunjukkan sosok masing-masing. Hampir semua teknik tenis papan atas dipertontonkan. Kecerdasan diuji, beradu dengan fisik yang sudah terkuras selama lebih dari 4 jam. Ditambah perasaan yang ikut menyulut api emosi.


Di balkon, ayah dan ibu Alcaraz pasti tengah sport jantung. Di belahan balkon lainnya istri Djokovic juga lebih berdebar, mengingat ambisi yang tinggi. Apalagi jika menang, tiga Grand Slam 2023 berturut-turut adalah milik suaminya.

Mimpi Djokovic terhenti di Centre Court Wimbledon. Bocah yang usianya 23 tahun lebih muda penghentinya. Sudah begitu yang mempecundangi adalah akibat pukulan bolanya sendiri menyangkut di net.

Emosi Djokovic masih teraduk-aduk usai pertandingan. Sampai ia tak kuasa menahan haru saat melihat kedua anaknya masih tersenyum dan tertawa meski sang ayah kalah.

Alcaraz melanjutkan Rafael Nadal, seniornya yang telah gantung raket. Sepintas ada ciri yang mirip. Bodi kekar, pukulan keras dan cepat, trik dan teknik hebat. Ini gelar Grand Slam keduanya. Sekaligus pemain tenis pria termuda ketiga yang memenangi Wimbledon, setelah Boris Becker (Jerman) dan Bjorn Borg (Swedia).

Alcaraz tak hanya mematahkan mimpi Djokovic. Namun sekalian dengan raketnya. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun