Mohon tunggu...
And Media
And Media Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Lepas

Journalist Graphic Design Web Development

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suka Duka Menjadi Pendamping di Kampung Anak Negeri

22 April 2019   22:52 Diperbarui: 22 April 2019   23:06 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
UPTD Kampung Anak Negeri (Foto: Pemkot Surabaya)

Anak jalanan adalah masalah serius perkotaan. Hilangnya hak pendidikan, terlibat dalam kejahatan, pergaulan bebas dan rentannya anak-anak terhadap narkoba, membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mendirikan Kampung Anak Negeri.

Di lahan seluas 40x50 meter itu, anak-anak jalanan hingga putus sekolah bertransformasi menuju kehidupan normal. Mereka tidak hanya sekedar tinggal di penampungan. Tetapi, mereka juga diberikan kebutuhan primer, hak-hak pendidikan, pembinaan mental, hingga mengantar mereka mengembangkan budaya prestasi.

Ketika mulai memasuki kawasan ini, anda pasti akan mendengar suara khas riuh riang dan canda tawa gembira anak-anak. Yah, benar saja, suara yang anda dengar merupakan para penghuni di Kampung Anak Negeri. Saat ini, penampungan yang dikelola Dinas Sosial (Dinsos) Surabaya itu dihuni sebanyak 35 anak, mereka semua berjenis kelamin laki-laki, dengan usia rata-rata antara 8 - 18 tahun.

Sejak tahun 2009, Kampung Anak Negeri yang terletak di Jalan Wonorejo Timur No. 130 Surabaya, memang menjadi rumah baru bagi anak-anak jalanan, putus sekolah, hingga anak dengan masalah kesejahteraan sosial meraih masa depan yang lebih cerah.

Tak pelak, banyak dari mereka yang berhasil menorehkan berbagai prestasi di bidang olahraga, baik di tingkat regional maupun nasional. Salah satunya, Bledheg Sengheta yang pernah meraih juara 1 Piala KONI Surabaya, Ari Muchti juara 1 kejuaraan Balap Sepeda Piala KONI Surabaya, serta Moch. Hasyim juga pernah menjadi juara 1 kejuaraan atletik lari 60 meter antar SD se-Kota Surabaya.

Prestasi anak binaan Kampung Anak Negeri (Dok. pri)
Prestasi anak binaan Kampung Anak Negeri (Dok. pri)
Namun, dibalik keberhasilan itu semua, ternyata ada peran serta sosok seorang pendamping yang dengan sabar dan tekun membimbing mereka. Salah satunya adalah Suroso (32). Sejak tahun 2012, Suroso sudah mulai bekerja menjadi seorang pendamping di Kampung Anak Negeri.

Tak mudah memang menjadi seorang pendamping anak. Apalagi, menjadi pendamping anak-anak yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Ada yang berlatarbelakang akibat ditelantarkan orang tua, putus sekolah, bahkan anak yang memang diserahkan oleh orang tuanya karena terlalu dianggap nakal.

Suroso mengaku, awalnya masih ragu ketika ditawari kerja menjadi seorang pendamping di Kampung Anak Negeri. Bahkan sebelumnya, beberapa kawan ia sempat bercerita bagaimana kondisi anak-anak itu yang terbilang nakal. Namun, setelah tahu bagaimana kondisi di penampungan, membuat Suroso merasa iba.

"Kalau anak-anak di sini sifat dan karakternya itu kan berbeda-beda. Memang harus sabar, dari kalangan keluarga mereka juga berbeda-beda, ada yang ditelantarkan, yatim piatu, dan juga masalah sosial lain," kata Suroso.

Bahkan Suroso mengatakan, sebelum ia bekerja di penampungan tersebut, pernah ada 3 orang pendamping baru tiga bulan kerja sudah keluar. Alasannya, mereka tidak betah dan kurang sabar menghadapi anak-anak tersebut. "Kalau sekarang petugas pendampingnya ada 3 orang, termasuk dengan saya," ujarnya.

Namun, ada sisi lain yang membuat Suroso bertahan hingga sekarang menjadi seorang pendamping. Jika bukan karena ikhlas dan sabar, yah mungkin saja Suroso sudah jauh-jauh hari keluar kerja. Mendengar berbagai keluh kesah dari anak-anak itu, membuat Suroso ingin terus mengabdi bekerja di Kampung Anak Negeri.

"Saya selama tujuh tahun di sini kalau ndak sabar ndak betah, sudah keluar. Karena melihat latar belakang anak-anak di sini, hati saya jadi tersentuh, tergugah," tutur dia.

Tak mudah memang menjadi seorang pendamping, bahkan ayah pengganti bagi anak-anak jalanan tersebut. Namun, karena jiwa rasa sosial yang tinggi, membuat Suroso ikhlas merawat dan mengabdi menjadi seorang pendamping hingga sekarang.

"Merawat anak-anak di sini memang perlu sebuah kesabaran yang ekstra. Apalagi, jumlah mereka yang puluhan dengan latar belakang berbeda. Tak mudah memang untuk mendidik dan mengarahkan mereka agar mau menurut," cerita Suroso.

Anak-anak di penampungan ini, setiap pagi menjalani aktifitas seperti layaknya anak normal. Ada yang pergi berangkat ke sekolah, kejar paket, hingga belajar berwirausaha. Selama tinggal di penampungan, mereka akan dibiayai pemkot hingga lulus sekolah, bahkan dibantu dicarikan kerja. Bahkan saat ini, Kampung Anak Negeri telah menjalin kerjasama dengan salah satu hotel berbintang di Surabaya. "Alhamdulillah kemarin sudah ada dua anak yang bekerja di sana," ungkap Suroso.

Pendekatan yang dilakukan para pendamping kepada anak-anak pun terbilang berbeda. Seorang pendamping harus paham psikologis sang anak. Tak hanya itu, sosok pendamping juga harus bisa menjadi seorang ayah pengganti bagi anak-anak tersebut.

Penampungan ini juga terbilang berbeda dengan sebuah shelter. Anak-anak dibebaskan bermain, bahkan di luar area penampungan. Namun, ada batasan-batasan kedisiplinan yang harus mereka taati. Seperti bersekolah, belajar, sholat, mengembangkan bakat dan minat, serta mengaji. Sehingga, metode yang diterapkan itu membuat anak-anak yang tinggal di penampungan merasa nyaman dan have fun.

Kendati demikian, dalam perjalanannya, pastinya ada suka dan duka yang harus dilalui oleh seorang pendamping. Apalagi, jika ada anak yang baru masuk ke penampungan, seorang pendamping pasti harus ekstra sabar untuk mendidik dan mengarahkan anak itu agar mau menurut.

"Sukanya itu setahun dua kali sama anak-anak semua liburan, sama pembina juga. Kalau sedihnya ya kadang anak-anak bikin manggkel, berani sama ustadnya. Tapi ya kita kan harus sabar, namanya juga anak-anak," tutup Suroso. (and)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun