Mohon tunggu...
Andi Wi
Andi Wi Mohon Tunggu... Penulis - Hai, salam!

Bermukim di Cilongok - Banyumas - Jawa Tengah. Kamu bisa mulai curigai saya melalui surel: andozshort@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Belahan Jiwa

22 Maret 2017   01:22 Diperbarui: 23 Maret 2017   10:00 1095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pinterest.com

 “Aku tidak sekuat dirimu. Aku tak akan kuat jika kau meninggalkaku!”

“Aku sudah bersamamu bahkan lebih dari separuh usiaku ketika sendiri. Tidak. Ini terlalu kejam.”

“Lagi pula mengapa ada orang yang meninggalkan kekasinya, sebelum menyadari ia melakukan hal yang salah.”

Nyonya Gofman masih tidak menimpali ucapan suaminya itu.

“Jika ada hal yang patut kutinggalkan itu adalah karena aku benar. Usiaku, kematian itu benar-benar datang.”

—oOo—


Hari ketiga kematian Nyonya Gofman, Tuan Gofman, lebih sering tidur di bawah ranjang. Sesekali ia terbangun karena mendengar seseorang mendengkur di atasnya. Ia mengecek, tapi tak ada sesiapa.

—oOo—

Di hari kelima setelah istrinya pergi, dua ekor cicak yang menjelma malaikat pencabut nyawa, juga melihat ranjang itu kosong. Tak ada sesiapa. Padahal Tuan Gofman menanti.

(*) Terimakasih buat Air Suplly atas lagunya yang ciamik  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun