Mohon tunggu...
Andiva Sumaga
Andiva Sumaga Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hai, nama saya Andiva Qur'aini Sumaga dari Sulawesi Utara. Saya sangat senang menulis puisi, menurut saya puisi bukan hanya sekedar karya sastra, menulis puisi adalah cara saya menemukan kebebasan. Dalam kungkungan moral sosial yang membuat manusia hidup dalam kemunafikan, saya memilih jalan saya sendiri sebab saya percaya, kaum Petualang senantiasa memilih jalan yang lebih sepi dan tak pernah menyongsong fajar di tempat yang sama. Selamat membaca, dalam setiap baitnya saya sisipkan doa semoga setiap nyawa yang singgah mampu merasakannya.

Selanjutnya

Tutup

Love

Menyimpan Rasa, Kehilangan Kata: Mengenal Alexthymia dalam Kehidupan Dewasa

11 Oktober 2025   18:39 Diperbarui: 11 Oktober 2025   18:44 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai makhluk sosial, manusia secara alami membangun koneksi dan memelihara hubungan melalui komunikasi, yang sebagian besarnya melibatkan pertukaran informasi emosional. Namun, bagi sebagian individu dewasa, proses ini tidak berjalan mulus. Kesulitan yang mereka alami lebih dalam daripada sekadar menahan diri karena takut disalahpahami atau takut terluka. Masalahnya adalah mereka benar-benar tidak mampu mengidentifikasi dan mendeskripsikan apa yang mereka rasakan secara internal. Kondisi ini, dalam ilmu psikologi  dikenal sebagai Alexithymia  yaitu kesulitan dalam mengenali, memahami, dan mendeskripsikan emosi sendiri kepada orang lain.

Alexithymia adalah kondisi yang perlu diperhatikan, meski ia bukan diagnosis penyakit mental yang independen. Sebagai sebuah fenomena, Alexthymia seringkali muncul berdampingan dengan gangguan kejiwaan lain karena secara fundamental mengganggu fungsi inti seseorang untuk mengidentifikasi dan merasakan emosi mereka. Kemampuan mengungkapkan dan memproses emosi menjadi sangat vital terutama ketika hal ini terjadi bersamaan dengan kondisi klinis yang parah. Menurut Widiyari (2020, dikutip dalam Pradnyadewi & Widiasavitri, 2023), Alexthymia sering terdeteksi pada individu yang didiagnosis dengan gangguan mental seperti depresi, PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), Autisme, hingga Skizofrenia.

Alexithymia awalnya diidentifikasi pada individu yang mencari bantuan medis untuk gejala psikosomatis. Pasien-pasien ini sering melaporkan keluhan fisik seperti rasa sakit atau kelelahan, dan meskipun mengalami tekanan emosional, mereka menunjukkan kesulitan yang signifikan dalam menjelaskan perasaan mereka secara rinci kepada dokter (Sifneos, 1973; Nemiah et al., 1976). Lebih lanjut, teori pendukung yang dikemukakan oleh Muller et al. (2023), menjelaskan bahwa  pengalaman hidup individu yang menderita Alexithymia tidak hanya melibatkan kesulitan dalam mengenali atau mengungkapkan emosi, tetapi juga memanifestasikan dirinya melalui serangkaian gejala fisik, emosional, dan interpersonal yang khas. 

Secara fisik, individu ini sering kali ditandai dengan  gejala psikosomatik dan mengeluhkan rasa sakit yang nyata. Gejala ini diduga menjadi jalan keluar bagi distres emosional yang tidak dapat mereka proses atau artikan dalam kata kata. Pada tingkat emosional, kehidupan mereka terasa berat, ditandai oleh perasaan lelah dan kesedihan yang seolah olah terus menerus menyelimuti. Lebih jauh, alexithymia tampaknya menciptakan penghalang dalam hubungan dengan orang lain, di mana mereka menunjukkan ketiadaan kegairahan emosional yang signifikan terhadap orang lain, membuat interaksi tampak datar atau kurang mendalam. Hal ini diperparah oleh kecenderungan mereka yang memiliki rasa kurang percaya terhadap orang lain dan bahkan menarik diri dari pasangannya, yang pada akhirnya dapat mengisolasi mereka dan memperumit dinamika hubungan intim. 

Tiga dimensi Alexithymia

Berdasarkan literatur yang tersedia, alat ukur yang paling umum digunakan untuk menilai Alexithymia adalah Toronto Alexithymia Scale 20 (TAS-20). Skala ini terdiri dari 20 butir pertanyaan yang dirancang untuk mengukur tiga dimensi atau aspek utama dari alexithymia.  Ketiga komponen ini secara kolektif menggambarkan inti kesulitan emosional yang dialami individu di antaranya :

  1. Difficulty Identifying Feelings (DIF) : Kesulitan Mengidentifikasi PerasaanIni adalah aspek inti dari alexithymia, mengacu pada ketidakmampuan atau kesulitan seseorang untuk mengenali dan membedakan keadaan emosional subjektif mereka. Individu yang memiliki skor tinggi pada aspek ini seringkali bingung membedakan antara sensasi fisik yang disebabkan oleh gairah emosional (misalnya, detak jantung cepat) dengan emosi spesifik itu sendiri (misalnya, takut atau gembira).

  2. Difficulty Describing Feelings (DDF) : Kesulitan Mendeskripsikan Perasaan Aspek ini berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengomunikasikan atau mengungkapkan perasaan yang telah diidentifikasi kepada orang lain. Bahkan jika mereka menyadari suatu emosi, mereka sulit menemukan kata-kata yang tepat atau gambaran verbal untuk menjelaskan pengalaman emosional mereka secara rinci kepada orang lain (seperti dokter, pasangan, atau teman).

  3. Externally Oriented Thinking (EOT) : Gaya Berpikir Berorientasi Eksternal Aspek ini mencerminkan gaya kognitif di mana individu cenderung berfokus pada fakta eksternal, logistik, dan peristiwa konkret daripada menaruh perhatian pada pengalaman batin (emosi, fantasi, atau imajinasi). Mereka memiliki gaya berpikir yang praktis, kaku, dan logis, yang membuat mereka kurang terampil dalam introspeksi dan refleksi diri mengenai kondisi emosional mereka.

Ketiga dimensi ini saling terkait dan menjadi ciri khas kondisi Alexithymia, menjelaskan mengapa penderitanya kesulitan baik dalam memproses emosi secara internal maupun dalam interaksi sosial.

Empat Penyebab Alexthymia

1. Alexithymia Biogenik

Alexithymia biogenik timbul dari adanya kelainan fisik pada struktur otak yang dapat terjadi sejak lahir. Kelainan ini mungkin disebabkan oleh faktor genetik, atau otak yang tidak berkembang secara normal di awal kehidupan. Penyebab lain termasuk cedera otak traumatis (misalnya dari kecelakaan), kekurangan oksigen yang dialami otak selama kelahiran, atau paparan racun pada masa perkembangan.

2. Alexithymia Psikogenik

Alexithymia psikogenik disebabkan oleh faktor lingkungan dan pengalaman emosional. Penyebab utamanya adalah trauma emosional (terutama di masa kanak-kanak), keterlambatan perkembangan dalam pemrosesan emosi, dan pengondisian budaya atau pola asuh orang tua yang menghambat atau melarang ekspresi perasaan.

3. Klasifikasi Primer dan Sekunder

Klasifikasi ini membedakan alexithymia berdasarkan sifatnya:

  • Alexithymia Primer adalah kondisi yang bertahan lama dan cenderung menjadi sifat kepribadian yang stabil, minim perubahan seiring waktu. Bentuk ini umumnya tidak bergantung pada situasi lingkungan tertentu dan lebih terkait dengan faktor neurologis bawaan.

  • Alexithymia Sekunder adalah reaksi yang lebih sementara yang timbul akibat trauma emosional yang signifikan. Individu merepresi emosi sebagai mekanisme pertahanan untuk melindungi diri dari rasa sakit psikologis yang berkelanjutan.

4. Struktur Neurologis

Dari sudut pandang fungsi saraf, terdapat dua model yang menjelaskan disfungsi otak pada alexithymia:

  • Model Limbik-Neokortikal (Vertikal): Mengusulkan adanya hubungan yang salah antara otak emosi (sistem limbik), yang bertanggung jawab menghasilkan emosi, dan otak pikir (neokorteks), yang seharusnya menganalisis dan memberi nama pada emosi tersebut.
  • Model Interhemisferik (Horizontal): Mengacu pada komunikasi yang disfungsional antara dua belahan otak. Patologi pada jalur komunikasi ini menghambat integrasi pemrosesan emosi, sehingga individu kesulitan dalam kesadaran dan deskripsi emosi.


Alexithymia dalam Kehidupan Dewasa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun