Mohon tunggu...
Andira Arisandhy
Andira Arisandhy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pascasarjana Kampus IPB Bogor

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Status Gizi Balita

10 Mei 2022   10:00 Diperbarui: 12 Mei 2022   11:27 1136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Gizi merupakan salah satu komponen dari pangan sehat yang dapat berfungsi meningkatkan imun tubuh, penghasil energi, sumber energi dalam fungsi organ tubuh. Pemenuhan gizi sehari-hari dengan aturan gizi seimbang atau dengan kata lain pemenuhan akan nutrisi dan zat gizi memiliki jumlah yang cukup, tidak kurang dan tidak lebih dalam memenuhi nutrisi pada tubuh, yaitu dengan cara pola makan yang sesuai dengan usia. Pemenuhan gizi seimbang pada anak usia dini dapat dilakukan dengan sistem 1000 HPK (1000 hari pertama kehidupan), sejak dari masa kehamilan hingga anak usia 2 tahun. Pemenuhan gizi seimbang pada 1000 HPK akan menentukan kualitas dari Sumber Daya Manusia di masa selanjutnya, diluar dari sistem Pendidikan yang nantinya diberikan oleh orang tua terhadap anaknya kelak.

Kasus pertama Covid-19 di Indonesia terjadi pada Maret Tahun 2020 dan terus berlangsung hingga kini. Dengan kurun waktu lebih dari 2 tahun, pandemi Covid-19 ini berdampak pada salah satunya gizi anak di Indonesia. Berawal dari dampak Covid-19 terhadap ekonomi masyarakat yang menurun, kemudian akan mengarah terhadap kebutuhan pangan. Terbatasnya pangan yang dapat dibeli akan menyebabkan berkurangnya asupan gizi dari pangan yang berpengaruh pada tumbuh dan kembang anak serta berujung juga ke kesehatan. Terutama pada anak usia dini dengan rentang umur 0-6 tahun yang berada pada fase usia emas dalam aspek tumbuh kembang baik fisik dan psikis. Pada rentang usia tersebut sangat efektif untuk diberikan stimulus untuk meningkatkan potensi kecerdasan guna meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas di masa selanjutnya.

Berdasarkan data dari UNICEF (2020), bahwa dampak pandemic Covid-19 menimbulkan permasalahan seperti kemiskinan, pendidikan, gizi, pengasuhan, dan keamanan yang berdampak pada anak-anak. Beberapa penelitian telah menunjukkan hasil yang sejalan dengan data yang ada pada UNICEF. Permasalahan lama pun kembali muncul, yaitu stunting. Sebelum pandemic Covid-19 melanda, Indonesia sudah dihadapkan dengan stunting, dimana akan berpengaruh pada perkembangan kognitif dan prestasi belajar, akibat kekurangan nutrisi dalam jangka waktu yang lama sehingga menyebabkan gangguan fungsi otak seperti proses pematangan neuron otak serta perubahan struktur dan fungsi otak mengalami kerusakan secara permanen, Menurut Dasman (2019) bahwa anak-anak yang tumbuh dan berkembang tidak proporsional sejak dini, memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata sehingga menyebabkan sulit menguasai ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi karena kemampuan analisis yang lebih lemah. Kekurangan gizi atau malnutrisi dapat menyebabkan kemampuan berpikir dan belajar anak terganggu dan pada akhirnya menurunkan tingkat kehadiran dan prestasi belajar (Yadika et al., 2019).

Pemenuhan gizi anak tentunya akan berhubungan dengan penghasilan orang tua yang akan mempengaruhi ketersediaan dan pemenuhan gizi seimbang anak. Hasil penelitian yang menunjukkan terdapat pengaruh pendapatan orang tua yang menurun, bahkan hingga terjadinya PHK pada masa pandemic Covid-19 sebesar 27,7% terhadap status gizi anak usia 4-5 tahun di Kecamatan Koja Jakarta Utara sehingga sulit dalam membagi penghasilan untuk pemenuhan gizi harian seluruh anggota keluarga dengan keperluan lainnya. Pemenuhan gizi seimbang yang diberikan setiap hari oleh orang tua kepada anak juga menjadi kurang terpenuhi dengan menu makanan yang tidak bervariasi dan menu yang sama (Aziza & Mil, 2021). Menurut Kemenkes (2014), bahwa jenis dan jumlah makanan yang baik untuk usia golden age yaitu dengan mengkonsumsi berbagai makanan dengan kandungan protein, vitamin, mineral, dan serat setaip tiga kali sehari. Selain itu perilaku sulit makan dari sang anak juga bisa disebabkan oleh variasi makanan yang terbatas akibat terbatasnya ketersediaan pangan yang dapat dibeli. Beberapa penelitian memiliki hasil yang relevan, seperti penelitian oleh Carroll et al. (2020) mengemukakan bahwa terdapat peningkatan risiko obesitas di kalangan anak-anak di Canada akibat konsumsi makanan ringan yang cukup banyak selama masa pandemi Covid-19. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Irab dan Irmanto (2020) bahwa pada saat pandemi Covid-19 seperti saat ini membuat pekerjaan kepala keluarga menurun, pendapatan keluarga menurun, sumber vitamin, protein, karbohidrat, dan sumber energi menurun.

Lebih dari dua tahun Covid-19 melanda Indonesia, nyatanya perekonomian masih menjadi kunci dalam pembangunan status gizi di Indonesia, khususnya mengenai stunting. Tentunya diakibatkan harga pangan yang meningkat, dan lapangan kerja yang belum stabil seperti sebelum adanya pandemic Covid-19. Berbagai upaya sudah dilakukan dalam pembangunan status gizi masyarakat Indonesia, baik itu stunting maupun menjaga kecukupan gizi anak yang mungkin sebelumnya sudah stabil pada aspek status gizinya. Salah satunya dengan bantuan materi dari pemerintah, dan pemerintah juga menerbitkan panduan gizi seimbang selama Covid-19.

Penelitian oleh Akseer et al. (2020) dalam Febriyani (2021) mengemukakan bahwa perlu diberikan panduan strategis pada bidang-bidang utama yang menjadi perhatian gizi ibu dan anak selama dan setelah pandemic Covid-19 dengan dasar pembelajaran dari proyek Pengurangan Stunting Kesehatan Global. Bidang utama ini mencakup, pertama kerawanan pangan, seperti mempertahankan dampak langsung dan tidak langsung terhadap nutrisi termasuk intervensi untuk memperkuat rantai pasok pangan dan mengurangi kerawanan pangan. Kedua mencakup lingkungan dan ekonomi, dimana rumah tangga pinggiran dengan level ekonomi rendah diberlakukan program jarring pengaman sosial yang ditargetkan, penagguhan pembayaran, atau keringanan pajak serta program bantuan tunai. Program seperti ini sudah dilakukan di Indonesia. Ketiga mencakup sanitasi, dimana program sanitasi ini dianggap menjadi kunci untuk memastikan lingkungan rumah tangga yang sehat dan mengurangi kekurangan gizi.


Daftar Pustaka


Aziza N dan Mil S. 2021. Pengaruh pendapatan orang tua terhadap status gizi anak usia 4-5

tahun pada masa pandemi covid-19. J. Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini 

(Golden Age). 6(3):109-120.

Febriyani PA, Ningsih SR, Utami FS. 2021. Gizi anak dimasa pandemi COVID-19: Scoping 

review. J. Riset Kebidanan Indonesia. 5(2): 103-110.

Melyani dan Alexander. 2021. Dampak covid-19 (kemiskinan, pemenuhan gizi anak,

imunisasi) terhadap status gizi balita tahun 2020. J. Ilmiah Kesehatan Pencerah. 10(2):132-139

Parunika S, Suherman WS, Indrawati. 2022. Dampak pandemi covid-19 terhadap status gizi

pada anak usia dini. J. Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. 6(4): 3024-3033.

Sari HN, Maryani K, Rusdiyani I. 2022. Pola asupan gizi anak usia dini pada masa pandemi

covid-19. J. Pendidikan Anak Usia Dini As-Sibyan. 7(1): 51-64.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun