Penulis:
Andini Lionita
(Peserta LATSAR CPNS Angkatan II LAN RI dan OIKN)
Pendahuluan
Dalam konteks transformasi birokrasi nasional, Aparatur Sipil Negara (ASN) tidak hanya dituntut menguasai kompetensi teknis, tetapi juga harus memiliki integritas dan semangat kebangsaan. Salah satu pilar fundamental dalam membentuk ASN profesional adalah kesiapsiagaan bela negara, sebagaimana ditekankan dalam modul Pelatihan Dasar CPNS (Latsar) oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN). Konsep bela negara di era modern tidak lagi sebatas pertahanan fisik, melainkan mencakup kemampuan menghadapi ancaman ideologis, sosial, budaya, hingga korupsi dan disintegrasi bangsa.
Konsep dan Kerangka Kesiapsiagaan Bela Negara
Kesiapsiagaan bela negara didefinisikan sebagai kondisi siap siaga, baik secara fisik, mental, maupun sosial, dalam menghadapi berbagai situasi kerja maupun ancaman terhadap kedaulatan dan keselamatan bangsa. Menurut modul LAN (2019), konsep ini dilandasi oleh kebulatan tekad, kesadaran, dan kerelaan berkorban demi NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Dalam konteks ASN, kesiapsiagaan bela negara mencakup:
Kesiapsiagaan jasmani, yaitu kebugaran dan kesehatan fisik sebagai dasar produktivitas.
Kesiapsiagaan mental, berupa kecerdasan emosional, manajemen stres, dan pengendalian diri.
Etika dan moral, sebagai kompas perilaku profesional.
Kearifan lokal, sebagai kekuatan budaya dan identitas nasional.
Kemampuan Awal Bela Negara dan Internalisasi Nilai
Latsar CPNS memuat lima nilai dasar bela negara:
Cinta tanah air
Sadar berbangsa dan bernegara
Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara
Rela berkorban
Memiliki kemampuan awal bela negara
Nilai-nilai tersebut diinternalisasikan melalui kegiatan pembelajaran berbasis pengalaman, antara lain:
Baris-berbaris dan tata upacara sipil untuk melatih kedisiplinan dan kepemimpinan.
Kegiatan ketangkasan fisik, seperti olahraga rutin, untuk membangun kebugaran dan daya tahan.
Keprotokolan dan caraka malam, sebagai sarana membangun kekompakan dan tanggung jawab kolektif.
Latihan kewaspadaan dini, termasuk kemampuan analisis informasi dan deteksi isu strategis.
Pola Hidup Sehat dan Ketahanan Mental sebagai Pilar ASN Tangguh
Modul menekankan pentingnya pola hidup sehat---mulai dari konsumsi gizi seimbang, olahraga teratur, tidur cukup, hingga berpikir sehat dan mengelola stres. ASN yang sehat jasmani dan rohani akan lebih siap menghadapi tekanan kerja serta mampu melayani masyarakat dengan optimal.
Sementara itu, ketahanan mental dikembangkan melalui pendekatan neuropsikologis, di mana keseimbangan antara cortex prefrontal (rasional) dan sistem limbik (emosi) dilatih agar ASN mampu mengelola diri dalam pengambilan keputusan, menghindari bias, dan bertindak secara bijak.
Manfaat Kesiapsiagaan Bela Negara dalam Praktik Kerja ASN
Diterapkannya prinsip kesiapsiagaan bela negara memberikan sejumlah manfaat konkret, meliputi:
Disiplin tinggi dan manajemen waktu yang baik
Meningkatnya rasa nasionalisme dan tanggung jawab sosial
Terciptanya budaya kerja yang berlandaskan integritas
Terbangunnya tim kerja yang solid dan sinergis
Terbentuknya ASN yang tangguh dalam menghadapi ATHG (Ancaman, Tantangan, Hambatan, Gangguan)
Penutup
Kesiapsiagaan bela negara bukan hanya sebuah pelatihan, tetapi proses pembentukan karakter ASN yang paripurna. Dalam konteks pembangunan Ibu Kota Nusantara sebagai simbol kemajuan Indonesia, ASN dituntut menjadi garda terdepan dalam menjaga marwah bangsa, tidak hanya melalui kinerja administratif, tetapi juga dengan dedikasi, disiplin, dan semangat bela negara yang tertanam dalam setiap tindakan.
ASN yang sehat, cerdas, tangguh, dan bermoral adalah cerminan dari keberhasilan internalisasi nilai-nilai bela negara. Maka, membangun kesiapsiagaan bela negara adalah membangun masa depan birokrasi Indonesia.
Daftar Pustaka
Lembaga Administrasi Negara. (2019). Modul Kesiapsiagaan Bela Negara Pelatihan Dasar CPNS. Jakarta: LAN RI.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara.
Daniel Kahneman. (2011). Thinking, Fast and Slow.
Goleman, D. (2004). Emotional Intelligence.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI