Mohon tunggu...
Andini Harsono
Andini Harsono Mohon Tunggu... Freelancer - Traveler - Blogger - Freelancer

Mengurai dunia dengan rasa, pikir dan syukur... Salam sastra Salam budaya Salam berkarya FB : Andini Harsono Twitter : @andiniharsono Instagram : @andini_harsono

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sudah Siapkah Jadi Ibu?

6 Juli 2020   20:12 Diperbarui: 6 Juli 2020   20:23 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Keluarga Bahagia. Foto dan design dari Canva oleh Andini Harsono

"Menikah bukan soal konsep pernikahan saja yang dipersiapkan, tapi mempersiapkan hati dan mental untuk menjadi seorang Ibu." -- Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S. Psi, Psikolog.

Saya setuju dengan quote dari Ibu Vera tersebut di atas bahwa pernikahan bukan soal konsep pernikahan yang harus dipersiapkan sebaik mungkin, tapi ada yang jauh lebih penting yaitu siapkan hati dan juga mental untuk menjadi seorang istri dan Ibu. Mungkin jadi istri semua orang bisa melakukannya, tapi untuk jadi Ibu, saya rasa harus benar-benar disiapkan.

Sudah siapkah jadi Ibu?

Sebagai seorang yang masih single, pertanyaan itu selalu menghantui saya. Kenapa? Bagi saya menjadi Ibu itu gampang-gampang susah. Konon, kesiapan jadi Ibu itu akan terjadi secara alamiah jika sudah menikah. Bahkan ketika tiba-tiba jadi Ibu pun, perempuan akan mengeluarkan sisi keibuannya (sebagai contoh kasus hamil di luar pernikahan yang sah). Tapi sebagai perempuan yang tinggal di Ibukota, saya rasa saya harus mempersiapkan segala sesuatunya agar saya benar-benar siap untuk menjalani kehidupan baru sebagai seorang Ibu.

Salah satu caranya yaitu memperbanyak pengetahuan tentang asupan makanan yang baik untuk si calon anak mulai dari masih dalam kandungan hingga menghirup udara di dunia ini. 1000 hari masa hidupnya harus diperhatikan dan disiapkan sebaik mungkin karena hal ini berpengaruh pada masa depannya. Kecerdasan, perilaku, dan perkembangan spesifik lainnya akan dimulai sejak 1000 hari pertama hidupnya. Maka seorang Ibu harus memperhatikannya agar calon anak tidak mengalami masalah kesehatan seperti stunting.

Calon Ibu Perlu Gizi Lengkap Dan Seimbang

Dijelaskan oleh DR. dr. Tb. Rachmat Sentika SpA.MARS, dokter spesialis anak IDAI Banten bahwa sebagai calon Ibu memerlukan gizi lengkap dan seimbang seperti

Karbohidrat sebagai sumber energi : nasi, roti, gandum, tepung, ubi-ubian

Protein sebagai pembentukan jaringan dan pengganti bagian yang rusak : daging, ikan, susu, telur

Lemak diperlukan sedikit sebagai bantalan organ dan pelezat

Mineral : Fe, Zn, Ca, K, Garam, Asam Folat

Vitamin B, C, A, D, E, K

Air sedikitnya 2 liter per hari

Kecerdasan seseorang sangat ditentukan 1000 hari pertama kehidupan. 270 hari dalam kandungan dan 730 hari setelah lahir. Kebutuhan gizi ini juga diperlukan agar anak terhindar dari masalah gizi buruk dan masalah kesehatan lainnya seperti stunting, diabetes, dan obesitas.

Pemberian ASI eksklusif sangat dianjurkan. Setelah program ASI selesai dilanjutkan memberikan makanan bergizi dan susu.

Kondisinya masih banyak yang memberikan susu yang sebenarnya bukan susu yaitu kental manis. Sebaiknya anak-anak jangan diberikan minum kental manis apalagi dijadikan minuman susu. Kental manis hanya boleh dikonsumsi sebagai bahan pelengkap makanan seperti membuat kue atau taburan es buah sebagai pengganti gula.

Ilustrasi Anak-anak suka makan sayur. Foto dan design dari Canva oleh Andini Harsono
Ilustrasi Anak-anak suka makan sayur. Foto dan design dari Canva oleh Andini Harsono

Pengolahan Pangan Yang Tepat

Selain masalah gizi yang harus diperhatikan, pengolahan pangan untuk anak juga harus diperhatikan. Dr. Tria Astika Endah Permatasari, SKM, M. Kes, Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat Aisyiyah berbagi tips bagaimana cara mudah seorang Ibu menyiapkan pangan bagi anak-anaknya.

Hal pertama yang harus diperhatikan adalah prinsip pengolahan bahan pangan, diantaranya

Pemilihan bahan pangan yang segar, berkualitas, bebas segala bentuk cemaran (fisik, kimia, mikrobiologi).

Kebersihan. Bersihkan bahan pangan dan peralatan pengolahan pangan dengan baik sebelum digunakan.

Pisahkan bahan pangan nabati dan hewani pada tempat-tempat yang kering dan bersih.

Cara memasak. Pilihlah teknik memasak sesuai dengan tahapan usia anak.

Cara penyimpanan bahan pangan. Simpanlah bahan pangan dalam pendingin, atur suhu penyimpanan dengan tepat.

Cara penyajian. Sajian dengan kreativitas dan cinta kasih akan meningkatkan selera makan si buah hati.

Gunakan air bersih ketika mencuci bahan pangan dan gunakan air matang ketika mengolah bahan pangan.

Ikuti petunjuk cara pemakaian peralatan dan teknik memasak dalam pengolahan makanan.

Gunakan bahan segar, hindari produk bahan beku.

Tes suhu makanan sebelum diberikan kepada balita, hindari memberikan makanan terlalu panas atau dingin.

4 Pilar Gizi Seimbang

Pertama, konsumsi makanan sesuai Isi Piringku. Manfaatkan pangan lokal dalam keanekaragaman makanan balita, optimalkan pekarangan rumah untuk menghasilkan makanan keluarga.

Kedua, perilaku hidup bersih dan sehat. Ajari anak sedini mungkin untuk cuci tangan sebelum makan dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Berikan contoh kepada anak bahwa Anda mengkonsumsi buah dan sayur (makanan sehat) agar anak mengikutinya.

Ketiga, lakukan aktivitas fisik yang menyenangkan. Ajak anggota keluarga untuk melakukan aktivitas fisik bersama seperti olahraga, bermain, makan bersama, dan belajar.

Keempat, pantau berat badan dan pertahankan berat badan yang ideal. Timbang berat badan secara berkala, segera konsultasikan kepada dokter bila anak terjadi kekurangan atau kelebihan berat badan.

Kerjasama Dengan Pasangan 

Untuk menjadi orang tua bukan hanya Ibu saja yang berperan, ada peran Ayah yang menyeimbangkan tugas orang tua.

Menurut Ibu Vera, sebaiknya sejak sebelum menikah hal-hal krusial seperti pola asuh anak, masalah pendidikan dan jaminan kesehatan bagi anak-anak harus sudah dibicarakan dan disepakati. Sehingga ketika sudah menikah hal ini tidak menjadi masalah.

Seorang suami juga harus memperkaya pengetahuannya tentang pemberian gizi untuk anak dan cara mengurus anak. Sehingga dalam menjalani kehidupan rumah tangga terjalin kerjasama yang solid agar tercipta keluarga yang bahagia.

Selain itu, harus memperhatikan kesejahteraan diri sendiri. Meskipun sibuk mengurus anak, suami dan pekerjaan, seorang Ibu harus memperhatikan diri sendiri, karena kesejahteraan keluarga tercermin dari seorang Ibu. Widih berat banget kayaknya yaa hehe.

Dukungan suami dan keluarga menjadi vitamin penting kesiapan seorang Ibu menghadapi berbagai kemungkinan. Komunikasi adalah kunci dari semuanya termasuk modal menjalani roda rumah tangga. Setelah terjalin komunikasi yang baik dengan pasangan, maka sebagai orang tua juga harus menjalin komunikasi yang baik dengan anak-anak.

Foto dan design dari Canva oleh Andini Harsono
Foto dan design dari Canva oleh Andini Harsono

Menikah itu menyenangkan, tapi bisa jadi bencana jika kita tidak menyiapkan diri, hati dan mental dengan baik untuk menjalaninya. Kalau kata Kang Maman, "Harus ada kata saling dalam cinta, apalagi dalam menjalani kehidupan rumah tangga."

Jadi, sudah siapkah Anda (hai perempuan single) untuk menikah dan menjadi seorang Ibu? *senyum lebar :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun