Matahari belum terlalu tinggi pagi itu, Aini, gadis tujuh belas tahun nyaris delapan belas itu membuka jendela kamarnya lebar-lebar dan menghirup udara segar sebanyak yang ia bisa dari persawahan yang terbentang berhektar-hektar di samping rumahnya. Rumah Aini terletak di ujung sebuah desa berbatasan langsung dengan hamparan sawah yang luasnya tidak terkira, sawah sawah itu sebagian milik warga desa, namun sebagian lagi milik seorang kaya dari kota yang digarap oleh warga sekitar. Desas desus yang beredar, seorang kaya pemilik sawah itu konon melakoni pesugihan kandang bubrah.
Aini pernah sesekali mendengar tentang pesugihan kandang bubrah, namun ia tidak terlalu peduli. Sampai pagi itu di tukang sayur Aini mendengar warga desa membicarakan rumah gendongan di ujung dekat gapura yang menghubungkan desa Aini dengan desa sebelah, usut punya usut rumah gendongan yang sekarang direnovasi itu milik seorang kaya yang sama dengan pemilik sawah yang luasnya berpuluh-puluh hektar itu.
“Sepertinya, bu, rumah itu yang akan jadi perantara pesugihan Pak Handoko.” Ujar ibu-ibu paruh baya yang sedang memilah milah daun bayam.
“Iya, ya bu, jangan jangan memang benar, pak Handoko melakoni pesugihan.” Yang lain menimpali sambil bergaya kengerian.
“Hus, ibu-ibu jangan gosip di gerobak sayur saya ah, saya takut dosa.” Pedagang sayur itu menegur ibu-ibu yang asik bergosip, Aini yang melihat kejadian itu tersenyum kecil sambil lalu ikut memilih sayuran segar untuk dimasaknya hari ini.
“Ngomongin soal pesugihan, dulu kan orang yang punya rumah di sebelah rumah kamu itu juga melakoni pesugihan, Ni.” Ujar seorang ibu-ibu sambil menepuk bahu Aini pelan. Ia yang tidak siap dengan hal itu hanya tersenyum tipis dan menggeleng sambil berkata bahwa ia tidak tahu menahu tentang berita dan cerita cerita seperti itu.
“Makanya bergaul, Aini.” Timpal yang lain
“Betul, katanya dulu yang punya rumah di samping rumahmu itu juga melakoni pesugihan, bedanya orang itu memakai tumbal, dan yang ditumbalkan adalah anaknya sendiri.”
“Nggak cuma anaknya tahu, bu. Keponakan bahkan anak tetangganya pun banyak yang jadi korban.”
“Rumah itu kan kosong juga karena katanya yang punya meninggal dibunuh sama demit pesugihannya sendiri.
“Iya, apalagi katanya juga sekarang rumah itu ada hantunya, hii serem banget. Hati-hati loh, Aini, itu kan sebelah rumah kamu persis.”