Pada Senin, 6 Oktober 2025, Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum Yogyakarta kembali menjadi pusat perhatian kalangan akademisi. Kali ini, Krapyak Peduli Sampah (KPS) menerima kunjungan istimewa dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta. Rombongan yang hadir dipimpin langsung oleh Dr. Ika Yoga, M.M. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, didampingi oleh Zakky Fahma Auliya, S.E., M.M. selaku Ketua Jurusan Ekonomi dan Keuangan Syariah, serta Rizky Nur Ayuningtiyas Putri, M.E. sebagai Sekretaris Jurusan Ekonomi dan Keuangan Syariah.
Kunjungan ini bukan sekadar silaturahmi akademik, tetapi juga menjadi ruang belajar bersama tentang bagaimana pesantren mampu membangun sistem ekonomi sirkular berbasis lingkungan. Melalui program Krapyak Peduli Sampah, para santri di bawah koordinasi Andika Muhammad Nuur berhasil menciptakan model pengelolaan sampah mandiri yang berkelanjutan --- mulai dari pemilahan di sumber, pengolahan organik menjadi biogas, hingga inovasi produk seperti ecobrick dan kompos organik.
Belajar Dari Pesantren: Ekonomi Hijau yang Tumbuh Dari Nilai Iman
Dalam sambutan pembuka, Andika Muhammad Nuur, Direktur Krapyak Peduli Sampah, menyampaikan bahwa program ini lahir dari kesadaran spiritual akan pentingnya menjaga bumi sebagai amanah. "Kami ingin membuktikan bahwa pesantren bukan hanya tempat menimba ilmu agama, tapi juga laboratorium kehidupan. Santri bisa menjadi pelaku perubahan lingkungan, bahkan pionir ekonomi hijau," ujarnya dengan semangat.
Beliau menjelaskan bahwa di Krapyak, pengelolaan sampah tidak berhenti pada aspek teknis. Lebih dari itu, program ini ditanamkan sebagai bagian dari nilai ibadah, yakni khidmatul ummah (pengabdian kepada masyarakat). Sampah dikelola dengan prinsip "sampah hari ini selesai hari ini", sehingga kebersihan pondok terjaga dan santri terbiasa bertanggung jawab atas lingkungan mereka.
Apresiasi Dari Pihak Kampus
Dalam sesi diskusi, Dr. Ika Yoga, M.M. memberikan apresiasi tinggi atas inovasi yang dilakukan oleh KPS. Ia menilai bahwa apa yang dilakukan oleh pesantren ini sejalan dengan misi pendidikan tinggi Islam: membentuk insan akademik yang berakhlak sekaligus berdaya guna bagi masyarakat.
"Kegiatan seperti ini membuka wawasan mahasiswa bahwa ekonomi Islam tidak hanya bicara angka, tapi juga keberkahan dan keberlanjutan. Di Krapyak, nilai-nilai itu nyata dalam tindakan," tutur Dr. Ika Yoga.
Sementara itu, Zakky Fahma Auliya, S.E., M.M., menyoroti aspek ekonomi sirkular yang diterapkan oleh KPS. Menurutnya, pengolahan sampah menjadi biogas dan ecobrick adalah contoh konkret penerapan konsep ekonomi berkelanjutan dalam konteks sosial keagamaan.
"Mahasiswa bisa belajar langsung bagaimana sampah yang dianggap limbah bisa menjadi sumber nilai ekonomi baru tanpa meninggalkan prinsip keislaman," jelas Zakky.
Rizky Nur Ayuningtiyas Putri, M.E., menambahkan bahwa kunjungan ini diharapkan menjadi awal kolaborasi antara UIN Raden Mas Said dengan KPS, baik dalam bentuk penelitian bersama, program magang mahasiswa, maupun pelatihan kewirausahaan hijau.
Kolaborasi Akademik dan Pesantren
Kegiatan kunjungan ini berlangsung interaktif. Mahasiswa diberikan kesempatan untuk melihat langsung proses pengolahan sampah di Rumah Edukasi KPS. Mereka menyaksikan bagaimana sampah organik diubah menjadi biogas yang digunakan untuk keperluan dapur pondok, serta pengolahan sampah nonorganik menjadi ecobrick yang bermanfaat untuk keperluan konstruksi sederhana.
Pesan Penting: Lingkungan Sebagai Investasi Iman dan Ekonomi
Dalam penutupan acara, Andika Muhammad Nuur berpesan bahwa menjaga lingkungan tidak bisa hanya mengandalkan teknologi atau kebijakan, tetapi harus dimulai dari hati dan nilai iman. "Setiap botol plastik yang kita selamatkan, setiap sisa makanan yang kita olah, adalah bagian dari ibadah kita untuk merawat bumi," tuturnya.
Kunjungan dari UIN Raden Mas Said Surakarta ini menegaskan bahwa dunia akademik dan dunia pesantren memiliki visi yang sama dalam membangun peradaban hijau --- sebuah masa depan yang berkeadilan ekologis dan bernilai spiritual.
Kegiatan diakhiri dengan sesi foto bersama dan penyerahan cendera mata dari pihak kampus kepada Krapyak Peduli Sampah sebagai bentuk apresiasi dan harapan agar kolaborasi lintas lembaga ini terus berlanjut.
Melalui kegiatan seperti ini, Krapyak Peduli Sampah semakin menunjukkan bahwa pesantren bukan hanya tempat mencetak ulama, tetapi juga pusat inovasi sosial-ekologis yang mampu memberikan kontribusi nyata bagi bangsa dan bumi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI