Mohon tunggu...
Money

Renungan Awal Tahun 2017 : Analisis Ekonomi Indonesia

7 Januari 2017   08:31 Diperbarui: 7 Januari 2017   08:45 3259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Tahun 2016 telah berlalu dan hari ini kita mengawali awal tahun 2017 dengan situasi bangsa dan dunia yang sedang panas. Perkembangan dunia sangat unik dan ‘matematika politik’ sangat sulit untuk dihitung.

Amerika dan Rusia yang biasanya berperang kini bersekutu. Disisi lain kuatnya ekonomi Tiongkok di mata dunia menimbulkan banyak efek bagi berbagai negara dunia. Amerika sekarang berbenah diri memperbaiki kondisi ekonominya. Donald Trump dari kubu Partai Republik memenangkan pemilu di Amerika.

Kejahatan genosida seperti di Suriah, Rohingya, dan beberapa tempat tidak kunjung selesai. Gejolak di Timur Tengah dan pola terorisme transnasional yang acak dan sulit di tebak turut mewarnai.

Setelah naik lebih dari 45% sepanjang tahun 2016, reli harga minyak dijegal apresiasi Dolar AS pada Selasa malam hingga anjlok lebih dari 2 persen. Data minyak mentah AS semakin memperburuk keadaan; memaksa WTI jatuh ke low $52.13 dan Brent $55.33. Namun demikian, Jumat dini hari ini (7/1) harga minyak terpantau berupaya merangkak naik lagi dengan WTI berada pada $54.05 dan Brent pada $57.13.

Survei Reuters yang dipublikasikan hari Kamis lalu (29/12) menunjukkan bahwa para pakar mengharapkan harga minyak naik bertahap ke arah $60 per barel di akhir 2017. Kenaikan lebih lanjut di atas level itu akan dibatasi oleh proyeksi kekuatan Dolar, digenjotnya output minyak AS, serta kemungkinan mangkirnya beberapa negara OPEC dari kuota yang ditetapkan dalam kesepakatan pemangkasan produksi. Sebuah komite yang terdiri dari perwakilan negara OPEC dan Non-OPEC dijadwalkan berjumpa di Wina, Austria, pada 21-22 Januari 2017 untuk mendiskusikan pelaksanaan kesepakatan tersebut.

Badan Pusat Stastistik (BPS) mencatat, laju inflasi di Indonesia Desember 2016 adalah 0,42%. Laju inflasi sepanjang 2016 mencapai 3,02%. Indeks biaya hidup (CPI) bulan desember 2016 +3.70%, lebih tinggi dari Nopember yang +3.58%.

Gross Domestic Product (GDP) pada hari ini (quartal ketiga), sebesar 3,2% mengalami penurunan dibanding quartal kedua (agustus 2016) dengan GDP sebesar 4,02%. Current account menunjukkan angka -4493 juta USD. Penurunan ini menandakan perekonomian bangsa Indonesia mengalami kemunduran.

Kondisi fiskal Indonesia berada pada status gawat. Hal ini berkaitan dengan kebergantungan pemerintah terhadap utang. Meskipun sering terdapat klaim rasio utang terhadap PDB masih aman, di bawah 30 persen, pengukuran tingkat risiko utang terlalu sederhana jika hanya dibandingkan dengan PDB. Lihat misalnya defisit keseimbangan primer atau kemampuan bayar utang dibanding sisi penerimaan, angkanya sangat mengejutkan, yakni Rp 105,5 triliun, atau meningkat dibanding 2014 yang masih Rp 93,3 triliun.

Program pengampunan pajak yang diandalkan untuk menutup lubang penerimaan pun seakan kehilangan momentum. Periode II pelaksanaan Program Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) telah berakhir pada 31 Desember 2016. Kini programtax amnesty memasuki periode ketiga.

Program pengampunan pajak yang diandalkan untuk menutup lubang penerimaan pun seakan kehilangan momentum. Setelah mencatatkan te-busan sebesar Rp 97 triliun pada periode I di akhir September lalu, minat wajib pajak untuk ikut program ini menurun drastis. Sampai akhir Desember 2016, total tambahan tebusan tak mencapai Rp 10 triliun. Target Rp 165 triliun yang digadang-gadang masuk kas negara dari program ini tampaknya masih jauh panggang dari api.

Lantas, jika tidak ada pengampunan pajak pada 2017, dari mana pemerintah bisa menambal lubang defisit anggaran? Jalan pintas yang digunakan tidak lain adalah utang.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun