Mohon tunggu...
Andi Bintang
Andi Bintang Mohon Tunggu... Praktisi Logistik

Pernah tinggal di Jambi, Bintan, Palembang, Batam sekarang berdomisili di Bandung. Selain berkecimpung di dunia perposan, saya juga seorang praktisi logistik. Saat ini saya sedang menempuh pendidikan Magister Manajemen Logistik (S2) untuk memperdalam pengetahuan sekaligus mengasah kemampuan di bidang logistik modern. Saya percaya bahwa perpaduan antara pengalaman di lapangan dan ilmu akademis akan semakin memperkuat kontribusi saya bagi perkembangan industri logistik Indonesia, khususnya dalam mendukung transformasi Pos Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ketahanan Pangan Bukan Hanya Soal Produksi, Tapi Distribusi

12 September 2025   07:57 Diperbarui: 12 September 2025   07:57 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pada 11 September 2025, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (Kementerian Pertanian RI) menandatangani nota kesepahaman dengan PosIND. (Humas Pos)

Banyak orang berpikir ketahanan pangan hanya soal produksi: berapa banyak sapi yang dipelihara, berapa ton beras dipanen, atau berapa hektar lahan digarap.Padahal, pangan yang melimpah di gudang tidak ada artinya kalau distribusinya macet.

Kasus Nyata: Produksi Ada, Warga Tetap Kekurangan

Beberapa waktu lalu kita sering dengar kabar harga cabai, telur, atau daging naik tinggi di pasaran. Ironisnya, di daerah produsen justru barang melimpah.
Peternak ayam di Blitar misalnya, kerap mengeluh harga telur anjlok saat panen raya. Tapi di Jakarta, konsumen harus membeli dengan harga dua kali lipat.

Kenapa bisa begitu? Jawabannya sederhana: logistik kita masih timpang.
Akses jalan, biaya distribusi, hingga fasilitas penyimpanan yang kurang memadai membuat pangan sering "terjebak" di daerah produksi, sementara daerah konsumsi menjerit karena harga mahal.

Distribusi: Tulang Punggung yang Sering Dilupakan

Ketahanan pangan bukan hanya urusan Kementerian Pertanian atau petani dan peternak di lapangan. Distribusi harus jadi perhatian utama.
Bayangkan jika vaksin ternak telat sampai ke pelosok hewan sakit produksi turun suplai daging terganggu.
Atau kalau pakan susah masuk ke desa peternak rugi harga ayam naik di pasar.

Semua rantai ini terhubung, dan logistik adalah penghubung utamanya.

Posisi Strategis Logistik Nasional

Untungnya, kita sudah punya modal besar: jaringan logistik yang luas.
Pos Indonesia misalnya, dengan lebih dari 22.000 titik layanan, bisa menjadi jembatan antara pusat produksi dan pasar. Bahkan kini mereka berkolaborasi dengan Ditjen Peternakan & Kesehatan Hewan Kementan untuk memperkuat distribusi vaksin, bibit, hingga pakan ternak.

Dengan dukungan cold chain logistics, barang yang sensitif suhu seperti vaksin, daging, atau produk segar bisa sampai dengan kualitas terjaga. Ini bukan lagi soal antar paket belanja online, tapi menyangkut nasib pangan Indonesia.

Refleksi untuk Kita Semua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun