Di media sosial, influencer berperan menyambungkan brand ke audiens. Di dunia nyata, kurir berperan menghubungkan penjual ke pembeli. Bedanya, kurir membawa barang nyata, bukan hanya konten.
Bagi banyak orang, wajah kurir adalah representasi perusahaan logistik. Sekali kurir ramah, paket sampai tepat waktu, reputasi brand terangkat. Tapi jika kurir datang terlambat dan jutek, citra perusahaan bisa turun drastis.
Maka, di era digital, SDM perposan bukan lagi sekadar pengantar, melainkan duta layanan. Inilah perubahan mindset yang sedang terjadi.
4. Dari Kertas ke Data
Surat menyimpan kata-kata, sedangkan paket menyimpan data. Setiap paket punya nomor resi, histori perjalanan, bahkan jejak digital penerimanya.
Kalau dulu petugas pos membawa tas berisi surat-surat, kini mereka juga membawa smartphone untuk memindai barcode, menandai lokasi, hingga mengunggah bukti foto pengantaran.
Logistik tak lagi sekadar memindahkan barang, tapi juga memindahkan informasi secara real-time. Dunia pos sudah resmi naik kelas menjadi bagian dari ekosistem big data.
5. Apakah Surat Benar-Benar Punah?
Menariknya, di tengah derasnya digitalisasi, surat tidak benar-benar hilang. Ia tetap punya "niche market".
- Surat resmi pemerintah: banyak dokumen hukum tetap dikirim lewat pos.
- Kartu ucapan: masih ada orang yang memilih mengirim kartu fisik, karena lebih personal.
- Filateli: perangko justru menjadi benda koleksi yang bernilai.
Jadi, surat memang tak lagi jadi primadona, tapi ia menemukan tempat baru di era modern.
Dari surat ke smartphone, dari amplop ke paket, dari perangko ke aplikasi---itulah transformasi besar dunia perposan. Sebagai orang yang bekerja di sektor ini, saya percaya pos tidak pernah benar-benar ditinggalkan. Ia hanya berganti wajah mengikuti zaman.