Mohon tunggu...
Andi RafliAlfaudzan
Andi RafliAlfaudzan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Fakultas Humaniora dan Bisnis Universitas Pembangunan Jaya

Senang belajar hal baru, bersemangat dan ambisius

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Peran Pengalaman Awal dalam Pembentukan Kepribadian Remaja

8 Juni 2023   12:21 Diperbarui: 8 Juni 2023   12:26 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Dalam teori Freud, pengalaman masa kanak-kanak awal dengan ibu dan lingkungan sekitarnya memiliki peran sentral dalam membentuk struktur kepribadian. Hubungan anak dengan ibu, atau figur pengasuh utama, membentuk dasar bagi pembentukan rasa aman, kepercayaan, dan kemampuan membangun hubungan yang sehat dengan orang lain (Kenny, 2016). Ketika kebutuhan dasar anak terpenuhi dengan baik dan ada hubungan yang penuh kasih sayang dengan ibu, anak dapat mengembangkan ego yang kuat dan melewati tahapan perkembangan dengan baik.

            Peran awal hubungan anak dan ibu dalam perkembangan individu telah menjadi fokus utama dalam teori psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Pentingnya hubungan anak dan ibu pada masa awal perkembangan individu menurut teori Freud adalah untuk membentuk dasar-dasar perkembangan psikologis yang kuat (Syawal Syahrul Helaluddin, n.d.). Interaksi yang hangat, penuh perhatian, dan kasih sayang antara ibu dan anak dapat membantu anak mengembangkan rasa aman, keterampilan sosial, dan kepercayaan diri yang sehat. Namun, konflik atau pengalaman yang traumatis dalam hubungan tersebut dapat berdampak negatif pada perkembangan individu, yang mungkin memunculkan masalah psikologis di kemudian hari.

            Freud menyatakan bahwa pengalaman traumatis pada masa kanak-kanak memiliki dampak besar pada perkembangan individu di masa dewasa. Trauma terjadi ketika seseorang mengalami peristiwa yang terlalu sulit untuk diatasi secara emosional, baik itu fisik, pelecehan, atau konflik hubungan dengan orang lain. Freud mengidentifikasi dua jenis reaksi terhadap trauma, yaitu reaksi akut yang terjadi segera setelah trauma dan reaksi tertunda yang muncul kemudian. Reaksi tertunda ini dapat menyebabkan gejala seperti kecemasan, depresi, atau gangguan kepribadian. Konflik atau masalah yang tidak terselesaikan pada tahapan perkembangan psikoseksual menurut teori Freud dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosional di masa depan.

            Misalnya, jika individu mengalami gangguan pada tahap oral, seperti pengalaman kekurangan perhatian dan kasih sayang selama masa bayi, mereka mungkin mengembangkan kecenderungan untuk menggantikan kebutuhan oral mereka dengan kebiasaan seperti menggigit kuku atau merokok pada masa dewasa. Gangguan pada tahap anal, yang melibatkan konflik seputar kontrol diri dan kebersihan, dapat bepengaruh pada perilaku obsesif atau keteraturan yang berlebihan (Hall et al., 1995). Pada tahap falik, gangguan atau ketidakseimbangan dapat menyebabkan kecemasan seksual yang berlebihan atau konflik identitas gender. Jika individu tidak dapat menyelesaikan konflik-konflik ini dengan cara yang sehat, mereka mungkin mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang intim atau mengembangkan rasa diri yang stabil.

            Dampak penolakan atau kekurangan perawatan terhadap pembentukan kepribadian menjadi perhatian utama dalam teori psikoanalisis Sigmund Freud. Menurut Freud, pengalaman awal dalam hubungan anak dan orang tua, terutama ibu, berperan penting dalam membentuk kepribadian individu. Ketika seorang anak mengalami penolakan atau kekurangan perawatan yang memadai, dampaknya dapat signifikan dalam perkembangan psikologis (Hall et al., 1995). Dalam teori Freud, dampak penolakan atau kekurangan perawatan dapat membentuk pola perilaku yang tidak sehat, seperti kecenderungan untuk mencari pengakuan atau perhatian melalui perilaku eksternal, kesulitan dalam membina hubungan yang intim, atau masalah dalam mengendalikan emosi. Pentingnya perawatan yang hangat, responsif, dan penuh kasih sayang dalam tahap awal perkembangan menjadi kunci dalam membantu individu membentuk kepribadian yang sehat dan berfungsi dengan baik.

            Terapi psikoanalisis adalah metode populer dalam upaya ini yang melibatkan interaksi individu dengan seorang psikoanalis. Dalam sesi terapi, individu diajak untuk berbicara bebas tentang pikiran, perasaan, dan pengalaman masa lalu mereka (Iman Setiadi Arif, 2006). Psikoanalis menganalisis konten yang disampaikan untuk mengungkap konflik tersembunyi dan penyebab masalah psikologis. Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang pengalaman awal, individu dapat menghadapinya dan mencari cara baru untuk beradaptasi secara sehat. Selain terapi psikoanalisis, teknik lain seperti regresi dan terapi kelompok juga digunakan untuk mengakses ingatan masa lalu dan berbagi pengalaman dengan orang lain. Pemahaman tentang pengaruh pengalaman awal dalam pembentukan kepribadian memberikan wawasan penting dalam memahami perilaku manusia. Pengalaman masa kanak-kanak, hubungan orang tua, dan penanganan trauma memainkan peran sentral dalam perkembangan psikologis individu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun