Mohon tunggu...
Tulis Ansa
Tulis Ansa Mohon Tunggu... Administrasi - Setiap kesulitan pasti ada kemudahan

Siapapun yang ingin menjadi teman saya dengan cara follow akun ini dengan senang akan saya follow balik 😊 kita sama-sama belajar...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Antena Konslet Si Laki-laki Biasa di Bawah Pijakan Orang Lain

22 Maret 2022   11:05 Diperbarui: 22 Maret 2022   12:52 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 ANTENA KONSLET

 by  Andi Yasa

               Pagi ini kubuka jendela kamarku yang terbuat dari papan yang di cat berwarna abu-abu, Sinar matahari terasa menyambar secara tiba-tiba. Mataku langsung tertuju dengan pemandangan beberapa buku yang berantakan dengan penuh coretan kalimat-kalimat penuh teka teki yang aku sendiri tidak tahu maksudnya. Untaian kalimat dari seorang wanita paruh baya mulai terdengar dengan kata-kata yang tidak mengenakkan, Beberapa kalimat untuk menyuruh putra tercintanya agar bersegera mandi yang menjelma menjadi sebuah umpatan dan seruan yang sudah menjadi makanan sehari-hari untukku. kepalaku sontak memikirkan apa yang akan terjadi nanti ketika disekolah. Kulihat masih ada bekas goresan luka lebam yang belum menghilang di lengan kanan kiriku. Namun seperti biasa aku mencoba mengabaikan pikiran negative itu sembari membayangkan hari ini aku pasti baik baik saja.

Setelah siap aku segera berangkat sekolah. Langkah kakiku bergerak pelan dengan pandangan kebawah. Tampak Sepasang sepatu berwarna hitam model bertali bergerak secara bergantian terlihat tampak bahagia. Iya itulah sepatu pemberian ayahku yang saat ini sedang merantau ke negeri jiran katanya untuk mencari uang agar bisa menyekolahkanku. Itulah alasanku sampai detik ini masih mau menginjakkan kakiku disekolah itu meski berat namun tetap aku lakukan. Setiap saat Aku merindukan ayahku. Sepasang sepatu yang kugunakan mengingatkanku kepada ayah.

"Woiii  minggir."

Suara teriakan seseorang yang menggunakan seragam yang sama dengan aku gunakan yaitu celana biru tua dan baju putih-putih. Aku tersontak kaget meyadarkan alam bawah sadarku. Ternyata beberapa anak melintasiku dengan mengayuh sepedanya dengan kencang. Padahal aku sendiri sudah berjalan dipinggir jalan.

"Dasar Antena Konslet."

Ejek anak lain bertopi merah dan menggunakan sepatu hitam berkilau sambil meludah tepat dihadapanku sebelum Ia benar-benar menjauh. Sudah kuduga apa yang mereka lakukan.

Antena Konslet adalah panggilanku disekolah saat mereka dengan sesuka hati mengejekku. Sebutan itu mereka gunakan saat aku menjadi orang yang tidak berguna, bodoh, suka melamun, dan terkadang aneh. Aku tidak tahu kapan sebutan itu lekat kepadaku yang aku ingat sebutan itu terlontar dari seorang guru saat aku masih SD ketika saat itu Ia menanyaiku sebuah pertanyaan ketika aku sedang tidak fokus lalu aku menjawab dengan jawaban yang salah dan ketika itu pula ia memanggilku dengan panggilan itu dengan pecahan dari nama aku sendiri yaitu Ankon si Antena Konslet.. Sampai sekarang aku masih ingat bagaimana struktur wajahnya dan bagaimana anak-anak yang lain menertawaiku secara serentak dan terbahak-bahak seperti puas apa yang guru itu katakan.

Tiba disekolah aku langsung menuju ke kelas terlihat tatapan-tatapan dengan muka sinis anak-anak tadi yang mengejekku dijalan. Bangku paling pojok belakang adalah tempat favoritku dari kelas 7 sampai 8. Kulihat jam dinding berdetak ternyata masih lama waktu masuk kelas, sambil menunggu guru seperti biasa aku menggambar sesuatu di buku gambarku pada halaman terakhir, baru saja lima menit menggambar duduk tiba-tiba anak-anak tadi dengan gerombolan mendekatiku.

"Wei, Antena konslet pinjem Pulpenmu dong, pulpen gua abis ni," Ucap Anak laki-laki berbadan besar dan tinggi sambil duduk diatas mejaku. Si Dumber , ketua gang segerombolan anak itu yang selalu saja memalakku. Namun aku tidak menghiraukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun