Mohon tunggu...
Relawan Publik
Relawan Publik Mohon Tunggu... profesional -

Peduli sesama tanpa pamrih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

ARIFASNO NAPU,.S.Si,.M.Kes " Penerima LAMAHU AWARD 2011 (Sesi 1)

2 Oktober 2011   06:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:25 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_133523" align="alignleft" width="261" caption="H.Wiranto menyerahkan Tropy LAMAHU Award 2011 kepada Arifasno Napu"][/caption]

Dihadapan ribuan masyarakat Gorontalo di Jakarta pada tanggal 16 September 2011 bertempat di Taman Mini Indonesia Indah, Arifasno Napu salah satu penerima Anugerah Gorontalo " LAMAHU Award 2011 "  ditetapkan oleh  Panitia Halal Bihalal & Anugerah Gorontalo  melalui Tim Seleksi LAMAHU Award 2011 yang terdiri dari : Prof.Dr.Hariadi Said, Wahyudin Lihawa ST, M.Husein Elnio Mohi,.ST,.MSi,  Abdulah Lahay, Andi A.R.Onge, Rachmat Pomalingo,.S.Hut,.MH,  Ir.Alim Niode,.MPd, Ramin Kapiso,.SE, Syamsul Huda M Suhari / Sam SDP dan Safrin Habibie,.Amd.

Agung Mozin.SH,.MSi selaku Sekjen Kerukunan Masyarakat Gorontalo “ LAMAHU Jabodetabek “ Periode 2007-2012 dalam sambutannya menyatakan bahwa Anugerah Gorontalo merupakan persembahan LAMAHU untuk mengangkat kembali pengabdian dan prestasi para tokoh-tokoh Gorontalo dari berbagai kalangan yang telah mendedikasikan diri untuk Gorontalo terutama rakyat biasa tetapi memiliki karya luar biasa, sekaligus sebagai inspirasi bagi kalangan generasi muda Gorontalo untuk terus berkaya. Hal yang sama juga menjadi pernyataan dari Andi Abdul Rahman Onge (Andi ARO) selaku Ketua Panitia dalam sambutannya di pentas bergensi tersebut. Dalam kesempatan ini kami paparkan Profil salah satu penerima LAMAHU Award 2011 sebagai berikut :

Arifasno Napu Menyelamatkan Kearifan Makanan Tradisional lewat Pendidikan

Dia adalah sosok yang percaya, bahwa produk dan warisan kebudayaan Nusantara sarat denan nilai kearifan lokal (Local Wisdom). Tak terkecuali di daerahnya sendiri, Gorontalo, yang tidak hanya kaya dengan falsafah dan nilai adat, namun juga memiliki kearifan tersendiri dalam mengupayakan gizi dan kesehatan melalui makanan tradisional yang beragam jenisnya. Dia adalah salah satu lulusan terbaik sarjana ilmu Gizi dari Universitas Indonesia, peraih gelar magister di bidang yang sama dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta, dan kini tengah menempuh Program Doktor di jurusan Ilmu Gizi Manusia di Institut Pertanian Bogor. Namun jejang pendidikan tinggi yang dimilikinya, tidak serta merta menjadikan dia berada di atas menara gading kelimuan, yang sulit dijangkau oleh orang kebanyakan, dia berjuang untuk membumikan ilmu gizi itu untuk kepentingan masyarakat Gorontalo.Arifasno Napu (40) sadar betul, di era digital semacam ini, dimana segala dimensi kehidupan bergegas begitu cepat, telah dengan sendirinya mendepak makanan tradisional ke pinggiran zaman.

Atas nama gengsi dan gaya hidup modern, masyarakat terutama generasi muda lebih tergiur dengan iklan dan produk makanan cepat saji yang sebenarnya miskin nilai gizi. ” Masyarakat Indonesia, tak terkecuali di Gorontalo, sudah mulai melupakan makanan tradisional, mereka menjadi korban iklan yang terus menerus digencarkan media massa, ” tandas pria yang kesehariannya bertugas di bidang Gizi pada Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo ini. Arifasno bertekad memperkenalkan kembali makanan tradisional Gorontalo, seperti Ilabulo, Binthe Biluhuta, Bilinthi, Bilenthango, hingga Dabu-dabu sagela, melalui jalur pendidikan. Dia kemudian menyusun kurikulum muatan lokal mengenai ilmu gizi berbasis makanan tradisional. Hingga saat ini, sedikitnya ada 145 sekolah dari berbagai jenjang (SD,SMP,SMA) yang telah menerapkan kurikulum tersebut.Tidak hanya itu, Arifasno menjalankan ”syiar kuliner” tradisional itu melalui berbagai ajang dan media, mulai dengan menjadi kolumnis gizi di sebuah harian lokal di Gorontalo, hingga menerbitkan buku buku Menu Khas Gorontalo (jilid 1 dan 2), dan ”Cerita Sehat Melalui Makanan”.

Tak jarang di tengah tekadnya itu, Arifasno terganjal oleh urusan birokrasi, seperti dalam hal penyediaan anggaran untuk menerapkan ide dan gagasannya. Buku-buku yang telah dia tulis, diterbitkan dengan dana yang serba terbatas. Namun hal itu tidak lantas memadamkan semangatnya untuk terus berjuang mengembalikan harkat dan martabat kuliner Gorontalo, agar menjadi kebanggaan masyarakat di daerah itu.Pria yang kerap memberi kuliah dan ceramah gizi dalam berbagai seminar di lingkungan perguruan tinggi ini, juga menggagas berdirinya Pusat Pemulihan Gizi (therapyutiec feeding centre = TFC) untuk balita gizi buruk dan ibu hamil Anemia/KEK di Gorontalo, yang kini berjalan di kabupaten dan kota di Gorontalo.

Dia ingin terus membuktikan, bahwa para leluhur Gorontalo, telah memiliki konsep yang matang dan cerdas dalam pemenuhan gizi masyarakat melalui aneka makanan tradisional. Warisan itu layak untuk dilestarikan.§

Sumber : LAMAHU Jabodetabek (A2)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun