Mohon tunggu...
Andhika Setya Utama
Andhika Setya Utama Mohon Tunggu... Mahasiswa

Ciao! Aku Dhika, anak kedua yang hobinya keluyuran, suka dengan perfilman, musik, makanan, skincare, fashion, dan fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Melodi terakhir

12 Oktober 2025   08:38 Diperbarui: 12 Oktober 2025   08:38 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Monitor detak jantung berbunyi, BEEP... BEEP... BEEP..., irama yang akrab dan dingin. Bau antiseptik, desahan samar masker oksigen, dan bisikan perawat adalah ritme yang Kea kenal. Namun, pagi ini, semua itu terasa jauh.

"Pagiii!" seru Eva, melambaikan tangan dengan semangat dari gerbang sekolah. Kea, gadis kuncir kuda itu, membalas lambaian hangatnya. Mereka menghabiskan waktu di bangku taman sekolah, berbagi tawa dan rahasia seperti biasa.

Di kelas, Pak Guru masuk, diikuti oleh seseorang yang bersembunyi di punggungnya. Anak laki-laki itu maju beberapa langkah, wajahnya pucat.

"Haii. Aku Rasyaa," ucapnya, suaranya sedikit bergetar, hampir seperti desisan angin.

Beberapa hari kemudian, Rasya berjalan melintasi taman kota. Ia berhenti mendadak. Ia mendengar suara nyanyian klasik yang indah, lembut, dan merdu. Penasaran, ia mengendap-ngendap di balik semak bunga mawar. Sshhh... shhh... Jantungnya berdebar kencang. Ia mengintip dan melihat sosok Kea berdiri, matanya terpejam saat ia melantunkan nada-nada tinggi.

Tiba-tiba, Kea melompat turun dari bangku batu. Ia mendarat tepat di depan Rasya yang membeku.

"Ng... ngapain lu ngendap-ngendap?" tanya Kea, nadanya serius.

Rasya hanya bisa menelan ludah. Ia tertangkap basah.

Kea tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. "Hahahahha! Gampang banget sih dijailin!" Ia mengulurkan tangan. "Kea. Senang bertemu denganmu, penguntit."

"Rasya," jawabnya, meraih tangan itu.  Selepas itu Kea pergi meninggalkannya di Taman.

Keesokan harinya, Kea mulai menghampiri meja Rasya setiap hari. Eva, yang melihat interaksi intens itu, cemberut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun