Mohon tunggu...
Anastasia Mellania
Anastasia Mellania Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Selamat datang di tulisan Anastasia, si mahasiswa Ilmu Komunikasi yang sedang belajar membuat karya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

A Man Called Ahok (2018): Memanggil Jiwa Nasionalisme dari Tanah Belitung

11 November 2020   13:53 Diperbarui: 11 November 2020   14:02 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun nasionalisme tak sebatas pada definisi sebagai simbol patriotisme heroik yang membentuk perjuangan seolah-olah menghalalkan segala cara untuk tanah air tercinta. Makna dari nasionalisme seperti itu akan membatasi adanya persoalan di masa kini sehingga tidak relevan adanya karena kita tak lagi bergelut dengan penjajah yang merebut kemerdekaan bangsa secara harfiah.

Adanya pergeseran konteks nasionalisme pada masa kini lebih menekankan pada identitas yang lebih konkrit seperti negara modern, pemerintah yang bersih, demokrasi, dan perlindungan hak asasi manusia (Kusumawardani &Faturochman, 2004), sehingga hal tentang kebanggaan terhadap identitas bangsa menjadi  cukup mustahil apabila seorang warga negara tidak menemukan kebanggaan tersebut dalam diri negaranya.

sumber gambar
sumber gambar

Dalam beberapa keadaan , film ini berusaha mengangkat hal-hal tersebut, contohnya adalah ketika Kim Nam sering kali membawa Ahok dan salah satu adiknya untuk ikut terlibat dalam pekerjaan sang ayah di lapangan. Pada suatu masa, salah satu pekerja kedapatan melakukan praktik korupsi dengan membeli drum aspal sejumlah 8 buah namun dituliskan dalam kuitansi 12 buah, sehingga ketika Kim Nam memberikan spesifikasi ketebalan aspal yang seharusnya 6 cm, pekerja tersebut hanya membuat 3 cm.

"Dimana-mana yang kaya gini kan biasa", begitulah pembelaan yang dilayangkan pekerja bernama Hendra ketika didapati bahwa ia sengaja mengganti jumlah drum aspal pada kwitansi.

Tanpa basa-basi, Kim Nam memecat Hendra secara tak langsung dengan menyuruh Yuyu, adik Ahok, untuk menjadi 'juru bicaranya'. Melihat adiknya yang nampak tidak tega dan bingung, akhirnya Ahok yang saat itu baru berumur belasan tahun maju dan dengan tegas memecat pekerja ayahnya tersebut.


Bisnis Kim Nam semakin menurun, belum lagi dirinya harus berhadapan dengan oknum tak bertanggung jawab hingga dibingungkan akan hal memberi "upeti" demi menyelamatkan pekerja dan bisnisnya atau terus teguh pada pendiriannya namun berakhir hancur.

sumber gambar
sumber gambar

Peristiwa demi peristiwa kian membuat Ahok semakin mengerti betul bagaimana keadaan tanah lahirnya yang pada saat itu mulai digerogoti ego serakah beberapa pihak nakal. Maka dari itu Ahok memutuskan untuk tidak mengikuti keinginan sang ayah menjadi dokter, dan memilih menekuni bidang bisnis demi menyelamatkan Belitung dan usaha sang ayah.  

Tentu saja hal itu bertentangan dengan niat baik Kim Nam. Setelah Ahok tumbuh dewasa,  love hate relationship nampaknya merupakan sebutan yang paling tepat untuk mendefinisikan keadaan ayah dan anak ini. Walau begitu, semangat Ahok untuk menciptakan perubahan bagi sistem yang mulai hancur di Gantong tidaklah surut.

"Kita lawan sistem busuk ini, kita buat perubahan!" ujarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun