Mohon tunggu...
Anastasia Mellania
Anastasia Mellania Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Selamat datang di tulisan Anastasia, si mahasiswa Ilmu Komunikasi yang sedang belajar membuat karya.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Aku, Kau & KUA": Melihat Realita "Tak Kenal Maka Ta'aruf"

16 September 2020   20:58 Diperbarui: 16 September 2020   21:24 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Terdapat pula konflik pada proses lamaran yang dilakukan Rico kepada pacarnya, Aida, yang diwarnai dengan penolakan dari orang tua pihak wanita dikarenakan mereka telah menjodohkan anaknya dengan seorang pengusaha sukses. Hal ini seakan dijadikan suatu konflik sosial dimana dalam film terlihat orang tua ingin anaknya menikahi seseorang yang 'sederajat' dengan status sosial keluarganya. 

Hal itu juga bisa ditafsirkan sebagai 'adat' dimana seseorang menikah bukan semata-mata karena jalinan cinta, tetapi juga jalinan bisnis yang semakin lancar setelah kedua belah pihak memiliki ikatan darah.

 "Pernikahan Besar dan Mahal (BELUM TENTU) Menjadi Titik Tertinggi Kehidupan Seorang Wanita yang Tak Terelakan" 

Pada akhirnya film ini sampai pada karakter utama yang dipersatukan lewat rangkaian cerita dan kejadian. Rico lambat laun menyadari bahwa ia tertarik dengan Uci yang adalah sahabatnya sendiri dan secara spontan melamar Uci. Seperti dikutip dalam buku, dikatakan bahwa "tokoh protagonis harus selalu menghadapi dan berusaha mengatasi serangkaian rintangan sebelum mendapatkan hadiah" adalah benar adanya.

Rico dan Uci pada akhirnya harus melewati hubungan jarak jauh mengingat Uci yang akan melangsungkan studi beasiswa ke Jerman ditambah dengan Rico yang belajar untuk menerima 'kekurangan' Uci kaitannya dengan hal keperawanan dimana dalam film yang berlatar belakang budaya Timur yang dianut Indonesia ditambah dengan pembawaan Uci di dalam film yang memakai hijab serta pakaian tertutup membuat kesan kepada orang-orang bahwa hal seperti itu memiliki kemungkinan kecil terjadi. 

Hal ini kemudian menjadi budaya yang berusaha diangkat oleh pembuat film dimana idealnya hal keperawanan dilihat sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap wanita dan bila diketahui sudah tidak perawan sebelum menikah, cap jelek dari masyarakat yang kemudian lahir dan menjadi label bagi orang tersebut.

Terakhir, hal tentang melangsungkan upacara pernikahan yang lekat dengan ikonografi ritual dan pernyataan "kegagalan untuk memberi penghormatan pada gagasan bahwa pernikahan besar dan mahal adalah titik tertinggi kehidupan seorang wanita yang tak terelakan" dibantah oleh film ini dimana Uci dan Rico akhirnya melangsungkan pernikahan kecil mereka di KUA (Kantor Urusan Agama) tanpa adanya pesta nan megah seperti budaya pernikahan yang tertanam dalam benak kita. 

Hal itu juga sekaligus menjadi pengingat bagi penonton bahwa derajat kebahagiaan sebuah pasangan tidak melulu soal seberapa megah upacara pernikahannya, melainkan tentang bagaimana suatu hubungan dapat resmi secara hukum dan agama walaupun dengan cara yang sederhana.

#Filmologi03 

Sumber:
Costanzo, W. V. (2014). World Cinema Through Global Genres. John Wiley & Sons.

Saefullah, A. (2018). Agama Sebagai Kritik Sosial Pada Film Aku, Kau dan KUA (Dalam Tinjauan Teknik Sinematografi). Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Utami, E. (2014). Aku, Kau dan KUA, Potret Pernikahan Dalam Komedi Romantis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun