Mohon tunggu...
Ana Risma Nanda
Ana Risma Nanda Mohon Tunggu... Penulis - Salam kenal!

http://anarismanandaaa.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature

Upaya Mengurangi Sampah di Desa Banyukuning dengan Menerapkan Konsep 3R

29 Agustus 2019   20:45 Diperbarui: 29 Juli 2021   20:56 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ditulis oleh: Tim KKN Alternatif II A Universitas Negeri Semarang (Desa Banyukuning, Kec. Bandungan, Kab. Semarang)

Ig: @banyukuningku.semarak

Persoalan sampah tak henti-hentinya dibahas, karena persoalan ini sangat erat berpengaruh di bidang lingkungan, pola hidup dan budaya di masyarakat itu sendiri.

Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang adalah salah satu desa yang penduduknya berjumlah paling banyak di Bandungan di mana terdiri dari 12 Dusun. 

Desa Banyukuning ini juga mengalami pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang cukup memicu meningkatnya kegiatan jasa, industri, dan bisnis karena letak Desa Banyukuning yang dekat dengan pusat Pariwisata di Bandungan ini. 

Dengan adanya berbagai macam kegiatan jasa, industri, dan bisnis tersebut Desa Banyukuning mengalami dampak permasalahan terkait pengelolaan sampah. Selain sampah yang muncul sebagai dampak dari adanya kegiatan jasa, industri, dan bisnis, kegiatan rumah tangga di Desa Banyukuning juga menjadi salah satu pemicu meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan. 


Salah satu contoh sampah yang dihasilkan dari adanya kegiatan rumah tangga di Desa Banyukuning adalah jenis sampah yang sulit untuk terurai yaitu popok bayi. 

Berdasarkan survei yang telah dilakukan di setiap dusun di Desa Banyukuning, sampah popok bayi menjadi jenis sampah terbanyak yang dihasilkan dari adanya kegiatan rumah tangga di Desa Banyukuning. Selain sampah popok bayi, sampah bekas kemasan makanan juga menjadi penyumbang terbesar menumpuknya sampah di Desa Banyukuning. 

Jenis sampah bekas kemasan makanan yang dimaksud berupa plastik dan kertas. Masih tingginya penggunaan plastik di Desa Banyukuning menghasilkan sampah plastik yang terbilang cukup tinggi juga. 

Rendahnya kesadaran masyarakat dalam menangani tumpukan sampah bekas kemasan makanan di Desa Banyukuning juga kian mempersulit upaya untuk mengurangi keberadaan sampah yang ada. 

Oleh sebab itu, Tim KKN Alternatif II A Universitas Negeri Semarang mencoba menerapkan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) untuk menangani sampah khususnya jenis sampah plastik yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga di Desa Banyukuning sebagai upaya untuk merealisasikan prinsip konservasi.

Berdasarkan hasil observasi, kami Tim KKN Alternatif II A di Desa Banyukuning ini memperoleh hasil dan informasi bahwa di Desa Banyukuning ini tidak memiliki tempat sampah untuk melakukan proses pewadahan sehingga warga terbiasa membuang sampah sembarangan dan membakarnya di sekitar rumah. Hal ini menyebabkan sulitnya mengaplikasikan pemilihan sampah. 

Karena tidak tersedianya tempat penampungan sampah sementara, maka banyak warga yang membuang sampah rumah tangga yang berskala besar di lahan kosong atau tanah pertanian milik warga untuk menjadi tempat pembuangan akhir. 

Kesadaran masyarakat Desa Banyukuning akan kebersihan lingkungan masih kurang sehingga permasalahan sampah tersebut masih dipandang wajar oleh warga disini. 

Selain tidak adanya penampungan sampah Desa Banyukuning ini merupakan jalur Alternatif penghubung antara Bandungan dengan Ambarawa sehingga sering dilewati para wisatawan yang ingin berliburan di Kota Pariwisata Bandungan ini. 

Untuk menanggulangi persoalan pengelolaan sampah ini kami Tim KKN Alternatif II A Universitas Negeri Semarang mengadakan Program Kerja RASA (Kreasi Sampah) program pelatihan ini diharapkan agar para Ibu-ibu, Remaja dan Anak-anak mampu memanfaatkan waktu luangnya untuk melakukan kegiatan yang produktif dan mampu meminimalisasi jumlah sampah di Desa Banyukuning dan selain itu tentunya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya di Desa Banyukuning agar bisa memanfaatkan sampah supaya memiliki nilai jual salah satunya yaitu dengan pembuatan kerajinan berupa dompet, tas dari bungkus kopi atau kemasan minuman instan. 

Perilaku terhadap sampah ini sudah menjadi budaya yang mengakar pada masyarakat. Hal ini berdampak pada pola pikir (mindset) masyarakat terkait sampah yang kurang sesuai. 

Misalnya tumpukan sampah yang tidak nyaman dipandang. Bagi masyarakat Desa Banyukuning, kondisi tersebut menjadi hal yang biasa dan tidak ada upaya penanggulangannya. Bahwa budaya kerja bakti di sana pun masih minim serta tidak adanya kesadaran masyarakat untuk memiliki jiwa kebersihan. 

Pola pikir seperti inilah yang harusnya perlu untuk diubah. Hasil obervasi menunjukkan bahwa warga Desa Banyukuning tidak memiliki tempat sampah pribadi yang digunakan untuk membuang sampah rumah tangga setiap harinya. Sampah rumah tangga yang dihasilkan setiap hari oleh warga dikumpulkan dan dibuang di lahan kosong dan pertanian milik warga.

Meskipun permasalahan sampah di Desa Banyukuning sudah termasuk ke dalam kategori yang cukup mengkhawatirkan, namun bukan berarti tidak dapat sama sekali dilakukan upaya penanganan yang tepat sasaran dengan ritme yang mungkin membutuhkan waktu yang tidak sebentar akan tetapi result dari upaya tersebut terjamin mampu mengurangi populasi sampah yang ada. 

dokpri
dokpri
RASA (Kreasi Sampah) menjadi sebuah langkah kecil yang Tim KKN Alternatif II A Universitas Negeri Semarang gagas guna mengurangi permasalahan sampah di Desa Banyukuning. Adapun tahapan dari produksi RASA (Kreasi Sampah) adalah sebagai berikut:
  1. Diawali dengan mengumpulkan sampah plastik rumah tangga berupa kemasan minuman instan kemudian dilanjutkan dengan tahap penyortiran yang menghasilkan pengelompokan sampah menjadi lingkup yang lebih kecil lagi di mana yang menjadi fokus kami adalah pengolahan sampah kemasan minuman instan berupa kopi.
  2. Selanjutnya kami menentukan desain apa yang akan diterapkan untuk sampah-sampah yang telah selesai disortir dan tas serta dompet menjadi pilihannya.
  3. Setelah desain awal ditentukan, tahapan awal perancangan pun dimulai. Sisi atas serta bawah kemasan dipotong sehingga menghasilkan kemasan yang tak lagi tertutup rapat melainkan kemasan yang terbuka pada kedua sisinya.
  4. Berikutnya, dilakukan pengukuran. Kemasan yang sudah dipotong pada sisi bagian atas dan bawahnya kemudian diukur dengan cara melipatnya menjadi bentuk stick dengan lebar kurang lebih 3cm.
  5. Setelah stick sampah yang dihasilkan sudah cukup banyak, dilanjutkan dengan tahap perakitan. Pada tahapan ini, stick sampah dianyam menjadi pola awal yaitu baling-baling dengan memanfaatkan 4 stick sampah. Tahapan ini dilakukan dengan teknik yang sama dan berkelanjutan pada sisi horizontal maupun vertikal hingga panjang dan lebar anyaman yang dihasilkan sudah cukup untuk dibentuk sebagai tas atau dompet.
  6. Setelah panjang serta lebar anyaman sudah memenuhi ukuran untuk dibentuk sebagai tas atau dompet, dilakukan tahapan penguncian pada sisi samping (kanan dan kiri) yang masih terbuka hingga menghasilkan kedua sisi samping (kanan dan kiri) tertutup secara keseluruhan.
  7. Tahapan terakhir adalah finishing berupa pembuatan tali tas atau dompet dengan metode yang sama yaitu perakitan dengan panjang yang disesuaikan dengan selera serta penambahan kain di bagian dalam tas atau dompet juga penambahan resleting.

dokpri
dokpri
RASA (Kreasi Sampah) direalisasikan untuk pertama kali di Desa Banyukuning dalam bentuk pelatihan dengan sasaran Ibu-ibu dalam acara rutin PKK yang diselenggarakan di Ruang Rapat Kantor Desa Banyukuning yang terletak di Dusun Krajan pada tanggal 25 Juli 2019. 

Pelatihan dilaksanakan dengan mempresentasikan tahapan demi tahapan proses pembuatan RASA (Kreasi Sampah) kepada audience sekaligus menunjukkan produk tas dan dompet yang sudah Tim KKN Alternatif II A Universitas Negeri Semarang buat sebelumnya. 

Apabila RASA (Kreasi Sampah) dapat dilakukan secara konsisten maka bukan tidak mungkin populasi sampah khususnya sampah plastik di Desa Banyukuning akan jauh lebih berkurang. 

Selain itu, dengan melanjutkan upaya RASA (Kreasi Sampah) yang kami gagas, diharapkan roda perekonomian di Desa Banyukuning dapat digerakkan juga dari sektor industri kreatif yang ramah lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun