Mohon tunggu...
Ananta della
Ananta della Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

ilmu pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengapa Harus dengan Punishment?

27 September 2022   23:22 Diperbarui: 28 September 2022   00:20 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2. Punishment Represif 

Punishment represif adalah hukuman yang dilakukan karena adanya perilaku yang bertentangan agar semua anak menjadi lebih baik. Hukuman ini dilakukan setelah terjadinya kesalahan atau pelanggran. Beberapa hukuman yang temasuk punishment represif, yaitu pemberitahuan, teguran, peringatan dan hukuman bagi anak yang tidak mampu hanya dengan teguran dan peringatan. 

Dalam memberikan punishment terhadap anak, kita harus mempertimbangkan kesalahan dan  mengetahui latar belakang perilaku tersebut, serta mempertimbangkan baik buruknya punishment yang akan kita berikan. Punishment yang tidak tepat akan berdampak negatif pada anak itu, antara lain:

  • Menyebabkan perasaan dendam dan emosi dalam hati pada anak, akibat dari punishment yang sewenang- wenang dan tanpa tanggung jawab. 
  • Membuat anak lebih memilih menyembunyikan perilaku buruk atau kesalahan yang telah dilakukan. 
  • Mengakibatkan anak kehilangan rasa bersalah karena telah menggangap kesalahannya telah dibayar dengan punishment yang sudah dia terima. 
  • Menimbulkan rasa tidak suka pada diri anak yang menyebabkan anak malas belajar 
  • Menunjukkan apa yang tidak boleh dilakukan, bukan apa yang seharusnya dilakukan. 
  • Membuat anak yang dulunya dihukum dalam melakukan perilaku tersebut dan saat ini dapat dilakukan tanpa mendapat hukuman menyebabkan anak beranggapan boleh melakukannya lagi. 

Menurut Skinner (1971) mengatakan bahwa hukuman yang digunakan untuk menghilangkan terulangnya perilaku yang buruk, berbahaya, atau perilaku yang tidak diinginkan lainnya dengan anggapan bahwa seseorang yang dihukum akan berkurang untuk mengulangi  perilaku yang sama. Tetapi, persoalannya tidak semudah itu. Imbalan dan hukuman tidak berbeda halnya dalam arah perubahan yang ditimbulkannya. Seseorang yang dipenjara karena melakukan kekerasan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan kekerasan lagi. Perbuatan yang menyebabkan hukuman tadi kemungkinan akan muncul kembali setelah hukuman dicabut atau selesai. (h.61-62) Terlihat bahwa hukuman hanya akan menekankan perilaku, dan saat hukuman itu dicabut atau dihilangkan, maka perilakunya akan kembali seperti semula. Jadi, hukuman yang kelihatannya berhasil merubah perilaku anak tidak menutup kemungkinan hanya memberikan efek sementara. 

Bagaimana cara memberikan punishment dengan tepat?

Dalam hal ini, sebelum kitamemberikan punishment pada anak. Sebaiknya harus dengan memperhatikan syarat syarat dibawah ini:

1. Punishment harus sesuai dengan kesalahan anak, tidak boleh berlebihan dalam memberikan hukuman pada  anak. 

2. Punishment yang diberikan harus adil, kita tidak boleh memihak antara salah satu anak dengan anak yang lain. Misalnya, ketika adik dan kakak berebut mainan yang menyebabkan salah satunya menangis. 

3. Punishment yang diberikan harus bertujuan agar anak mengerti penyebab ia dihukum dan maksud dari hukuman ayng diberikan padanya. 

4. Ketika memberikan hukuman harus dala keadaan tenang. Maksdunya, anak sedang tidak dalam keadaan emosi agar anak tidak berpikir negatif dan membenci kita. 

5. Punishment harus diakhiri dengan memberi maaf. Apabila anak telah menyelesaikan hukumannya kita harus memberikan maaf dan tidak akan mengungkitnya dikemudian hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun