Mohon tunggu...
Anang Syaifulloh
Anang Syaifulloh Mohon Tunggu... Freelancer - Akun Pribadi

Pengagum Bapak Soekarno, namun untuk masalah wanita belum seahli beliau

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nggak Apa-apa Kok, "Katrok" di Stasiun MRT

6 April 2019   12:30 Diperbarui: 6 April 2019   12:58 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seminggu terakhir masyarakat Jakarta dan sekitarnya disuguhkan kemegahan dan kemudahan transportasi baru. Setelah KRL, mereka siap dimanjakan dengan MRT. Masyarakat antusias. Sampai-sampai menjadikan stasiun MRT sebagai tempat piknik dadakan. Katrok ga sih?

Sebenarnya, proyek MRT sudah direncakan sejak tahun 1985. Tetapi saat itu proyek ini belum masuk rencana nasional. Baru tahun 2005, pemerintah akhirnya menyetujui proyek ini menjadi rencana proyek nasional. Menjadi wajar apabila masyarakat Jakarta menyambut MRT ini dengan suka cita.

Banyak gambar-gambar beredar di sosial media menunjukkan antusias warga untuk merasakan naik MRT. Ada beberapa yang sampai menggelar tikar dan makan bareng keluarganya. Ada juga yang membuang sampah sembarangan. Bahkan ada yang menyuruh anaknya pipis di sudut ruang stasiun!

makan dan duduk di stasiun MRT yang tidak sesuai tempat dilarang
makan dan duduk di stasiun MRT yang tidak sesuai tempat dilarang

Tinggalkan kenanganmu, bukan sampahmu
Tinggalkan kenanganmu, bukan sampahmu

Culture Shock yang dialami masyarakat Jakarta hampir sama yang dialami masyarakat Lombok ketika bandara baru dibuka di wilayah Lombok Tengah. Pekan pertama ini dibuka, bandara ini layaknya seperti pasar. Orang berbondong datang untuk melihat pesawat naik dan turun. Bagi sebagian dari mereka, kejadian itu hanya bisa dilihat melalui tv. Sekarang secara langsung.

Perilaku seperti itu mungkin terlihat aneh, tapi bisa saja ini adalah kritik sosial bagi pemerintah. Pembangunan masih belum merata dan terlambat. Masyarakat timur masih banyak yang kagum dengan pesawat. Bandara dibangun gencar mungkin masih dalam 10 tahun ini. Bisa juga masyarakat kekurangan tempat piknik yang murah hingga datang ke bandara hanya untuk melihat pesawat.

Rekreasi masyarakat Lombok di bandara tahun 2011 lalu
Rekreasi masyarakat Lombok di bandara tahun 2011 lalu

Masyarakat Jakarta harusnya bisa lebih mengendalikan Culture Shock yang mereka alami. Beda dengan Masyarakat Lombok adalah mereka baru melihat dan merasakan satu mode transportasi untuk pertama kali . Sedangkan bagi masyarakat Jakarta MRT ini adalah mode transportasi yang kesekian. Sebelumnya sudah ada Pesawat, Kereta Api, KRL. Bandingkan dengan Lombok yang baru ada Pesawat.

Ditengah Culture Shock yang memalukan itu, ternyata masih ada budaya antri. Sebuah gambar yang beredar di sosmed memperlihatkan jejeran orang yang antri ingin menaiki MRT ini. Penyesuaian budaya ini memerlukan waktu. Tidak langsung ketika budaya baru disosialisasikan seketika itu juga masyarakat menjadi tertib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun