Mohon tunggu...
Anang Susilowanto
Anang Susilowanto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kelas UPTD SDN Ketapang Barat 5

Membaca dan mencoba hal baru adalah hal yang mengasyikkan

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Doa Yanto

6 Mei 2023   23:28 Diperbarui: 6 Mei 2023   23:30 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Yanto merupakan anak tertua dari 3 bersaudara. Lahir dari pasangan suami istri yang semuanya berstatus PNS. Kehidupan PNS pada era 80an jangan disamakan dengan sekarang yang semuanya serba tersedia, yang penting "berani", tentunya berani berhutang. Yang ada pada waktu itu tetap hidup sederhana. Makan cukup dengan tahu dan tempe, sebagaimana yang diajarkan oleh pendahulu kita yang terkenal dengan slogan , "Iseh penak pas jamanku to ...?"

Sebagai anak tertua dari 3 bersaudara yang semuanya laki-laki pasti dituntut serba bisa. Bisa memberi contoh (yang baik-baik tentunya) bagi sang adik dan juga serba bisa. Kadang-kadang juga dituntut untuk bisa mengalah. Berat ya beban yang harus ditanggung kakak  tertua.

Demikian pula dalam perjodohan, kebetulan kami bertiga pada waktu kuliah tinggal serumah. Lagi-lagi karena alasan sebagai kakak tertua Yanto diminta untuk segera menikah dengan : 1. Agar orang tua segera menimang cucu, 2. Si istri bisa membuatkan masakan buat sang adik (selama ini yang dimasak Yanto adalah makanan China "oseng-oseng" dan mie rebus), 3. Yanto dirasa cukup umur untuk berumah tangga.

Sebenarnya sih semua alasan tersebut masuk akal. Dalam hati ingin memenuhi  harapan dan membahagiakan orang tua, tetapi apalah daya, hati Yanto masih masih merasa   belum saatnya. Belum saatnya karena pada saat itu masih kuliah serta merasa bekal yang dimiliki masih belum apa-apa walaupun ada jaminan dari orang tua bahwa biaya hidup akan di tanggung sama orang tua.

Tapi Yanto pikir malu ah ........... Saya kan anak tertua, masak setelah berumah tangga masih minta ke orang tua ?

Apa lagi bilang, "Pak buk minta duit ...?"

"Untuk apa ?"

"Untuk beli apa."

"Untuk beli roti tawar."

Untuk menambah bekal hidup, Yanto juga mengikuti kegiatan kemahasiswaan dan kemasyarakatan. Biar dikatakan sombong sedikit, hampir di setiap komunitas tersebut selalu ada yang naksir sama Yanto, tapi untunglah Yanto bukan tipe cowok gampangan yang gampang terpengaruh kecuali kepepet.

Pernah suatu saat Yanto ditaksir cewek satu komunitas. Dia cantik, pintar lagi

Malam harinya diisi dengan mengikuti obrolan keagamaan dengan tokoh agama setempat, diskusi, tanya jawab juga candaan terjadi di tempat itu

Suatu saat Yanto  bertana, "Dhe, kapankah Yanto akan menikah ?"

Guru ngaji yang akrab dipanggil Pakdhe menjawab, "Besok kalau usiamu sudah 30  keatas, jodohmu orang wetan."

Sebagai santri Yanto mengamini apa yang dikatakan guru ngajinya tersebut.

Selesai kuliah, Yanto diterima menjadi tenaga sukarelawan di sebuah sekolah menengah. Untuk menambah penghasilan, Yanto membuka usaha kecil-kecilan. Usahanya terbilang cukup berhasil. Dalam sebulan tak kurang seperti PNS golongan 3A.

Menjelang usia 30, Yanto ingat kata-kata gurunya kemudian berguman dalam hati, "Apakah jodohku akan segera datang?" kemudian berdoa, "Ya Allah pertemukanlah dengan jodohku kalau sudah punya kontrakan." Giliran sudah punya kontrakan, Yanto berdoa lagi, "Ya Allah, pertemukanlah dengan joddohku kalau sudah pegang duit tuk beli cincin."

Beberapa hari kemudian  ada teman yang mengajak membeli suatu barang yang akan memberikan keuntungan bagi Yanto. Dasar memang watak pekerja, ajakan temannya langsung diiyakan. Tak butuh waktu berapa lama, barang tersebut diperoleh dan segera terjual yang memberikan keuntungan bagi Yanto.

Dengan memegang uang sekian juta di dompet, Yanto berguman di hati, "Kontrakan sudah punya, duit sudah ditangan, apakah jodohku semakin dekat?"

Dalam hitungann detik, dari luar terdengar suara sepeda motor, setelah mengucapkan salam masuklah 2 orang dewasa laki-laki dan perempuan (dari wajahnya sepertinya bersaudara dan 2 orang anak kecil yang akhirnya menjadi keponakan). Setelah dipersilahkan duduk, Yanto menanyakan, "Ada yang bisa Yanto bantu?"

Si perempuan yang akhirnya diketahui namanya Suminten bilang, "Tolong saya dibuatkan berkas untuk saya bawa besok, kira-kira bisa  gak?"

Yanto langsung merasa waktunya telah tiba langsung menjawab, "Bisa, tapi waktunya agak lama, terus mengapa datang malam-malam bukannya tadi siang bisa?"

Sejak pertemuan malam itu pertemuan semakin intens. Seminggu kemudian Yanto memberanikan diri bertandang ke rumahnya dan mengutarakan maksudnya.

Ibunya Suminten kaget dan bertanya, "Mas Yanto, sampean kenal berapa lama sama Suminten kok berani melamar Suminten,  memangnya tidak ada yang sampean taksir selain Suminten?"

Jangan panggil Yanto kalo tidak bisa menjawab pertanyaan sulit dan memaksa orang manggut-manggut sambil tertawa lepas, "Yanto kenal sama Dik Suminten baru 1 minggu bu, waktu bukan ukuran untuk menikah, kalau memang jodoh tidak akan kemana, tetapi kalau bukan jodoh walau dikejar sampai kemana tidak akan  terjadi, bukannya Yanto sombong, yang naksir Yanto dan  yang ditaksir Yanto jumlahnya banyak," jawab Yanto panjang kali lebar.

Mendengar jawaban Yanto yang panjang kali lebar tersebut, Ibunya Suminten tertawa, "Wah saya baru kenal sampean seperti sudah lama, padahal baru ketemu kali ini ya, segera ya orang tua Mas Yanto kesini untuk membicarakan hubungan kalian berdua ya."

Bersambung .......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun