Sidoarjo, Jawa Timur — Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (UNTAG Surabaya) yang tergabung dalam kegiatan pengabdian desa Sub Kelompok 6 NR 4, dengan bimbingan langsung dari Dr. Angga Dutahatmaja, S.Kom., M.M., melaksanakan pengabdian masyarakat di Desa Jimbaran Kulon, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo. Kegiatan ini mengangkat salah satu isu lingkungan yang cukup krusial, yaitu pengelolaan limbah feses kambing yang belum termanfaatkan secara optimal oleh masyarakat setempat.
Identifikasi Masalah: Limbah Feses Kambing Belum Dikelola Secara Maksimal
Permasalahan ini teridentifikasi pada tahap awal survei lapangan 18/5/2025, di mana mahasiswa melakukan observasi dan wawancara langsung dengan warga serta pelaku peternakan lokal. drh. Bagus Fauzul, seorang dokter hewan sekaligus pemilik peternakan kambing di desa tersebut, menyampaikan bahwa limbah kambing selama ini hanya dikumpulkan dan dibiarkan menumpuk tanpa pengolahan yang memadai.
“Di desa ini banyak warga yang hanya mengambil feses kambing dengan pengelolaan yang kurang maksimal,” ujar drh. Bagus Fauzul.
Langkah-Langkah Pembuatan Pupuk Kompos
Program ini diawali dengan penyuluhan dan dilanjutkan dengan praktik langsung pembuatan pupuk kompos berbahan dasar feses kambing. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses ini meliputi:
Alat:
•Cangkul
•Ember
•Karung
•Alat semprot
Bahan:
•Feses kambing kering (10 kg)
•Sekam padi (2 kg)
•Kapur dolomit (2 kg)
•EM4 (1 sdm)
•Molase atau glukosa (1 sdm)
•Air bersih (1 liter)
Prosedur:
1.Giling feses kambing, sekam, dan kapur dolomit hingga halus dan tercampur rata.
2.Campurkan EM4 dan molase ke dalam air bersih, lalu aduk hingga larut.
3.Tuangkan larutan ke dalam bahan yang telah digiling dan aduk kembali hingga merata.
4.Masukkan campuran ke dalam karung dan simpan di tempat teduh untuk fermentasi selama kurang lebih dua minggu.
5.Pupuk yang telah jadi akan terasa dingin saat disentuh dan memiliki aroma khas tanah.