Mohon tunggu...
An
An Mohon Tunggu... -

Girl with million imagine :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelajaran Berharga dari Sebuah Perjalanan yang Hebat

23 November 2018   14:23 Diperbarui: 23 November 2018   15:46 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Ananda N.F

Secercah cahaya oranye mulai terlihat dari ufuk barak, terlihat sang surya yang bersiap tuk pamit dari hari yang melelahkan dan berganti tugas dengan sang malam.

Saat ini waktu  telah menunjukan pukul 17:30 dan aku disini, berdiri dengan gusar serta raut wajah yang seolah-olah meyakinkan mereka para wisatawan  yang aku tuntun saat ini, padahal sebenarnya jauh dari dalam lubuk hatiku ada rasa takut,cemas,dan panic yang sudah beretamorfosa menjadi satu rasa yang disebut kebingungan. 

Bagaimana aku tidak bingung? Aku baru saja menjadi tour guide untuk yang pertama kalinya dari usaha kecilku dan harus mengalami kejadian seperti ini.

"ka, apa masih belum menemukan solusi? Aku takut sumpah ka.." ujar Kanaya saat itu sembari terus memegang  ponsel dengan flash light  yang masih menyala berdiri tepat disampingku sembari meremas ujung jaketku dengan nada takut sekaligus marah yang ia tunjukkan padaku, walau aku tahu nada takut disana lah yang mendominasi keadaannya saat ini.

"aku juga lagi berusaha Kanaya, Sudah lima menit yang lalu aku terus mencari sinyal agar kalian semua bisa sampai tempat tujuan yang setidaknya tidak di hutan ini untuk sementara, bersyukurlah batrai ku masih 27%, kau jangan takut Kita berdoa yah.. semoga pertolongan datang jauh dari prediksi ku" ujarku sembari menepuk pundaknya yang mulai merosot.


Aku tahu dia mulai menahan tangisnnya akan ketakutannya pada gelap yang akan datang ini. Hanya ini yang bisa aku lakukan, karna tidak hanya kanaya saja yang memiliki ketakutan pada eufaria yang mencengkan dari keadaan ini, melainkan pula dengan Kevin, si kecil anak dari Lukman dan Prita yang memiliki riwayat asma.

Disini aku masih terus berusaha untuk mengontak rekanku disana , dan tak butuh waktu yang lama dengan keadaan batrai ponselku yang sudah 20% aku berhasil menelpon rekanku disana, meminta bantuannya untuk menjemput kami disini, setidaknya beberapa dari kami yang lebih di prioritaskan untuk kembali duluan adalah Kanaya dan juga si kecil Kevin,   pikirku saat itu. 

Aku berujar panjang lebar di telpon tanpa jeda saat itu, aku hanya takut, saat aku memberi jeda pada saat aku berbicara, sinyal di ponselku akan hilang dan rekanku belum sepenuhnya mendengar apa yang telah aku sampaikan yang menjadi kendalaku di tempat ini.

"......"

"umm.. okay tak apa, setidaknya aku akan usahakan kami yang kembali paling telat adalah orang -orang yang tak terlalu memiliki ketakutan pada tempat ini, untuk selanjutnya aku akan cari cara alternative lain untuk menjemput para wisatawanku setidaknya mereka bisa kembali untuk waktu yang cepat saat ini "

"......"

Ujarnya sedikit meyakinkan ku hingga akhirnya aku mengiyakan karna aku tahu apa yang harus kulakukan saat ini.

Aku menutup telponku, berbalik arah pada mereka semua yang kini tengah berdiri bergerumul dengan wajah pias yang sangat ketara untuk kusaksikan, namun ada satu yang sedikit mengangguku. 

Dimana tuan Fred saat ini, kenapa ia belum terlihat  sama sekali? Segitu lamanya kah ia buang air besar di balik hutan sana? Ahh..mungkin itu hanya perasaanku saja karna begitu ku tengok ponselku lagi jam baru menunjukan 17:45 sekitar 15 menit sudah berlalu. Mungkin aku yang terlalu panik disini tapi jika dalam waktu 10 menit dan Tuan Fred belum kembali maka aku akan memutuskan untuk mecarinya.

"aku sudah temukan solusinya, tapi aku juga butuh saran dari kalian semua. rekanku sudah menghubungi kerabatnya yang tinggal di  perkampungan yang tak jauh dari sini, sayangnya ia hanya memiliki satu motor dan sekarang tinggal 15 menit lagi mungkin ia akan sampai disini untuk menjemput dua diantara kalian,karna sepeda motor itu bisa saja aku akal-akali agar ia bisa mengangkut dua orang sekaligus maka disini aku memutuskan untuk kamu Kanaya dan Anggi untuk kembali terlebih dahulu, 


Untuk sementara waktu kalian akan tinggal sejenak di perkampungan itu hingga hari esok rekanku akan menjemput kalian disana dan akan mengantarnya pulang" ujarku panjang  lebar sembari menunjuk dua wanita yang tengah bergandengan tangan satu sama lain itu, kulihat Kanaya si gadis berkacamata itu tersenyum simpuh sembari menghembuskan napasnya lega saat aku menyebutkan sekitar 15 menit lagi tumpangan mereka akan segera sampai.

Begitu pula dengan Anggi, si gadis blogger instagrammer itu Nampak mengiyakan saja, karna mungkin ia akan berpikir jika dalam perjalanan kearah perkampungan nanti akan banyak cerita yang akan ia tuliskan dan akan banyak foto yang akan ia tangkap nanti.

Sekarang, ku alihkan pandanganku pada satu keluarga kecil yang kini tengah menatap putra mereka dengan pias pasalnya aku tahu jika Kevin memiliki riwayat asma, ia tak boleh panik atau asmanya akan kambuh.

Prita sadar akan pandangaku padanya sebelum akhirnnya dia menginstrupsi.

"ponselku memiliki sinyal internet yang cukup bagus, apa kau punya ide ? aku harus kembali esok hari untuk hadir di acara kompasianival."

Akhirnya

Aku tahu apa yang harus ku lakukan.

Tanpa banyak bicara aku meminta Prita untuk meminjamkan ponselnya , membuka situs laman perusahaan untuk ku sewa sebuah hellikopter dari tempat yang tak jauh dari tempatku saat ini sampai akhirnya aku dapat tumpangan berupa hellikopter yang akan tiba dalam waktu 15 menit lagi, tapi disayangkan hellikopter hanya mampu menampung 4 orang saja, akan kupastikan mereka yang akan kembali duluan adalah Lukman dan keluarga kecilnya, serta Her.

Karna yang aku tahu pria tua itu memiliki riwayat penyakit jantung, maka aku mengalah . setidaknya ada Fred si pria tua dengan sejuta pengalaman travellnya itu. Untuk masalah buss yang mogok disini, aku sudah memastikan pada rekanku yang saat ini sedang dalam perjalanan menuju mobil agar keeseokan harinya di waktu  terang untuk membawa tukang bengkel terpercaya dan memperbaikinya.

Tak jauh 60 meter dari lokasi kita berdiri, hellikopter yang ku sewa tadi datang, maka dengan sigap aku mengantar mereka berempat ke helli sebelum akhirnya mereka pamit dan hellikopter terbang ke tempat yang menjadi tujuan mereka, apalagi kalau bukan perusahaan kecil tempat ku bekerja.

Kini tinggal aku sendiri ditengah gelap yang baru saja datang,aku takut sejujurnya.

Dan hal yang lebih menyebalkan adalah saat Tuan Fred muncul setelah membunyikan pluit di balik hutan sana. Memang siapa lagi salah satu dari pengunjungku yang membawa alat selengkap itu? Dan ia hanya tertawa.

Sembari menunggu mobil yang akan kami tumpangi datang dalam waktu dua jam, aku dan Tuan Fred akhirnya memutuskan untuk duduk dekat dengan bus. Aku ingat didalam bus masih tersisa 2 bekal makanan sisa tadi siang, akhinya aku dan Fred memutuskan untuk makan. 

Fred mengeluarkan korek api, mengumpulkan ranting-ranting kayu yang sempat ia ambil dibalik hutan tadi dan berjalan kearah mulut buss untuk mengambil sedikit bensin disana untuk memperbesar kobaran api unggun di malam yang  mulai mencengkam ini.

"kau hanya baru  saja belajar menjadi generasi solutif nak, dan kurasa tindakan serta strategi yang kau tuturkan sudah sempurna." Ujarnya kala itu ditemani nyanyian jangkrik di tempat ini, aku diam membisu mendengarkan sembari menolehkan kepalaku  antusias kearahnya.

"aku tahu, kau takut saat ini,apalagi ini pengalaman pertamamu bukan? Tapi kau memilih untuk melawan ketakutanmu dengan alasan tanggung jawab serta kerja keras untuk memperbaiki kesalahan yang tak disengaja ini  hingga akhinya bisa aku simpulkan, kau memiliki jiwa solutif di hatimu"

Aku terenyuh, memandang dengan senyum tulusku pada pria tua itu sebelum akhirnya aku memandang langit, semoga pengalaman ini lebih mengajarkan ku lagi agar semua kejadian ini tak pernah terulang, tapi dari kejadian ini ada satu point yang aku dapatkan. Yaitu aku tahu bagaimana caranya mengambil dan menjadikan sikap solutif untuk terlihat pada kancah permasalahan yang seperti ini nantinya.

Lalu kami memakan perbekalan tersebut sembari bersenda gurau dan menunggu jemputan mobil yang akan tiba nantinya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun