Mohon tunggu...
Andika Guruh
Andika Guruh Mohon Tunggu... Psikolog - P

saya hanyalah semut kecil diantara banyak semut besar yang mengelilingiku, dan semut kecil ini akan menjadi tumbuh lebih besar karena pemahaman dan terus beljar dalam hidupnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Guru Ilmuku

28 November 2020   12:26 Diperbarui: 28 November 2020   12:34 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pasti tidak akan lepas dari fikiran ssemua orang bahwa guru pertama dalam hidup adalah ibu. Begitu juga aku, guru pertama ku juga adalah ibu. Ibu adalah gambaran awal kesabaran yang aku lihat di dunia, ibu juga menjadi gambaran keikhklasan yang pertama aku lihat di dunia.

Sedikit flashback ke masa yang amat lalu, di masa terindah yang sangat indahku yaitu masa kecilku. Di waktu itu ibu masih termat muda. Kerut-kerut di pipi dan matanya tak terlihat tidak seperti sekarang yang telah mulai menua.

Dahulu ibuku pernah bersekolah di sekolah guru aku lupa namanya tapi beliau pernah bercerita kepadaku. Setingkat sarjana sekolah itu, beliau harus berhenti karena orang tuanya tidak memiliki uang untuk membiayainya. Lalu ibu hijrah ke Jakarta dan bekerja disebuah pabrik gelas yang sekarang sudah tutup di daerah cengkareng. Disana ibu dan bapak bertemu. Setelah mereka menikah ibu mengajak bapak untuk pulang kampong. Singkat cerita lahirlah aku,

Di mas kecilku aku merupakan anaknya susah untuk diatur. Aku masih teringat ketika awal sekali ibu mengajariku matematika, dengan mengeluarkan uang receh dan lembaran ribuan, dia mengajari aku penjumlahan dan pengurangan dengan amat sabar dengan uang. Aku pun serasa mudah menghafalnya. Di masa kecilku aku telah bisa menghitung dengan amat lancer , di usiaku 4 tahun ibu mengajari aku untuk membaca, meskipun susah tapi aku bisa , ibu membelikan aku huruf yang di temple di dinding dengan menghafal alphabet lalu angka-angka. Setaip hari tiap kali aku tidak bisa ibu mengajari aku dengan amat begitu sabar. Ketika puasa pun aku juga diajari dengan awal mula puasa setengah hari, diusiaku yang menginjak lima tahun kala itu banyak teman-teman ku yang belum berpuasa tapi aku sudah berpuasa,

Ibu memang hebat dalam membesarkan aku, sampai aku sekarang ibu tak pernah marah karena aku salah. Oh iya pengalaman yang sangat aku kenang adalah ketika SMA, waktu itu aku ketahuan guru merokok di kelas, dan akhirnya aku dan teman-teman di bawa ke BK kala itu, dan dipanggil orang tua esok harinya. Aku bingung siapa yang akan aku panggil. Banyak diantara teman-temanku menyewa orang. Jadi mengakui orang lain sebagai orang tuanya. Aku ngak sepicik itu , aku beranikan itu aku ngomong ke ibu, akhirnya ibu datang ke sekolah. Kata yang paling aku ingat adalah nak, klo kamu ngulangin lagi aku bilangin ke bapak. Maklum aku sangat takut dengan bapak , tapi ibu selalu menutupi kesalahanku sampai seperti itu.

Ibu adalah lambing keadilan dan tamengku, menutupi semua aibku dan kesalahanku. Selalu membesarkan aku dengan penuh ilmu dan nasihat. Sampai sekarang pun, ketika aku bingung apa yang harus dilakukan ibu menjadi penasihat utama di hidupku,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun