Mohon tunggu...
Muhammad Dhiya
Muhammad Dhiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PAI

Saya suka melihat konten yang membahas mengenai perkembangan positif dari zaman yang kita hidup di dalamnya sekarang dan berusaha berkontribusi di zaman tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Student Engagement: Pengertian dan Strategi Meningkatkannya di Ruang Kelas

1 November 2022   13:44 Diperbarui: 29 Maret 2023   02:01 1285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi peserta didik sedang beraktivitas di ruang kelas. Sumber: Unsplash/CDC

Seorang guru meminta siswa mengacungkan tangan bagi mereka yang ingin bertanya. Tidak ada tangan terangkat. Guru tersebut lanjut bertanya mengenai materi yang baru saja ia ajarkan pada saat tersebut kepada siswanya. Tidak ada yang dapat menjawab. Guru tersebut bertanya adakah dari mereka yang dapat menjawab. Mereka serentak menggeleng. Ini adalah peristiwa umum yang berlangsung dan telah kita ketahui bersama sedari dulu. Ironisnya lagi, kejadian seperti ini sering terjadi di tengah kita. Apakah guru kekurangan citra dan daya tarik ataukah siswa telah kehilangan semangat untuk menuntut ilmu? Jawabannya terletak di student engagement.

Student engagement, yang berikutnya akan saya singkat menjadi SE, merupakan topik yang pendidik perbincangkan ketika sedang membahas mengenai atensi peserta didik di kelas. Pengertian sederhana SE adalah ketertarikan siswa dalam mengikuti sebuah pembelajaran. SE menjadi topik yang menarik bagi saya karena masih belum begitu banyak menjadi trend di kalangan umum. Di ruang kelas, siswa akan cenderung mudah untuk diatur apabila mereka memang secara konsensual siap untuk diatur. Sebaliknya, bila mereka secara mental sudah menolak untuk diatur, maka segala usaha yang dilakukan oleh guru dan pihak ketiga secara eksternal akan berlangsung percuma.

Newmann (1992) menjelaskan bahwa terjadinya SE kepada seorang peserta didik adalah ketika "siswa membenamkan dirinya secara mental di dalam proses pembelajaran", bahwa siswa berinvestasi dan siap untuk mendedikasikan diri di dalam pembelajaran.

Dikutip dari Teaching Commons, salah satu website yang dikelola oleh universitas Stanford, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan ke dalam pembelajaran demi meningkatkan SE pada peserta didik. Di antaranya adalah:

Aktivitas ruang kelas semestinya menganggapi rasa takut siswa mengenai pembelajaran

Kita sering takut akan kegagalan. Hal ini terjadi lebih sering di dalam ruang kelas. Maka sebagai kunci untuk menyukseskan SE di ruang kelas adalah mengenal pola dan menindaklanjuti rasa takut akan kegagalan dan penilaian buruk dari pendidik dan teman sebayanya.

Tips dari poin yang dapat diberikan dari poin ini adalah dengan menggunakan open-ended questions; pertanyaan yang tidak bisa dijawab hanya dengan 'ya' atau 'tidak. Dengan demikian, tidak ada jawaban yang salah karena semua jawaban yang diberikan adalah benar. Contoh di dalam kelas matematika, yang umum diketahui dengan dogmanya bahwa segala jawaban harus absolut, di dalam kelas taman kanak-kanak, adalah seperti ini: "kamu punya bentuk yang memiliki dua sisi yang tidak sama, bentuk apa saja itu?" Dari mereka mungkin ada yang menjawab segitiga, persegi, heksagon dan lain sebagainya. Jawaban mereka tidak ada yang salah karena masing-masing bentuk yang disebutkan memiliki sisi dengan jumlah yang berbeda.

Dorong siswa untuk mengambil peran yang lebih aktif di dalam pembelajaran dan pengajaran kolaboratif

Metode konvensional dalam memberikan tugas yang sering diterapkan ke dalam kelas adalah guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk dikerjakan di dalam kelas. Meski bukan merupakan suatu kesalahan, metode tersebut sudah terlalu sering digunakan dan peserta didik cepat merasa bosan. Alih-alih menggunakan metode demikian, mengapa tidak membuat kelas lebih menyenangkan dengan aktivitas yang menerlibatkan peserta didik lebih aktif di dalam kelas ketimbang hanya mengisi lembaran soal saja. Dari poin ini, ada tiga tips yang dapat diberikan:

  • Tips pertama adalah menjadikan waktu diskusi sebagai waktu siswa membentuk kelompok-kelompok kecil. Kelompok-kelompok kecil biasa menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam hal mendiskusikan open-ended questions dengan jawaban yang lebih eksplisit. Ide lain mengenai pembelajaran kelompok adalah penggunaan metode think-pair-share, metode tiga langkah meliputi (1) Think: Pendidik menanyakan pertanyaan spesifik dan peserta didik diminta berpikir mengenaik hal yang mereka ketahui tentangnya. (2) Pair: Masing-masing siswa diminta untuk bergabung dengan siswa lainnya dan membentuk kelompok kecil. (3) Share: Para peserta didik membagikan hal yang mereka ketahui kepada pasangan mereka. Pendidik, kemudian, membagikan intisari dari "share" ini kepada seluruh anggota kelas sebagai bahan diskusi.
  • Tips kedua adalah dengan meminta peserta didik untuk menjelaskan yang ia pahami kepada peserta didik lainnya. Seringkali hal ini membuat peserta didik mendapatkan informasi secara tidak langsung dari yang disampaikannya kepada sebayanya dan memahami lebih baik terkait topik yang sedang dibicarakannya.
  • Tips ketiga memiliki kemiripan dengan tips pertama, bila tips pertama adalah membentuk kelompok untuk mendiskusikan pertanyaan dari open-ended questions yang diberikan pendidiknya, tips ketiga meminta peserta didik untuk mengulas jawaban dari teman sebayanya. Manusia pada umumnya bila belum terbiasa akan cenderung tersinggung dengan tanggapan negatif yang diberikan oleh siapapun mengenai pendapatnya. Tips ini membuat peserta didik akan lebih menerima, atau lebih bersiap untuk menerima, tanggapan negatif yang diberikan terhadapnya. Tentu saja pendidik harus menegaskan bahwa cara menegur dan memberikan tanggapan adalah dengan juga memberikan rasa hormat. Sehingga yang memberi dan yang diberi tanggapan akan saling menghormati.

Belajar tidak harus membosankan. Belajar dapat menjadi menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan dapat menjadikan ruang kelas tampak lebih menarik bagi peserta didik daripada wahana hiburan. Maka tugas kita sebagai pendidik untuk mewujudkan ruang kelas menjadi tempat yang lebih baik bagi peserta didik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun