Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Money

Ini Kiat Gus Dur Bisa Kurangi ULN. Bagaimana dengan Jokowi?

27 November 2014   17:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:42 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14170579491673461835

[caption id="attachment_338123" align="alignnone" width="599" caption="Ilustrasi/Desain: Abdul Muis Syam."][/caption]

MASING-MASING Presiden Republik Indonesia pastilah ada plus-minusnya. Namun fakta menunjukkan, bahwa hanya Presiden KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang mampu mengurangi beban negara atas Utang Luar Negeri (ULN) sebesar 9 Miliar US Dolar.

Hebatnya, Presiden Gus Dur bisa melakukan itu di kala sengatan krisis moneter masih terasa membekas (belum terlalu pulih), dan mampu dicapainya hanya dalam tempo yang sangat singkat, yakni hanya 21 bulan.

Andai saja tak dilengser dari kekuasaannya oleh sejumlah politikus rakus ketika itu, maka sangat diyakini Gus Dur mampu menuntaskan masalah ULN itu hingga berada di posisi nol. Dan ketika itulah Indonesia baru bisa dikatakan benar-benar mampu berdikari (berdiri di kaki sendiri) di bidang ekonomi. Dan kesejahteraan rakyat pun bisa betul-betul diwujudkan.

Sebagai kelanjutan dari artikel saya sebelumnya, berjudul: “Urusan Utang dan Negara: Masih Gus Dur yang Terbaik”, yang mendapat berbagai tanggapan di media sosial. Di antaranya meminta sedikit uraian tentang “jurus” atau kiat seperti apa yang telah dilakukan Gus Dur hingga mampu menurunkan ULN sebesar 9 Miliar US Dolar tersebut?

Maka melalui tulisan kali ini saya mencoba untuk menunjuk “satu kata kunci” yang membuat Presiden Gus Dur mampu mengurangi ULN tersebut, sekaligus mampu membentuk dan menata ekonomi ke arah yang lebih baik.-----------------

BAHWA secara fisik, Gus Dur di zamannya memang diakui sulit melakukan blusukan seperti yang kerap dilakukan oleh Jokowi. Tetapi Gus Dur bisa lebih hebat dibanding 1001 model blusukan yang dilakukan oleh Jokowi atau denga presiden lainnya.

Sebab, di balik keterbatasan yang dimilikinya, Gus Dur ternyata memiliki kehebatan dan kekuatan mental besar yang mampu ia bentuk menjadi sebuah prinsip dan ketegasan tanpa dipengaruhi oleh pihak mana pun. Kekuatan dan kehebatan tersebut tercermin dengan lontarannya yang lazim kita dengar: “begitu aja kok repot?!

Kalimat inilah yang kiranya menjadi “kata kunci” yang menunjukkan bahwa Gus Dur punya prinsip kuat terhadap apa yang menjadi pandangan dan pemikirannya sebagai presiden.

“Orang sering ngutip omongan ‘gitu aja kok repot’. Itu bukan maksud untuk mengecilkan segala hal. Itu bukti keikhlasan (Gus Dur) dalam menjalankan prinsip,” kata Shinta (istri alm. Gus Dur) saat acara Haul ke-4 Gus Dur di Gedung DPP PPP, Jakarta Pusat, Selasa (14/1/2014) malam.

Ya, Gus Dur memiliki keikhlasan dan jiwa pengabdian yang begitu besar dalam menjalankan prinsip sebagai seorang presiden. Termasuk ketika menyusun menteri-menteri bidang ekonomi dalam kebinetnya, Presiden Gus Dur tidak ingin susah-susah ambil pusing dengan tekanan politik dari pihak kanan-kiri, ia hanya memegang prinsip: “begitu aja kok repot”, bahwa untuk pekerjaan dan urusan ekonomi harus dipegang oleh ahlinya, yakni orang yang benar-benar cerdas di bidangnya dan giat dalam bekerja tanpa dikekang oleh kelompok atau partai mana pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun