Game tanya dilakukan oleh dua orang. Siswa pertama akan memberikan pertanyaan dari suatu buku yang harus di jawab oleh siswa kedua. Jika jawaban salah, maka wajah siswa kedua akan dicoret. Namun jika siswa pertama yang tidak jujur dan asal memberikan pertanyaan yang tidak sesuai buku, maka wajah pemain pertama yang akan dicoret. Pemenang ditentukan dari bersihnya wajah pemain dari coretan setelah lima kali pertanyaan.
Mading SD tidak jauh beda dengan mading TK. Hanya saja, siswa SD sudah diajarkan menulis, jadi mading tidak hanya gambar namun juga terdapat tulisan. Setiap akhir semester akan diadakan lomba mading. Siswa kelas 1 sampai kelas 3 berlomba Mading 2 dimensi, sedang siswa kelas 4-6 membuat mading 3 dimensi.
Teori, diskusi, dan publikasi tetap diajarkan di SMP. Pembelajaran ini dapat menggunakan berbagai media non digital misal artikel. Siswa diminta mengalisis siatu artikel lalu memilih menjadi kelompok yang membenarkan atau menganggap artikel tersebut hoax. Setelah terbentuk dua kelompok yaitu kelompok benar dan kelompok hoax, maka guru akan menyampaikan analisis kemudian menyatakan artikel tersebut hoax atau benar. Kompetensi dan pengabdian telah diajarkan di SMP.
Siswa SMP mendapatkan tiga materi kompetensi, kompetensi dasar, kompetensi penjunjang, dan sikap. Kompetensi dasar mencakup kemampuan membaca, menganalisa berita, dan menulis. Kompetensi penunjang merupakan program penambahan kompetensi di bidang literasi misal kemmapuan organisasi, berbahasa, dan negoisasi. Kemampuan ini diajarkan dalam berbagai cara. Sikap yang diajarkan merupakan sikap berkarakter yang menunjang pemahaman mengenai literasi media misal, jujur, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, mandiri, adil, berani, dan peduli. Pengabdian pada siswa SMP berupa kegiatan bakti sosial.
Pembelajaran literasi SMA tidak jauh beda dengan SMP, hanya pada siswa SMA wajib berbasis digital dan internet. Teori, diskusi, dan publikasi sudah menjamah dunia digital dan internet. Setiap siswa wajib memiliki blog dan mempelajari pengelolaan media internet. Artikel yang dianalisis bukan lagi satu artikel, melainkan beberapa artikel yang beredar di dunia maya. Kompetensi dasar diajarkan lebih mendalam. Kompetensi penunjang yang diajarkan sudah fokus pada kompetensi literasi secara spesifik seperti marketting, programming, ataupun public speaking. Siswa SMA juga mulai berlajar entrepenuer bidang penulisan. Pengabdian siswa SMP berupa kegiatan sosial sesuai kompetensi penunjang.
Literasi pada mahasiswa di perguruan tinggi lebih berfokus pada publikasi dan pengabdian masyarkat. Ranah publikasi mengharuskan mahasiswa harus memiliki karya tulis baik yang bersifat online maupun offline. Pengabdian mahasiswa tidak hanya bakti sosial namun juga berupa gerakan membangkitkan literasi masyarakat seperti membentuk komunitas dan seminar literasi.
Pendidikan literasi media untuk semua masyarakat akan meminimalkan berkembangnya hoax si berita palsu. Mengajarkan literasi semenjak TK hingga perguruan tinggi berarti turut serta dalam membangun masyarakat melek media. Literasi sejak dini dapat basmi informasi hoax masa nanti. Pastinya, langkah yang patut kita pertimbangkan
https://nasional.tempo.co/read/890345/empat-berita-hoax-seputar-pembacokan-hermansyah
https://metro.tempo.co/read/890777/terungkap-ini-penjelasan-polisi-motif-pembacokan-hermansyah