Lihat ke Halaman Asli

Yogi Putranto

Penulis Untuk Beberapa Isu Strategis Yang Berkembang di Masyarakat

City Reef : Membangun Kota Terapung Yang Tumbuh Seperti Terumbu Karang

Diperbarui: 13 Oktober 2025   16:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bagaimana jika kota di masa depan tidak lagi dibangun, tapi ditumbuhkan?

Bayangkan ini: alih-alih balok baja dan dinding beton, kota-kota masa depan muncul dari biostruktur hidup yang bisa tumbuh, memperbaiki diri, dan beradaptasi seperti terumbu karang. Fondasinya bukan semen, tapi materi hidup---organisme biotek yang dirancang untuk bertahan di air laut, menyerap karbon dari atmosfer, dan menenun struktur bangunan dari proses biologisnya sendiri. Kota-kota ini bukan sekadar tempat tinggal; mereka hidup, bernapas, berkembang, dan berevolusi bersama lautan. Selamat datang di era City Reef.

Dari Kota Beton ke Terumbu Hidup

Berabad-abad lamanya, manusia melihat kota sebagai monumen dominasi---benteng kaca dan baja yang menahan alam. Tapi abad ke-21 menunjukkan batas logika itu. Banjir pantai, naiknya permukaan laut, dan tenggelamnya megapolitan seperti Jakarta atau Miami membuktikan satu hal: melawan laut tidak ada artinya.

Lalu, bagaimana jika alih-alih melawan, kita bersinergi dengan laut?

City Reef membalik logika perencanaan kota tradisional. Alih-alih mereklamasi daratan dari laut, ia menghidupkan kembali kehidupan di laut. Terinspirasi dari polip karang---organisme kecil yang membangun terumbu raksasa dengan mengeluarkan kalsium karbonat---para ilmuwan dan arsitek kini bereksperimen dengan material biogenik yang bisa "menumbuhkan" arsitektur. Bayangkan gedung-gedung yang dimulai dari benih kecil, ditanam di perairan dangkal, dan seiring waktu menumpuk mineral, menguatkan strukturnya, dan menyesuaikan bentuknya sesuai arus, sinar matahari, dan keseimbangan ekosistem.

Ini bukan fiksi ilmiah. Bioteknologi laut telah berhasil mengembangkan bakteri pengapuran yang bisa mengubah pasir menjadi formasi mirip batu---disebut biocementation. Sekarang bayangkan teknologi ini diperbesar untuk membuat seluruh kota terapung yang bisa merakit diri sendiri.

Kota yang Bernapas, Menyembuhkan, dan Belajar

Di City Reef, setiap bangunan adalah bagian dari jaringan organisme hidup. Jika dinding retak, agen mikroba memperbaikinya. Jika badai datang, kota menyerap benturan seperti spons---fleksibel, bukan rapuh. Sensor yang terintegrasi memonitor suhu, salinitas, dan pH, sehingga kota bisa beradaptasi secara real-time dengan kondisi lingkungan yang berubah.

Arsitektur itu sendiri akan belajar dari laut. Seiring waktu, struktur bisa mengembangkan pola gelombang alami, lapisan mikroalga yang menyerap CO, atau permukaan reflektif dari kristal biogenik untuk mengatur suhu internal. Beberapa peneliti bahkan mengusulkan material biohibrida---menggabungkan gen karang hidup dengan polimer sintetis---untuk menciptakan bangunan yang tumbuh merespons stres lingkungan.

Ini bukan sekadar desain berkelanjutan. Ini desain evolusioner.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline