KAMIS PAGI, sruput wedang jeruk manis panas sambil menikmati panorama, magut-magut terbawa bossa nova, paduan samba dan jazz suara lembut Iga Mawarni lewat earphone. Usai joging di kompleks Islamik Center Tubaba terasa nikmat dan asyik, sebelum panas menghampiri.
Entahlah, suhu udara akhir-akhir ini begitu luar biasa. Anomali cuaca terasa sejak awal April 2025, cetar menyengat lebih ekstrem melampaui panas hari-hari biasa.
Dua motor melintas, yang belakang ditumpangi boncengan. Pergerakannya mengusik sampah plastik, kertas, dan daun-daun kering yang terserak, terbang bersama debu terbawa angin dan jatuh tak jauh dari tepi danau buatan, Islamik.
Ditilik dandanan mereka, orang bisa menerka ketiganya pekerja kuli tinta, wartawan. Woww.... sepagi ini? Hmm.....bentar, penulis baru ingat bahwa PWI Tubaba bakal punya gawe, menggelar Konferensi Kabupaten (Konferkab).
Kabarnya Konferkab VI PWI Tubaba akan digelar pada 20-22 Oktober 2025 mendatang, untuk mengevaluasi program kerja dan memilih kepengurusan baru. Jika tidak ada perubahan.Â
Sejak bulan lalu, beberapa nama sudah dielus-elus. Santer dijagokan untuk menduduki kursi ketua, menakhodai organisasi bergengsi, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Tulang Bawang Barat untuk lima tahun ke depan.
Dinamika itu memantik reaksi keras internal organisasi. "Ketua harus legimate, bermartabat. Pemilihan harus sesuai aturan organisasi, bukan soal siapa paling terkenal!"Â
Kandidat ketua harus lulus Uji Kompetensi Wartawan (UKW), minimal jenjang Madya. Kabar menyeruak, PWI Tubaba baru memiliki empat wartawan bersertifikasi UKW Utama, sisanya masih jenjang Madya (muda).
Kalkulasi terakhir di meja kopi, nama petahana dilingkari, masih berpeluang! Tapi ballpoint warna biru itu terhenti, menggantung. Muncul kekhawatiran, bagaimana jika diam-diam ada tamu misterius yang sudah dipersiapkan?
"Apa mungkin? tanya wartawan training, lugu.
"Eiit..jangan lengah! Banyak yang berkepentingan di sini".